27

13 1 0
                                    

Yoshihiro terbangun mendengar suara alarm ponselnya di buffet di sebelah tempat tidurnya, tangannya terulur kesana untuk mematikan alarm itu. Ia bergerak duduk dan merenggangkan tubuh dulu, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Cincin melingkar di jari manis tangan kirinya. Sebelum bangkit ia menoleh dulu ke buffet, sebuah photo di hari pertunangan resminya dan Eiji terpajang disana. Ia dan Eiji bergandengan tangan, saling menatap dengan senyuman lebar. Bibirnya membentuk senyuman, lalu bergerak bangkit dan memulai harinya.

Di rumah lain.

Eiji sudah berdiri di depan lemari pakaiannya dengan handuk baju, ia memilah-milih bajunya dulu. Bibirnya manyun melihat koleksi bajunya. Ia menghela nafas dalam dan akhirnya mengambil sebuah sweater dan dengan baju kemeja, lalu mulai berpakaian.

Kembali ke tempat Yoshihiro, ia menghampiri cermin besar di kamarnya untuk merapikan penampilannya. Ia mengenakan kemeja rapi dan merapikan rambutnya lagi. Di samping cermin seluruh badan itu, terpajang photo wisuda Eiji yang memperlihatkan buket bunga besar yang ia kirimkan karena tidak bisa hadir ketika itu. Pot kecil berisi kaktus berdiri di sebelah photo tadi. Setelahnya ia berbalik untuk mengambil jubah hangatnya, mengenakannya dulu, lalu mengambil tas ransel. Di resleting depannya tergantung boneka kodok berwarna hijau.

Kampus.

Yoshihiro melangkah masuk ke kelasnya pagi itu, ia menghampiri meja di deretan kedua yang masih kosong dan bergerak duduk. Ia meletakkan tas ranselnya ke atas meja dan mulai mengeluarkan bukunya.

Seorang pria masuk ke kelas, ia mengedarkan pandangan dulu. Semua orang terlihat sibuk sendiri. Pandangannya bertemu pada Yoshihiro yang duduk sendirian.

"Fukawa!" Panggil seorang pria di meja belakang.

Pria yang dipanggil Fukawa itu menoleh dan melambai, lalu berjalan menuju meja itu.

Di kampus lain.

Eiji menyandang tas ranselnya dan turun dari mobil yang mengantarkannya, lalu melangkah menuju pintu gedung kampusnya.

"Oh.. Kajiyashiki.." sapa seorang gadis yang berpapasan dengan Eiji.

Eiji tersenyum lebar dan melambai sambil berlalu.

"Kajiyashiki, jangan lupa tugas kita minggu depan yaaa.." ucap seorang pria yang sedang bergegas melewati Eiji.

"Oke!" Jawab Eiji dan berbelok ke lorong lain, ia menghampiri sebuah kelas dan masuk kesana.

Seorang gadis berambut panjang yang di warnai coklat cerah tersenyum melihat Eiji, gigi gingsul membuat senyumannya semakin manis. "Eiji..." sapanya.

Eiji tersenyum melihat gadis itu sudah terlebih dulu disana, "Hai..." ia bergegas menghampiri gadis itu, "Sudah lama?"

Gadis bernama Yuri itu menggeleng, "Tidak juga.." jawabnya.

Eiji mengeluarkan buku sketsanya dan tempat pensil rapi dengan pensil warna di dalamnya.

Yuri memperhatikan jari lentik Eiji yang mulai menajamkan pensilnya, ia memperhatikan cincin yang melingkar di jari manis tangan kiri pria itu. "Aku hanya penasaran..." ia menunjuk cincin itu, "Kau selalu mengenakan cincin ini, apakah ada arti khususnya?"

Eiji melirik cincinnya, lalu tersenyum malu, "Ohhh.. ini..."

Yuri menopang dagunya dengan tangan untuk memperhatikan jari Eiji lebih dekat, "Cincinnya unik sekali, seperti milik nenekku dulu." Sahutnya.

Eiji menatap cincin dengan batu berlian indah yang tenggelam di tengah tubuh cincin. Dengan ukiran logo keluarga Kyoto memanjang di sekeliling cincin. "Cincin ini sudah turun menurun selama 100 tahun.."

Mata Yuri membesar dan menatap Eiji tak percaya, "Benarkah? Keren..." pujinya.

Eiji tersenyum malu mendengarnya.

Yuri menegapkan duduknya dan mengambil tangan Eiji untuk melihat cincin di jari pria itu, ia memutar cincin untuk melihat ukiran disana. "Oh... kau bilang keluargamu dari kota Kyoto kan?" Ia manggut-manggut mengerti.

Eiji menganggguk membenarkan.

Yuri terlihat bingung, "Ini bukan lambang kota kan?" Tanyanya bingung sembari menunjuk lambang keluarga Kyoto yang terukir di cincin.

"Ahhh... itu... logo Keluarga Kyoto." Jawab Eiji.

Yuri memandang Eiji bingung, "Kenapa kau mengenakan cincin dari keluarga Kyoto?"

Eiji mengulum bibirnya menahan senyuman malu, "Ummm.. ini cincin pertunanganku." Jawabnya pelan.

Yuri berusaha mencerna informasi itu terlebih dulu, tak lama matanya membesar. "Kau sudah bertunangan?!"

Eiji mengangguk membenarkan.

"Yuri menatap Eiji tak percaya, "Kita bahkan belum 20 tahun, kau sudah bertunangan?"

Eiji tertawa kecil sembari menarik tangannya dari pegangan Yuri untuk melanjutkan meruncingkan pensilnya, "Aku tau..." jawabnya lucu, "Ini pertunangan yang sudah di rancang keluargaku dan keluarga Kyoto, jadi hanya terjadi begitu saja."

Yuri manggut-manggut mengerti, "Ohh..."

FiancéeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang