12

12.9K 480 3
                                    

Tandai typo
____

Saat ini Kia, Manda dan Refa sedang mengemasi barang mereka karena mata kuliah sudah selesai dan ketiganya hendak pergi menuju kantin.

Refa dan Manda saling pandang kala melihat dua bodyguard menghampiri Kia. ''Mari, Nona.''

''Om Renal sama Om Aldan disini aja, Kia mau ke kantin bareng temen.'' ucap Kia.

''Tidak bisa, Nona. Kami akan terus menjaga anda sesuai perintah Tuan Besar,'' ucap Aldan membuat bahu Kia merosot lesu.

''Tapi, Om. Kia nggak nyaman di lihat ni orang-orang kayak gini~'' kesal Kia memelas kala orang-orang memandangnya seraya berbisik-bisik membuatnya tak nyaman.

Aldan menatap tajam para mahasiswa yang memandang mereka, spontan saja para mahasiswa yang melihat mereka cepat-cepat pergi.

''Mari, Nona beserta temannya. Kami akan berjaga di belakang kalian.'' tegas Renal.

Manda yang awal menatap binar Aldan langsung tersadar kala Refa menyikut lengannya, ''Gue tau loh naksir bodyguardnya Kia, tapi ya jangan terang-terangan juga lah, njir.'' bisiknya.

Manda memutar bola matanya malas, ''Jangan sia-siakan pemandangan indah ini, Ref.''

Refa berdecak lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Manda, ''Kayanya Kia anak konglongmerat, yah? Sampe di jaga bodyguard segala.'' ucapnya di sngguki setuju Manda.

''Mari, Nona beserta temannya.'' ucap Aldan.

Tepat saat mereka memasuki kantin seluruh pasang mata menatap Kia dkk. Karena mereka baru pertama kali ini melihat Kia setelah tadi pagi membuat heboh para mahasiswa dengan kedatangannya.

Para mahasiswa bertanya-tanya perihal siapa Kia mahasiswi itu dan mengapa harus di dampingi oleh dua bodyguard. Bahkan, anak orang kaya di sana sekalipun tidak di dampingin oleh bodyguard.

Kia terdiam sejenak membuat Manda, Refa dan dua pemuda di sampingnya mereka menghentikan langkah mereka.

Kia menatap penghuni kantin yang menatapnya. ''Apa ada yang aneh dengan diriku?'' gumam Kia mengerut kan keningnya.

''Tidak ada, Nona. Alangkah baiknya segera menuju bangku kosong di dekat dinding sana karena setengah jam lagi mata kuliah anda akan di mulai,'' ucap Aldan.

Kia mengangguk lalu mereka berjalan kearah bangku kosong yang di tunjuk Aldan sebelumnya. ''Biar kita aja yang pesen, kalian mau pesen apa?'' tanya Refa diangguki Manda.

''Mie ayam aja, Om Aldan sama Om Renal mau apa?'' tanya Kia menoleh kearah keduanya bergantian yang berada di sisi kanan dan kirinya.

''Kami tidak perlu, Nona.'' ucap Renal.

''Kia tidak menerima penolakan. Manda? Boleh kah pesan kan mie ayam aja untuk mereka. Minum nya samain aja sama kalian. Nih duit nya,'' ucap Kia menaruh satu lembar uang seratus di atas meja.

''Terimakasih, Nona. Tetapi ini tidak perlu.'' sela Aldan.

Kia mengode dua gadis itu untuk segera pergi memesan makanan.

Dua pemuda di sampingnya hanya menghela nafas lelah melihat keras kepala Kia yang tak mendengar mereka.

''Om Renal sama Om Aldan udah nikah?'' tanya nya.

''Memangnya kalian ini udah umur berapa sih?'' lanjit Kia penasaran.

''Saya berusia 27 dan Renal 29, Nona.'' sahut Aldan.

''Jadi kalian udah nikah?'' tanya Kia.

''Saya sudah memiliki istri, Nona. sedangkan Aldan belum.'' sahut Renal tersenyum mengejek kearah Aldan yang menatapnya tajam.

''Waaah Om Aldan belum punya istri? Gimana ... Kalau pulang nanti kita ke lampu merah.'' antusias Kia menatap semangat Aldan.

Kedua pria itu mengerutkan kening bingung, ''Mau ngapain, Nona?'' tanya Renal di angguki Aldan.

Kia memukul meja dengan kesal membuat orang-orang disana spontan menatapnya. Sedangkan Renal dan Aldan menatap tajam orang-orang yang terang-terangan menatap Kia.

Kia hanya tersenyum kikuk menyadari kebodohannya. ''Om Renal ini ginana sih!? Masa tidak tahu kita ngapain kesana.'' dengusnya.

Renal mengerutkan keningnya dengan dengan menatap serius Kia menunggu jawaban. Kia mendengus lalu menepuk kesal bahu Renal.

''Ya kita kesana nyari istri untuk Om Aldan lah, Om Renal ... Tadi Kia lihat banyak Tante-Tante disana.'' geram Kia membuat Renal spontan tertawa ngakak.

Sedangkan Aldan? Ia membulatkan mata kaget dan menatap tajam Renal yang menertawainya. ''Bang lo kok ketawa sih!'' kesal Aldan menendang kaki Renal di bawah meja.

Perlahan tawa Renal berhenti dan menatap serius Kia, ''Nona? Nona tau tidak mereka semua itu waria,'' jelas Renal lembut.

Kia memundurkan wajahnya menatap tak percaya Renal, ''Ah masa iya? Om Renal nggak boleh fitnah gitu lah, Tuhan marah entar.''

Renal menghela napas lelah, ''Mereka itu waria, Nona. Jadi mana bisa menikah dengan Aldan, karena mereka tidak akan bisa memiliki si buah hati.'' jelas Renal memberi pengertian pada Kia yang sedang mengerutkan kening dalam seraya berpikir keras.

Kia mendekatkan wajahnya ke arah Renal dengan ekspresi serius, ''Beneran, Om? Perasaan tadi mereka semua ada dadanya, besar-besar pula, Kia punya nggak sebesar itu.'' heran Kia membuat dua pria dewasa itu tersedak.

o0o

Kia's Daily Life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang