Tandai typo
____Dengan hati-hati Yola mengobati luka yang berada di sudut bibir Arsav.
Sshhh!
Ringis Arsav menahan perih di bibirnya.
Yola menghela nafas perlahan, ''Tadi kamu kan bisa ngehindar harusnya.''
Arsav tersenyum tips, ''Aku pantas dapatin ini. Sakit ini belum seberapa dengan apa yang kamu dan putri kita rasain selama ini.'' Arsav menunduk lalu menggenggam tangan kiri Yola.
''Maafin aku yang telat jemput kalian, maaf atas kesalahan aku. Mungkin jika malam itu tak terjadi, Kia tak akan terlahir atas kesalahan ku.''
Yola menggeleng lirih lalu menumpukan tangan kanannya di atas genggaman mereka, ''Ini sudah takdir, bisa di bilang aku bersyukur atas kejadian itu karena telah menghadirkan Kia yang membuat ku bertahan hidup hingga saat ini. Mungkin jika saat itu aku tak tau hamil, mungkin saat ini aku sudah tak lagi bernafas.''
Yola mengusap pipi Arsav dengan tangan kanannya, ''Kamu nggak perlu menyesal, semua sudah terjadi. Mungkin ini takdir yang sudah Tuhan tetap kan untuk kita jalani. Bukan kah kita harus mensyukurinya? Terimakasih sudah menjemput kami.'' ucap nya tersenyum lembut kearah Arsav.
Arsav mendekap Yola, ''Maaf- maafkan aku, maaf ...'' lirihnya memeluk erat Yola.
***
Kia mengucek matanya kala sinar matahari pagi menyelinap masuk dan tepat menyinari matanya. Ia menyipitkan mata menatap matahari yang mulai muncul sempurna di balik jendela kaca yang lebar itu.
Ia menoleh kearah samping yang ternyata sang Oma, Maria sudah tidak ada di sisinya. Dengan langkah gontai ia bangkit menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah itu ia berjalan kearah jendela kaca yang lebar itu lalu menggeser tirai gorden berkuran tinggi dan lebar itu.
Tepat saat ia menggeser gorden itu terlihat seorang pria dengan secangkir kopi di tangannya menatap kearah Kia. Keduanya sama-sama terkejut, namun dengan segera Kia beranjak dari sana karena gugup.
Tok! Tok! Tok!
''Kia sayang!? Sarapan yuk!'' panggil Oma Maria dari balik pintu kamar Kia.
Kia menoleh kearah pintu itu lalu membuka pintu kamar itu. Oma Maria tersenyum kearah Kia yang tersenyum tipis kearahnya.
''Kita sarapan dulu yuk, yang lain udah di bawah tuh.'' ucapnya seraya mengusap rambut Kia.
Kemudian keduanya berjalan menuju ruang makan yang sudah di penuhi oleh keluarga Mahapraja.
''Pagi princess!'' sapa mereka saat Kia mulai duduk dua bangku bersebelahan dengan Vano.
''Apakah tidur mu semalam nyenyak?'' tanya Opa Rasef.
Kia mengangguk pesan, ''Iya, Opa.'' jawabnya pelan.
Rasef tersenyum seraya mengangguk. Untuk saat ini Kia hanya membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang sekarang.
Vano menoleh kearah Kia yang sedang menatap Yola menata makanan di atas meja. Ia masih berpikir mengapa wajah Kia bisa se mirip itu dengan kembarannya? Lalu matanya beralih menatap Vana yang sedang menaruh nasi di piringnya.
Vana menatap heran Vano yang menatapnya seraya mengernyitkan dahi, ''Kenape lu?'' tanyanya.
Vano tersadar dari lamunannya lalu menggeleng menaruh ikan panggang di piringnya.
''Kia mau pake sayur apa sayang?'' tanya Vana.
''Biar Kia aja, Nty.'' lalu mengambil alih piringnya dari Vana.
Vana hanya mengangguk lalu duduk di samping sang Mami.
Yola tersenyum menatap Kia yang ada di hadapnanya sedang menatap kentang balado yang ada di depan Arsav.
Kia yang sadar di tatap Yola lalu mengangkat piringnya kearah Yola. Mereka semua terdiam menatap Kia bingung, terkecuali Yola yang paham maksud Kia.
''Kia mau apa, Nak!'' tanya Maria.
''Kia mau kentang balado, Mi.'' sahut Yola menaruh kentang balado itu ke piringnya.
Mereka terkekeh melihat tingkah Kia yang menunduk malu seraya memakan makanannya.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/351886421-288-k251611.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kia's Daily Life (On Going)
Ficção AdolescenteUpdate sesuai keadaan Askia Felisha, kerap di sapa Kia, ia adalah anak semata wayang Yolanda Neara, seorang pemilik toko kue yang sederhana. Yola bukanlah seorang janda. Karena kejadian 19 tahun lalu membuatnya harus menjadi seorang ibu tanpa suami...