09

25 4 0
                                    

Yoshihiro mengedip-kedipkan matanya bingung melihat pot kecil berisi bunga kaktus, lalu memandang Eiji yang memberikan pot itu.

Eiji tersenyum lebar pada Yoshihiro, "Ini bukan sayuran, tapi untuk merawat kaktus tidak memerlukan waktu yang banyak dan tidak sulit.." jelasnya, "Kau hanya perlu sesekali memberikannya air.."

Yoshihiro kembali memandang Eiji, senyuman mengembang di bibirnya. "Lalu pitanya?" tanyanya sembari memperlihatkan pita berwarna emas di badan pot.

Eiji cengengesan, "Aku hanya merasa kurang berkesan jika hanya pot seperti itu.." jawabnya.

Yoshihiro tersenyum mendengarnya, "Terima kasih.."

Yoshihiro mengangguk mengerti.

Sore itu.

Eiko di sebelah saudaranya memandang ke samping dalam perjalanan pulang, kembarannya itu tersenyum lebar sambil berbalas pesan. Matanya menyipit curiga, "Siapa?"

Eiji menoleh, "Hm? Ohh.." ia tertawa malu, "Aku bertemu seorang teman saat kerja paruh waktu.." jelasnya.

Eiko menatap Eiji antusias, "Oh ya? Dia paruh waktu juga?" tanyanya.

Eiji menggeleng, "Dia pelanggan di tempatku paruh waktu, jadi karena sering bertemu kami jadi berteman.." jawabnya.

Eiko berpikir sejenak, "Dia pelanggan di tempat paruh waktumu yang mana?" tanyanya.

"Semuanya.." jawab Eiji polos.

Eiko diam dulu, "Semuanya?"

Eiji mengangguk membenarkan.

"Perempuan atau Laki-laki?" tanya Eiko lagi.

Eiji tampak bingung, "Kenapa kau menanyakan itu?"

Eiko tertawa kecil, "Karena itu terdengar seperti seseorang yang sedang naksir padamu.." candanya.

Eiji langsung tertawa, "Yang benar saja..." sahutnya.

Eiko menahan tawa.

Di tempat lain.

Yoshihiro tersenyum menatap kaktus dalam pot dalam perjalanannya kembali menggunakan kereta. Matanya berpindah ke ponsel di tangannya.

+++

Yoshihiro berdiri di depan etalase kaca transparan sebuah toko, berjejer beberapa mesin jahit model terbaru disana. Kedua tangannya masuk ke saku celana, lalu memandang Eiji yang berjongkok di sebelahnya dengan mata berbinar menatap salah satu mesin jahit yang sudah hampir setahun pria itu impikan.

Eiji menatap mesin itu dengan mata berbinar, "Cantik sekali.."

"Kau akan membelinya sekarang?" tanya Yoshihiro.

Eiji mendongak dengan binar di matanya, lalu mengangguk membenarkan. Ia bergegas bangkit dan berlari riang masuk ke toko.

Yoshihiro tampak bingung sendiri, lalu melangkah memasuki toko.

Eiji sudah mengagumi mesin jahitnya dari dekat, "Wuaaah..." ia terlihat sangat kegirangan.

Seorang karyawan toko menghampiri Eiji, "Anda menyukainya?" Tanya ramah.

Eiji menoleh dan langsung mengangguk, "Ya! Saya akan mengambil yang seri ini!" Ucapnya langsung.

Yoshihiro tertegun, "Sebentar! Maaf..." ucapnya pada karyawan itu, lalu menarik lengan Eiji menjauh.

Eiji bingung ditarik seperti itu, "Ada apa?"

Yoshihiro menghela nafas dalam, "Kau yakin akan langsung membelinya?"

Eiji mengedip-kedipkan matanya bingung, "Kenapa?"

Yoshihiro menghela nafas dalam lagi, "Kau bilang ayahmu tidak suka kau jadi perancang busana.." bisiknya, "Jika kau membeli mesin jahit sebesar itu, dimana kau akan menyembunyikannya?"

Eiji terpaku mendengar pertanyaan itu, ia juga baru memikirkan hal itu.
Yoshihiro sudah mengira akan mendapatkan reaksi seperti itu, ia segera menarik lengan Eiji keluar dari toko itu.

Eiji sendiri sangat tenggelam dengan pemikirannya saat di tarik pergi.

Setelah beberapa saat Yoshihiro berhenti untuk memandang wajah Eiji. Rasa bersalah dan iba memenuhi wajahnya, "Tidak membelinya hari ini bukan berarti kau tidak akan memilikinya kan?"

Eiji hanya bisa manyun memandang Yoshihiro, "Kau benar... bahkan setelah membelinya aku tetap tidak akan bisa menggunakannya di rumah. Suara mesin jahit kan besar." Komentarnya, lalu menunduk lesu.

Yoshihiro menghela nafas dalam, lalu tangannya yang memegang lengan Eiji bergerak turun hingga ke pergelangan tangannya. "Tidak apa-apa.. Nanti kita bisa pikirkan bagaimana caranya kau bisa membeli mesin jahit itu dan menggunakan sesukamu."

Eiji kembali memandang Yoshihiro. Seperti ada sesuatu yang berdesir di dalam dadanya.

Yoshihiro menatap Eiji lekat, "Bagaimana jika kita pergi melakukan hal yang kau inginkan? Agar kau ceria lagi.."

Binar mulai kembali ke mata Eiji, "Benarkah?"

Yoshihiro tersenyum dan mengangguk membenarkan, "Aku yang traktir."

Eiji tersenyum lebar, "Benarkah?! Wuahh!! Aku belum pernah di traktir teman sebelumnya!"

Yoshihiro sedikit bangga mendengarnya, "Kau ingin apa? Katakan saja.."

"Oh! Ada satu tempat yang selalu ingin kudatangi tapi tidak bisa karena takut pergi sendirian kesana.." jawab Eiji dengan jari telunjuk teracung ke udara seperti mendapatkan sebuah ide cemerlang.

Yoshihiro mengangguk mengerti, "Ayo kesana..."

Eiji terlihat sangat senang, seperti kesedihan sebelumnya sudah terlupakan.

—————————
Terima kasih sudah membaca tulisanku, jika kamu suka silahkan simpan ceritaku ke list-mu agar mendapatkan notifikasi ketika ceritanya update dan jangan lupa vote & komen.

Love, Wednesday Hwang ♥️
—————————

FiancéeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang