14

12.4K 467 0
                                    

Tandai typo
____

''Hosh hosh hos!'' napas Kia memburu kala mimpi buruk menghampiri tidurnya.

Mengubah posisinya menjadi duduk lalu memeluk boneka lusuh berbentuk beruang berwarna cokelat yang tadi siang baru sampai di mansion dari rumah lamanya.

Ia menatap sekeliling kamarnya yang hanya di terangi oleh lampu tidur saja lalu melirik jam weker di atas nakas yang menunjukkan pukul satu lewat lima belas dini hari. Napasnya semakin memburu kala mengingat seorang pria berkepala kambing yang memlnghampiri mimpinya tadi.

Dengan memeluk boneka buluk miliknya, ia berjalan ke luar kamar dan menghampiri kamar orang tuanya yang berada jauh dari kamarnya.

Bulu kuduknya berdiri saat ia harus melewati lorong-lorong sedikit gelap yang entah kapan menemukan ujungnya.

Tiga menit berlalu ia terus menyusuri lorong-lorong itu yang hanya di sinari oleh lampu dinding dengan cahaya minim yang membuat kesan horor baginya.

Ia tersenyum sangat tipis kala melihat pintu kamar milik orang tuanya.

Tok! Tok! Tok! Tok!

Kia mengetuk pintu itu dengan bar-bar. Jelas saja itu tidak berhasil karena kamar di hadapannya ini kedap suara.

Ia menggulung lengan baju tidurnya lalu mengambil ancang-ancang mendobrak pintu besar di hadapannya ini.

''Satu ... Dua ... Tig- hiyyaaaaak!''

Brak!
Brak!
Brak!
Brak!

Jangan remehkan kekuatan gadis itu. Walau Kia bertubuh mungil dengan tinggi 154 cm, gadis itu memiliki kekuatan yang tak bisa di remehkan.

Gebrakan kuat dari balik pintu membuat pasutri yang sedang berpelukan itu terbangun.

''Siapa sih malam-malam gini ganggu aja,'' racau Arsav dengan mata yang masih terpejam.

Yola hanya diam mengumpulkan kesadarannya. Dengan langkah gontai ia berjalan ke arah pintu lalu membukanya dengan perlahan.

''Kia kenapa, nak?'' tanya Yola menatap Kia yang memeluk boneka di ambang pintu dengan mata yang menahan kantuk lalu menutup mulutnya kala menguap.

Kia menetralkan deru napasnya yang terengah-engah karena merasa lelah dengan aksi yang di lakukan barusan.

''Siapa, sayang!?'' tanya Arsav yang kini sudah duduk dan menoleh kearah Yola dengan mata yang masih tetap terpejam.

Yola sekilas ke arah Arsav lalu menoleh ke arah sang putri yang menatapnya intens.

''Kia mimpi buruk,'' ucapnya lalu memeluk sang Bunda.

Yola mengusap punggung sang putri lalu menggiring sang putri ke kasur king size.

''Kia mimpi apa, sayang?'' tanya Arsav mengusap rambut sang putri saat sudah berbaring di tengah antara dirinya dan Yola.

''Kia mimpi di kejar om-om kepalanya kambing. Jadi, Kia ke bangun.'' jelasnya lalu Arsav mengangguk paham.

Kia memeluk Yola dan memendam wajahnya di depan dada sang bunda dengan tangan Yola sebagai bantalannya saat ia mengingat mimpi tadi.

Yola mengusap rambut sang putri lalu menarik selimut sampai ke leher sang putri.

Arsav tersenyum ke arah Kia yang sudah mendendur halus lalu matanya terpaku dengan boneka buluk berukuran 30cm yang berada di pelukan sang putri,  terlihat warnanya saja sudah mulai memudar.

Yola yang paham arah pandang Arsav lalu menjelaskan jika boneka itu adalah boneka kesayangannya saat gadis itu  berusia satu tahun hingga saat ini.

''Aku bisa membelinya yang lebih bagus, mahal dan lebih besar dari itu.'' ucap Arsav, ia hanya merasa tak tega melihat boneka buluk yang di peluk sang putri itu.

''Mending tidur, Mas. Ini udah malam, Kia juga udah tidur.'' titah Yola lalu Arsav merebahkan tubuhnya dan memeluk kedua perempuan di hadapannya.

''Goog night, sayang.'' ucap Arsav mengecup kening sang istri.

Lalu beralih mengecup kening sang putri, ''Selamat tidur princess sayangnya Daddy ... '' ucap Arsav pelan lalu mengecup sayang kening sang putri yang sudah tertidur pulas. Karena gadis itu sangat mudah sekali untuk tertidur dengan pulas jika merasa nyaman.

''Selamat malam juga Daddynya Kia,'' sahut Yola lalu menarik selimut sampai ke leher sang suami.

***

Kia membuka matanya perlahan kala mendengar sang Bunda yang mengomeli Daddynya yang ketahuan bahwa sang Daddy merokok.

Ia menoleh ke arang Bunda yang sedang membenarkan dasi sang Daddy dengan terus mengomeli pria itu.

''Iya-iya ... Mas minta maap dan nggak merokok lagi,'' pungkas Arsav mengalah, ia pikir lama-lama telinganya akan berdengung jika terus-menerus mendengar omelan sang istri.

''Jangan iya-iya aja!'' kesal Yola.

Uhuk! Uhuk!

Arsav terbatuk kala Yola mengencangkan kaitan dasi itu di lehernya.

''Kamu mau bunuh aku!?'' kesal Arsav menatap kesal sang istri seraya melonggarkan dasinya.

Yola mendengus seraya memutar bola matanya malas lalu menoleh ke arah Kia yang sedang mengucek-ucek matanya.

''Matanya jangan di ucek, Dek! Nanti perih,'' tegur Yola menghampiri sang putri lalu duduk di pinggir king size tepat di samping sang putri.

''Ayo bangun kita sarapan, yang lain juga udah di bawah. Kia juga harus kuliah, kan?'' tanya Yola di angguki sang empu.

Yola tersenyum seraya mengusap rambut sang putri yang berantakan lalu menyisirnya kemudian menggulungnya.

''Princess Daddy udah bangun ya ... '' ucap Arsav lalu mengecup kening sang putri.

''Ih Kia bau kecut belum mandi ...!'' goda Arsav seraya menutup hidung menggunakan telapak tangannya.

Spontan gadis itu menatap kesal sang Daddy, ''Mana ada kia bau kecut. Bunda ... '' rengeknya menggoyangkan paha sang Bunda lalu menunjuk ke arah Arsav yang tersenyum meledek ke arahnya.

''Lihat, Daddy ... '' adunya pada Yola.

Yola terkekeh melihat raut gemas sang putri lalu mencubit perut sang suami yang berdiri di sampingny itu.

''Anaknya jangan godain terus, Mas ... '' geram Yola kala Arsav semakin meledek Kia.

Arsav tertawa lalu memeluk gemas sang putri, ''Daddy bercanda sayang ... Nanti Daddy beliin boneka yang besar untuk Kia. Jadi ... Princess Daddy udah dong cemberutnya, lihat tuh bibirnya mau jatuh saking majunya.'' ledek Arsav yang membuat Kia semakin kesal dan berakhir ...

''Huaaaa! Bunda ... !'' tangisnya histeris seraya menghentak-hentakkan kakinya di atas king size itu karena kesal setengah mampusc pada Daddy nya itu.

''Mas iiiih, udah di bilang juga ... '' kesal Yola lalu memeluk sang putri seraya menenangkan gadis itu.

o0o

Kia's Daily Life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang