19

11 1 0
                                    

Tidak semua orang dari keluarga besar Kyoto dan Kajiyashiki yang bisa mengerti bahwa pertunangan yang menyelamatkan mereka dari Ramalan Buruk adalah dua orang pria, bukan dengan seorang putri yang sudah bersusah payah mereka tunggu selama 100 tahun.

Eiji duduk diujung meja bersama Yoshihiro, ia memandang beberapa meja sudah kosong karena sebagian besar keluarga jauh memilih untuk pergi akibat tidak bisa menerima tentang dirinya dan Yoshihiro-lah yang mengenakan sepasang cincin turunan dari para leluhur mereka.

Yoshihiro memandang Eiji yang terlihat muram, tangannya diatas meja bergerak ke tangan pria itu dan menggenggamnya erat.

Eiji menoleh merasakan genggaman itu.

Yoshihiro menatap Eiji hangat, senyuman mengembang di bibirnya. Ia mengulurkan tangan kirinya ke tangan yang memegang tangan kiri pria itu. Memperlihatkan cincin indah yang sudah turun menurun dari keluarganya, yang selama 100 tahun terakhir di simpan sampai ada pertunangan di antara kedua keluarga terjadi. "Tidak perlu dipikirkan.. Kau lihat kan? Cincin dari leluhurku terpasang di jari manis kita, itu berarti tidak ada satu pun dari mereka yang berhak melepaskannya." Ucapnya pelan.

Eiji menghembuskan nafas panjang, "Hmm..." gumamnya.

Senyuman Yoshihiro semakin lebar mendengar reaksi itu, "Kita sudah mematahkan Ramalan Buruk, jadi mereka semua berhutang budi pada kita. Hanya perlu waktu saja hingga mereka terbiasa melihat kita bersama."

Akhirnya Eiji tersenyum, terlihat lebih tenang.

Dari kursinya, Eiko yang sedang menyantap makanan memperhatikan Yoshihiro dan Eiji yang bertatapan di ujung meja. Melihat mereka bersama membuat senyuman juga menular ke bibirnya.

Setelahnya.

"Nantinya kau akan berkuliah di Kota Kyoto atau Kota Tokyo, Eiji?" Tanya Paman Kedua pada Eiji saat Yoshihiro membawanya berkeliling menyapa keluarga yang tersisa.

Eiji melirik Yoshihiro disisinya.

"Aku yang akan berkuliah ke Kota Tokyo, Paman." Jawab Yoshihiro.

"Oh ya? Kenapa kau malah kesana?" Tanya Paman Kedua heran.

"Semua orang di Keluarga kita rata-rata berkuliah di Universitas Kyoto, jadi kupikir ingin mencari tempat yang berbeda untuk pendidikanku." Jawab Yoshihiro.

Eiji tersenyum mendengar jawaban Yoshihiro.

Paman Kedua memandang kedua anak muda itu bergantian, "Kalian tidak tinggal bersama, kan?"

Eiji dan Yoshihiro tampak bingung.

"Tinggal bersama? Kenapa kami tinggal bersama?"tanya Eiji polos.

Paman Kedua menahan tawa mendengar kepolosan itu, "Menurut adat istiadat kedua keluarga kita, pasangan yang sudah bertunangan belum boleh tinggal bersama sampai pernikahan mereka." Jelasnya.

Eiji dan Yoshihiro manggut-manggut dengan wajah mengerti.

Paman Kedua menatap kedua anak muda itu bergantian sekali lagi, "Juga..." ia mengacungkan jari ke arah mereka.

Mata Eiji dan Yoshihiro tertuju pada jari Paman Kedua.

"Jaman sudah maju, tapi adat istiadat tentang berhubungan seksual sebelum menikah itu di larang." Ucap Paman Kedua memberitau.

Wajah Eiji dan Yoshihiro langsung merona merah dengan mata membesar menatap Paman Kedua.

Paman Kedua tersenyum lucu menatap wajah anak muda itu, tak lama wajahnya berubah kaget. "Kalian belum melakukannya kan?"

Eiji dan Yoshihiro terkejut, "Tentu saja tidak!" Sahut mereka nyaris bersamaan, lalu saling melirik. Rona di wajah mereka semakin tebal dan langsung memalingkan wajah sembari mengelus tengkuk.

—————————
Terima kasih sudah membaca tulisanku, jika kamu suka silahkan simpan ceritaku ke list-mu agar mendapatkan notifikasi ketika ceritanya update dan jangan lupa vote & komen.

Love, Wednesday Hwang ♥️
—————————

FiancéeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang