43

11 1 0
                                    

Anggota Klub Pecinta Alam yang sudah lebih dulu membereskan sisa pembakaran api unggun langsung terdiam canggung melihat Yoshihiro bergabung.

"Aku akan membuang ini ke tempat pembakaran." Ucap Yoshihiro sembari hendak mengangkat tong tempat pembakaran tadi. Ia langsung berhenti karena kedua tangannya di tahan dari sisi kanan dan kiri, ia menoleh ke kanan dan kiri.

Ketua Klub dari depan tong pembakaran melipat kedua tangan di dada dan menatap Yoshihiro selidik, "Kau bilang pertunanganmu karena keluarga! Keluarga mana yang membiarkan anak mereka bertunangan dengan seorang pria? Di usia muda sepertimu?!"

Yoshihiro diam dulu, lalu memandang yang lain yang juga menatapnya selidik. "Keluargaku?" Jawabnya bingung.

Senior berkacamata menghembuskan nafas frustasi, "Memangnya di keluarganya tidak ada perempuan?"

"Ada, kembarannya." Jawab Yoshihiro.

"Nah! Keluarga mana yang membiarkan anaknya bertunangan dengan pria sementara ada anak perempuan di keluarga itu?!" Tanya Senior yang lain.

Yoshihiro diam dulu, lalu menghembuskan nafas panjang. "Aku tidak menyukai perempuan." Jawabnya.

Helaan nafas dalam langsung keluar dari mulut para senior itu, yang memegang tangan Yoshihiro melepaskan pegangan mereka dan bergerak mundur.

Yoshihiro memandang para seniornya, "Apa aku jadi orang aneh sekarang?" Tanyanya memastikan.

"Oh.. oh.. tidak! Tentu saja tidak!" Jawab Ketua Klub cepat, lalu garuk-garuk belakang kepalanya bingung.

Yoshihiro memperhatikan sekitar lagi, para seniornya terlihat sangat canggung. Seulas senyum muncul di bibirnya dan mengangkat tong bekas pembakaran, "Tidak perlu khawatir, kalian tidak semanis tunanganku. Aku tidak akan tertarik pada kalian." Ucapnya memberitau, lalu membawa tong itu pergi.

Mulut para pria lain terbuka tak percaya, "Aissh.." gerutu mereka.

Ketua Klub tersenyum lucu memperhatikan Yoshihiro pergi, lalu memandang teman-temannya. "Dia benar... Siapa yang bisa menandingi tunangannya tadi? Wajah kalian seram semua." Ledeknya, "Ayo kita rapikan dan pulang."

+++

Eiji menyadari lirikan orang sekitar saat ia memasuki kawasan kampus, ia hanya membalas mereka dengan senyuman dan lambaian tangan. Ia sudah tau mengapa mereka semua memandangnya, jadi hanya terus melangkah menuju kelasnya.

Yuri yang sudah duduk di kelas langsung melambai, "Eiji!"

Eiji tersenyum lebar sambil balas melambai dan bergerak duduk di samping Yuri.

Yuri memegang tangan Eiji dan menatapnya serius, "Kau serius bertunangan dengan seorang pria?!"

Eiji tersenyum malu dan mengangguk.

Mata Yuri membesar, "Kenapa tidak pernah memberitauku?"

Eiji menahan tawa, "Aku hanya... tidak tau cara mengatakannya saja." Jelasnya.

Yuri memegang kepalanya bingung, "Tunggu.. aku masih tidak bisa memahaminya." Ucapnya bingung, "Ini perjodohan dari keluarga, tapi kenapa..." ia tidak bisa memahami apa yang terjadi.

Eiji menarik tangan Yuri dari kepala dan menatapnya lucu, "Sudah.. tidak perlu di pikirkan lagi." Ucapnya memberitau, "Akan kujelaskan..."

Yuri memandang Eiji menunggu jawaban.

"Keluargaku dan keluarga tunanganku harus menjodohkan keturunannya memang, tapi sejujurnya bukan aku pilihan pertamanya." Ucap Eiji memulai, "Kau tau kan, kembaranku Eiko?"

Yuri terlihat mulai mengerti, "Ohh.. seharusnya di jodohkan dengan Eiko?"

Eiji mengangguk membenarkan, "Ya, seharusnya pilihan perjodohan adalah Eiko. Bukan aku." Jelasnya, "Tapi ternyata, sebelum resmi bertunangan, aku dan tunanganku bertemu dan mulai berkencan. Lalu... saat pertunangan harus dilakukan, hanya... mmm... tidak mungkin dia bertunangan dengan Eiko kan?"

Yuri menghela nafas dalam panjang, "Ohh.. aku mengerti." Ucapnya pelan, "Tapi... Eiko tidak apa-apa dengan pertunangan kalian?"

Eiji tersenyum lebar, "Dia sama sekali tidak ingin bertunangan, dia ingin belajar musik ke Harvard." Jelasnya.

Yuri tertawa lucu, "Apakah keluarga kalian langsung setuju dengan pilihan kalian?"

"Sebenarnya tidak juga, tapi... mau bagaimana lagi?" Tanya Eiji dan tertawa kecil.

Seorang pria yang terlihat gemulai, mengenakan makeup menghampiri Eiji. "Kau Kajiyashiki Eiji?"

Eiji menoleh, "Ya?"

Pria itu tersenyum malu-malu dan memegang belakang telinganya, "Ummm.. apa unggahanmu sebelumnya, apakah itu benar-benar foto pertunanganmu?"

Eiji tersenyum dan mengangguk membenarkan.

Pria itu menutup mulutnya menahan senyuman yang ingin keluar, "Kau sangat keren mengunggah foto seperti itu." Pujinya dan mengacungkan jempol.

"Benarkah?" Eiji tersipu malu.

"Kau membuat pria-pria sepertiku jadi berani muncul di permukaan." Ucap pria itu, "Terima kasih."

Ucapan itu membuat Eiji tersenyum haru, "Tidak perlu berterima kasih, berkencan dengan pria atau wanita itu hak semua orang kan?"

Pria itu mengacungkan ibu jarinya lagi, lalu berbalik dan berjalan keluar dari kelas.

Yuri menatap Eiji kagum, "Uuuu... Prince Eiji, tidak di SMA, tidak di kampus. Kau selalu menjadi trend center." Godanya.

Eiji tertawa malu, "Yuri~"

Yuri tertawa lucu.

—————————
Terima kasih sudah membaca tulisanku, jika kamu suka silahkan simpan ceritaku ke list-mu agar mendapatkan notifikasi ketika ceritanya update dan jangan lupa vote & komen.

Love, Wednesday Hwang ♥️
—————————

FiancéeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang