20

14 1 0
                                    

Eiko menatap Eiji kaget, "Kalian tidak boleh serumah sebelum menikah?"

Eiji yang sudah mengenakan pakaian tidur mengangguk membenarkan. Ia duduk bersila di atas futon sutra yang disediakan untuk mereka.

Eiko di atas futon-nya mengerutkan dahi, "Kenapa begitu?"

"Paman Kedua berkata begitu..." jawab Eiji.

Benjiro yang sudah berusaha tidur di bawah futon-nya bergerak duduk sambil mendorong penutup matanya keatas dan menatap kedua adik kembarnya itu sebal, "Kenapa kalian masih mengobrol?" protesnya.

Eiko dan Eiji menoleh, lalu cengengesan.

Benjiro menghembuskan nafas sebal melihat Eiko sampai membawa alas tidurnya ke kamar mereka, "Ayah bisa marah melihatmu tidur disini." Ucapnya.

Eiko cemberut, "Kakak dan Eiji tidur berdua, aku sendirian." Sahutnya sebal.

"Disini terdengar suara jangkrik ketika malam, Eiko pasti takut sendirian." Ucap Eiji membela.

Eiko mengangguk dengan wajah sedihnya.

Benjiro menghela nafas dalam, "Aku sudah terlanjur terbangun.." protesnya, lalu menunjuk tangan Eiji. "Cincin yang kalian kenakan untuk bertunangan itu adalah cincin penuh adat istiadat dari leluhur Keluarga Kyoto. Ada ukiran lambang keluarga mereka disana. Jadi kalian tidak bisa sembarangan bersikap setelah mengenakannya." Jelasnya dengan wajah bete karena terbangun.

Eiji tertegun memandang cincin di tangan kirinya, memperhatikannya dengan seksama.

Eiko mendekati Eiji untuk ikut memperhatikan. "Uuuu.. benar."

Eiji mengedip-kedipkan matanya bingung, lalu memandang Benjiro.

Di rumah lain.

Yoshihiro menatap cincin pertunangannya di tangan kiri, lalu menatap kedua kakak laki-lakinya tak percaya.

Yoichi dan Yoshio menatap adik bungsu mereka tak mengerti.

"Kau tidak tau tentang cincin itu?" Tanya Yoichi.

Yoshihiro menggeleng pelan.

Sontak Yoichi dan Yoshio langsung tertawa terbahak-bahak sembari memegang perut.

Yoshio mengambil gelas sake dan meneguknya.

"Aku benar-benar tidak bisa melakukannya sebelum menikah?" Tanya Yoshihiro.

Yoichi dan Yoshio mulai tertawa lagi.

Wajah Yoshihiro semakin tegang, "Benaran?"

"Kau mengenakan cincin dari leluhur kita.." ucap Yoichi dan menunjukkan cincin nikah di jari manis tangan kanannya, begitu juga dengan Yoshio. "Lihat, kami tidak menggunakan lambang keluarga kita. Kau adalah keturunan pertama setelah 100 tahun yang mengenakannya lagi. Itu berarti kau harus mengikuti semua adat istiadatnya!"

Yoshihiro terpaku, "Kenapa kami bertunangan di usia 18 tahun jika harus menunggu sampai menikah untuk hidup bersama??" Tanyanya tak habis pikir.

Yoichi dan Yoshio tertawa lagi mendengar keluhan itu.

Yoshihiro menatap kedua kakak laki-lakinya bergantian, "Jika kami melakukan 'itu' sebelum menikah, apa yang akan terjadi?"

Yoichi dan Yoshio tidak pernah tau ada sisi menggemaskan adik bungsu mereka seperti saat itu. Mereka sampai tidak bisa berhenti tertawa.

"Kak, aku serius!" Tegas Yoshihiro.

Yoshio menghela nafas dalam, "Menurutmu apa? Jika tentang adat istiadat, tidak ada yang bisa mengusiknya. Terlalu besar resiko yang bisa datang pada keluarga kita dan keluarga mereka jika kalian tidak mengikuti aturannya."

Yoshihiro menghembuskan nafas frustasi, lalu meremas rambutnya.

Yoichi menatap Yoshihiro gemas, "Kau sangat menyukainya hingga tidak bisa menahan dirimu?" Candanya.

Yoshihiro mengangkat wajah menatap Yoichi frustasi, lalu mengulurkan tangan kirinya dan hendak melepaskan cincinnya. "Bolehkah kami mengganti cincin pertunangan?" Tanyanya frustasi.

"Yoshi..." panggil Yoshio lucu, "Jika semudah itu, kenapa keluarga kita harus menunggu 100 tahun untuk kelahiran seorang putri jika ujung-ujungnya yang bertunangan keturunan pria?" Tanyanya.

Mulut Yoshihiro terbuka tak percaya, lalu menatap cincinnya. Ia terbengong-bengong tak percaya dulu, lalu memandang kedua kakak prianya. "Apa kami bisa menikah secepatnya saja?"

Yoshio dan Yoichi kembali tertawa.

Yoshihiro jadi bingung sendiri, "Kenapa aku berpikir seperti ini? Aku tidak pernah memikirkan hal seperti ini sebelumnya." Ucapnya tak mengerti.

—————————
Terima kasih sudah membaca tulisanku, jika kamu suka silahkan simpan ceritaku ke list-mu agar mendapatkan notifikasi ketika ceritanya update dan jangan lupa vote & komen.

Love, Wednesday Hwang ♥️
—————————

FiancéeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang