Tandai typo
____Arsav menghela nafas perlahan lalu menatap kedua orang tuanya yang berada di depannya. ''Tepat saat 19 tahun lalu ........ '' Arsav menjelaskan pada orang tuanya secara detail.
Vano dan Vana yang sedang berdepat kecil di ambang pintu spontan terdiam mendengar penjelasan Arsav, keduanya saling pandang.
''Bastard!'' desis Vano lalu berjalan cepat kearah Arsav dan diikuti Vana yang menenteng jas dokternya dari belakang.
''Bangsad lo!'' maki Vano membogem wajah Arsav.
Arsav meringis kala merasakan sudut bibirnya berdarah.
Kia yang melihat kejadian itu sontak memeluk Yola, ia hanya tak menyukai kekerasan namun menyukai keributan.
Yola mengusap rambut Kia. ''Vano! Stop!'' suara tegas Rasef membuat Vano yang membabi buta membogem Arvan sontak terdiam. Sedangkan Arvan hanya diam saja tanpa melawan karena ia tahu bahwa ia pantas mendapatkan bogeman tersebut.
''Vana, bawa Kia ke kamar yang udah di siapkan.'' instruksi Maria menatap Vana.
''Iya, Mi.'' jawab Vana mengangguk.
''Kia? Ayo sayang, ikut Aunty.''
Kia mendongakkan kepala menatap Vana yang tersenyum lembut seraya mengulurkan tangan kearahnya lalu ia menatap Yola. Yola yang paham dengan tatapan Kia lalu mengangguk.
Dengan ragu, Kia menerima uluran tangan Vana.
Vana tersenyum lalu menuntun Kia yang masi gemetar, remaja yang sedang beranjak dewasa itu masih shock dengan keadaan barusan. Keduanya berjalan kearah lif yang akan membawa keduanya ke lantai dua dimana tempat kamar yang akan Kia tempati berada.
***
Kia terdiam di depan meja makan yang panjang nan luas dengan sajian makanan yang banyak.
''Ayo sayang, di makan?'' lembut Maria lalu menaruh paha ayam di atas piring Kia.
Kia masih terdiam, lalu menatap Arsav, sang Daddy yang tengah menyantap makan malamnya. Entah apalah yang gadis itu fikir dengan tatapan yang tak terbaca kearah Arsav.
''Ada apa, Baby?'' tanya Arsav kala sadar jika ditatap sang putri.
Kia menggeleng lalu melanjutkan makannya. Ia masi tak menyangka apa yang telah terjadi dalam hidupnya selama dua hari ini.
Vano malirik Kia sekilas, ia tak menyangka bahwa ia telah menjadi Uncle dan memiliki keponakan sebesar ini. Ia sempat terpaku melihat wajah kia lantaran memiliki kemiripan dengan sang kembaran.
Selesai makan malam keluarga besar itu berkumpul di ruang keluarga dengan tv yang menayangkan film kartun, siapa lagi kalau bukan Vano yang memutarnya, pria berbadan gagah dengan rahang tegas itu sangat menyukai kartun tetapi tidak dengan anime.
''Princess, tidur lah hari sudah semakin malam.'' celetuk Rasef lalu mengkode Maria membawa gadis itu ke kamar.
''Kia mau tidur sama, Bunda.''
''No!'' tegas Arsav membuat semuanya menatap tajam dirinya yang berteriak.
''Kia tidur sama Oma, ya?'' lembut Maria mengusap rambut Kia.
''Atau kia mau tidur sama, Aunty?'' tawar Vana.
''Kia tidur sama Oma, ya? Oma pengen banget lo tidur sama princess manis Oma ini,'' seraya menjawil hidung mungil Kia.
''Turuti kata Oma ya, Dek.'' ucap Yola mengusap tangan Kia.
Kia sedikit kesal sebenarnya. Malam ini ia sangat ingin tidur dengan sang Bunda namun melihat tatapan memohon sang Oma membuatnya iba.
Pada akhirnya ia hanya mengangguk menyetujui ucapan Maria. Lalu ia matanya mengarah pada Arsav yang tersenyum menang kearahnya membuatnya semakin kesal pada Daddynya itu.
''Ayuk kita ke kamar, hari sudah semakin malam,'' ucap Maria membawa Kia ke kamar gadis itu.
''Nah, sekarang Kia gosok gigi dulu baru tidur, oke Princess!?'' sesampainya di kamar gadis itu.
Kia mengangguk lalu berjalan kearah kamar mandi yang terletak di kamar itu, berbeda dengan rumahnya dulu yang hanya memiliki kamar mandi di dapur dan di kamar Yola saja.
Kia yang sedang berjalan kearah kamar mandi lalu terdiam kala melihat garden kamar yang terbuka lalu matanya menatap mansion yang berada di sebelah mansion Opanya ini.
Ia melihat seorang pria di mansion tetangga itu yang sedang membaca buku di meja belajar dengan penerang lampu belajar saja. Ia tidak bisa melihat wajah itu karena pria itu sedikit membelakanginya.
Ia memilih abai lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk menggosok giginya dan setelah itu ia berbaring di tempat tidur dengan Maria yang memeluknya.
''Maafin Daddy yang telat jemput Kia sama Bunda ya sayang. Seandainya Daddy mu itu berbicara pada Oma dan Oma mungkin ini semua tidak terjadi,'' lirih Maria mengusap rambut Kia.
Kia mendongak menatap sang Oma, ''Ini semua sudah takdir, kita hanya bisa menjalani tak ada guna mengeluh sebagaimana pun Oma.''
Maria tersenyum lalu mengecup kening Kia, ''Sekarang Kia tidur oke!?'' lalu menarik selimut sampai menutupi leher Kia.
''Cucuku ... '' lirih Maria saat Kia sudah tertidur pulas. Ia masih teharu dan tak nenyangka bahwa ia sudah memiliki cucu sebesar ini, ia merasa bersyukur karena Yola merawat cucunya dengan baik dan menjadi gadis semanis ini.
Ceklek!
Pintu kamar Kia terbuka, terlihat Rasef berjalan kearahnya. ''Kia sudah tidur?'' tanyanya lalu duduk di pinggir ranjang sebelah Kia.
''Sudah, malam ini aku tidur dengan Kia ya, Pi?''
Rasef mengangguk seraya mengusap rambut Kia, pria paruh baya itu pun masih tidak menyangka dan terharu karena memiliki cucu semanis ini yang membuatnya ingat pada Vana saat seusia Kia dulu.
''Cucu kita, Mi ... '' lirih Rasef lalu membelai pipi Kia.
Maria tersenyum lalu menggenggam tangan Rasef yang tadi nya membelai pipi Kia, ''Ia, Pi. Cucu kita, sekarang Papi lebih baik tidur hari sudah semakin malam.''
''Baiklah,'' lalu ia mengecup rambut Kia. ''Good night princess Opa.''
Kemudian mengecup kening Maria. ''Good night, sayang. Papi ke kamar ya.''
Maria mengangguk lalu Rasef berlalu menuju kamar mereka tak lupa ia menutup pintu kamar Kia.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/351886421-288-k251611.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kia's Daily Life (On Going)
Teen FictionUpdate sesuai keadaan Askia Felisha, kerap di sapa Kia, ia adalah anak semata wayang Yolanda Neara, seorang pemilik toko kue yang sederhana. Yola bukanlah seorang janda. Karena kejadian 19 tahun lalu membuatnya harus menjadi seorang ibu tanpa suami...