INTRO

1.6K 123 6
                                    

Ketika terik sinar matahari membuat tubuh mengucur peluh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika terik sinar matahari membuat tubuh mengucur peluh. Di antara bising riuh sorak sorai para siswa yang tengah bermain sepak bola di lapang. Gadis berwajah molek oriental khas negeri ginseng itu sedang memecahkan soal berisi angka-angka yang dipadukan rumus-rumus rumit.  Rambutnya yang panjang hingga pundak berjatuhan disebabkan sang puan menunduk terlalu dalam guna fokus pada kegiatannya.

Menggosok hidung bangirnya yang mungil, alis-alis tipis itu semakin menaut tajam merasakan kepusingan. Bibir tipisnya yang berisi terus dibasahi sebisa mungkin guna mengurangi rasa kegusaran. Hingga kemudian suara bisikan ribut terdengar dari samping kiri, netra hitam yang tampak bening itu melirik kepada seorang lelaki yang tengah berbisik mencoba berkomunikasi dengannya.

"Aera..."

"Shut.. Aera.."

Tidak serta-merta langsung merespon. Gadis yang tengah disebut Aera itu terus menulis jawaban soal terakhir sampai selesai. Sejurus kemudian dengan anggun ia meletakkan bolpoin di meja. Membereskan lembar-lembar soal serta jawaban miliknya.

Selepas semua itu barulah sang gadis menoleh serambi menyanggah dagu dengan tangan kanannya. Memekarkan seringai kecil dengan air muka siap menjahili.

"Haerak, ada apa?" Dengan suara normal gadis itu bertanya.

Di tengah kelas yang hening, kini seluruh atensi menuju pada seorang laki-laki berpenampilan urakan yang baru saja disebut namanya. Suara kasak kusuk tercipta hingga sang guru yang sedang mengawasi di depan menegur si penyebab.

"Woo Haerak! Berhenti meminta jawaban pada Gong Aera."

Satu teguran, perlahan kelas kembali hening. Tidak ada waktu lagi untuk sekedar menjelekkan teman yang hendak menyontek. Soal-soal uji percobaan dihadapan masing-masing lebih penting karena nasib masa depan ditentukan dari angka yang akan didapat dari hal tersebut.

Gadis itu, Gong Aera terkekeh ringan tanpa suara melihat betapa kesalnya korban kejahilannya. Mengambil lembar jawabnya ia semakin meledek dengan menggoyang-goyangkan kertas tersebut di hadapan si korban.

"Aera! Awas kau!" Bisik Haerak mengancam.

Alih-alih merasa takut Aera semakin tergelak menjulurkan lidah merasa gembira.

Semua gerak-gerik Aera tersebut tidak luput dari sepasang iris tajam milik seorang lelaki yang tengah duduk di samping kiri Haerak.

Hingga kemudian dua pasang netra berbeda itu saling bertubrukan. Si pemilik netra bening itu merubah raut wajahnya. Menarik lebar sudut bibirnya tersenyum lucu menampakkan gigi-gigi kecilnya. Sontak saja si pemilik netra tajam itu berpaling dengan panik karena terpergok.

Mengetahui targetnya itu salah tingkah, Aera sontak semakin berseri-seri. Tanpa sadar kedua tungkai langsingnya sudah saling menendang ribut merasakan perasaan pengendali tubuh.

"Aera diamlah!" Gadis mungil berpotongan rambut bob serta berkaca mata bulat yang duduk di depan Aera menengok. Merasa terganggu oleh tendangan acak dari belakang.

DAS : VIVA LA VIDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang