12

19 2 0
                                    

Eiji turun dari lantai atas, langkahnya berhenti menatap Eiko yang sedang memainkan sebuah lagu di piano. Sudah hampir satu jam saudarinya itu memainkan sebuah lagu klasik dengan alunan sedih. Setelah mendengar informasi dari kedua orang tua mereka tentang pertunangan yang harus segera dilakukan, saudarinya itu berkata akan berlatih piano. Namun sebagai orang yang terlahir bersama gadis itu, ia bisa merasakan emosi yang gadis itu rasakan.

Setelahnya.

Eiko duduk bersandar ke tempat tidur, karpet nyaman yang sangat empuk di bawah tubuhnya tetap menghangatkannya dan Eiji yang duduk di sebelahnya.

Eiji menatap Eiko dalam, "Kau baik-baik saja?"

Eiko menghembuskan nafas panjang dan memandang Eiji, "Kenapa Ayah dan Ibu membuatku mempelajari piano jika mereka tidak akan membiarkanku mempelajarinya lebih?" Tanyanya tak mengerti.

Eiji mengulurkan tangan dan memegang tangan Eiko, juga menggeser tubuhnya lebih dekat dengan saudarinya itu.

Eiko menyandarkan kepala ke bahu Eiji.

"Kau masih bisa mempelajarinya setelah bertunangan, ya kan?" Tanya Eiji.

Eiko menghela nafas dalam, "Kudengar dari Ibu, nanti setelah menikah jika keluarga Kyoto ingin aku harus ikut pindah ke sana." Ucapnya lesu.

"Ummm.. tidak perlu khawatir..." Eiji mengelus punggung tangan Eiko, "Nanti jika kau harus tinggal di Kota Kyoto, aku juga akan mencari pekerjaan disana jadi kau tidak kesepian."

Eiko mengangkat wajah menatap Eiji lucu, "Kenapa ke Kota Kyoto jika kau bisa tinggal di kota sebesar Tokyo?"

Eiji tersenyum lucu, "Tokyo tidak akan seru jika kau tidak ada..."

Eiko mengulum bibirnya menahan senyuman, lalu menggenggam tangan Eiji yang memegang tangannya. "Aku juga ingin terlahir sebagai anak lai-laki di keluarga ini." Ucapnya pelan.

Eiji cemberut, "Tapi kan menjadi anak perempuan satu-satunya setelah 100 tahun kan keren sekali."

Eiko tersenyum malu, "Tapi.. jika kau bisa memilih...Kau ingin terlahir sebagai pria atau perempuan?" Tanyanya.

Eiji tertegun mendengar pertanyaan itu, ingatan tentang sosok Yoshihiro yang mulai menjalin hubungan dengannya adalah seorang pria. Membuatnya merasa takut dan gusar, "Apa pun.. selama aku tetap bisa bersama orang yang kusayangi."

Senyuman Eiko semakin lebar, "Hmmm... Kau janji kan akan pindah ke Kota Kyoto jika aku harus tinggal disana?"

Eiji kembali tersenyum, lalu mengulurkan jari kelingkingnya pada Eiko. "Aku berjanji."

Eiko mengaitkan jari kelingkingnya dan Eiji.

"Jangan sedih lagi ya? Juga jangan memainkan lagu sedih sepanjang malam lagi..." ucap Eiji mengingatkan.

Eiko cengengesan malu, "Iyaaaaa... Aku hanya ingin membuat Ayah dan Ibu merasakan sedikit pemberontakanku."

Eiji tertawa lucu, "Kau juga harus memikirkan kesehatanmu, kurang tidur bisa membuatmu sakit."

Eiko mengangguk mengerti, "Aku mengerti."

—————————
Terima kasih sudah membaca tulisanku, jika kamu suka silahkan simpan ceritaku ke list-mu agar mendapatkan notifikasi ketika ceritanya update dan jangan lupa vote & komen.

Love, Wednesday Hwang ♥️
—————————

FiancéeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang