26

14K 450 10
                                    

Tandai typo
_______________

''Daddy ini kenapa sih!?'' kesal Kia yang sedari tadi menahan kesal melihat Arsav yang terus menanyainya ingin makan apa, ada yang sakit atau tidak, bahkan pria itu menawari pulau dan pesawat pribadi untuknya.

''Kia bilang Kia nggak mau apa-apa, Daddy ...'' geram Kia.

Yola menggelengkan kepalanya heran melihat tingkah Arsav yang aneh sejak Kia bangun dari tidurnya.

''Daddy kan bertanya padamu sweety.'' keluh Arsav merosotkan bahunya.

''Mboh lah mboooh!'' prustasi Kia menjambak rambutnya.

''Eh?'' kaget Arsav langsung menarik kedua tangan Kia yang menarik rambutnya sendiri.

Yola menghela napas kasar lalu menarik jas Arsav untuk menjaduh dari putrinya itu. Ia sangat tahu jika Kia mati-matian menahan kesalnya, ia takut Arsav terkena amukan gadis itu nantinya.

''Kia baru bangun, jangan di  ganggu dulu ... biarin dia istirahat terlebih dahulu.'' ucap Yola.

''Tapi kan, Mas cuma-''

''Mas? Plis!?'' sela Yola menatap kesal Arsav.

Arsav membuang napasnya perlahan lalu mengangguk lesu kemudian duduk di sofa pojok ruangan.

''Kia mau jus mangga?'' tawar Yola, biasanya gadis itu ketika sakit sangat menyukai jud mangga, dan kebetulan tadi Maria sebelum pulang sempat membelikan jus mangga untuk Kia.

Kia menoleh ke arah sang Bunda yang menatapnya lembut, ''Kia kesal sama Daddy!''

Yola hanya mengangguk sebagai jawaban, ia menyodorkan jus mangga di hadapan Kia dan membantunya untuk minum, dengan senang hati Kia meminum jus mangga itu walau hati nya masi sangat kesal pada Arsav.

''Nanti Oma datang bawa soto kesukaan kamu. Sekarang Kia istirahat aja, kalau butuh apa-apa bilang ke Bunda kalau ada yang sakit cepat bilang ke Bunda.'' ucap Yola membantu membenarkan tidur Kia.

***

''Papi kan udah bilang jangan ganggu Kia lagi istirahat ...!'' geram Rasef melihat Arsav yang terus mengusap kepala Kia yang sesang memejamkan mata.

Maria menggelengkan kepalanya melihat kedua pria beda usia itu terus saja bertengkar, pantas saja Yola meminta izin padanya mencari udara segar sebentar.

''Arsav sayang? Biarkan putri mu istirahat dengan tenang dan jangan mengganggunya.'' ucap Maria lembut.

Arsav menatap sang Mami tak terima dengan panggilan itu yang tertuju padanya. Yang benar saja, ia sudah memiliki putri sebesar Kia tapi masi di panggil seolah ia masih kecil.

''Sudahlah sayang ... putra mu itu tak kan pernah mendengar sampai membuat menantumu muak berakhir memarahinya.'' celetuk Rasef.

Arsav menatap Rasef tak terima. ''Apa! Kau tak terima!'' galak Rasef menatap tajam Arsav seraya berkacak pinggang.

Kia yang sedari tadi diam seraya memejamkan mata kini mulai muak mendengar keributan yang terjadi sedari tadi. Ia membuang napas kasar lalu membuka selimut yang menutupi tubuhnya kemudian bangkit dan memegang tiang besi inpusnya.

''Kia mau kemana, Nak?'' tanya Maria yang melihat Kia bangkit dari brankar.

''Mencari ketenangan,'' singkat Kia keluar dari ruangan.

''Biar Mami yang nyusul Kia, kalian disini saja dan berhenti bertingkah seperti anak kecil!'' tegas Maria menatap tajam dua pria berbeda usia itu.

Setelah Maria kuar dari ruangan, Arsav dan Rasef saling beradu tatap dengan masing-masing keduanya bertolak pinggang.

''Ini semua salah kamu!''

Arsav membulatkan mata tak terima, ''Enak aja! Ini semua salah Papi, Papi yang memulai.''

''Lah bocah semprol! Kamu yang mulai kenapa Papi yang kamu fitnah! Durhaka sekali kamu menjadi anak!'' kesal Rasef melempar bantal sofa ke wajah Arsav.

Arsav mendengus lalu merapikan rambutnya yang berantakan akibat terkena lemparan bantal.

''Pap-!'' ucapan Arsav terpotong kala Rasef langsung  keluar ruangan.

Arsav menatap nanar pintu ruangan itu.

***

Yaka mengernyit heran ke arah Kia yang sedang berada di bawah pohon bunga seorang diri dengan tatapan kosong ke depan.

Yaka merogoh saku jas kebanggaannya. Tadi suster membelikannya susu kotak milo berukuran sedang dengan rasa cokelat untuknya.

Kini ia berpikir jika susu kotak itu untuk Kia saja, karena ia kurang menyukai susu cokelat karena ia lebih menyukai rasa vanila.

Yaka berjalan ke arah Kia kemudian duduk di samping gadis itu. Ia menaruh susu kotak itu di pangkuan Kia. Spontan saja gadis itu terkejut.

''Di minum susunya,'' ucap Yaka lalu menusukkan pipet itu ke bagian atas susu kotak itu.

Kia menerima susu kotak itu lalu meminumnya hingga tandas.

Yaka terkekeh geli melihat Kia yang terlihat menggemaskan di matanya.

''Om Yaka ngapain disini?'' tanya Kia menoleh sekilas Yaka.

Yaka membulatkan mata ke arah Kia, ''Apa-apaan itu? Ia memanggil ku Om! Yang benar aja ... !''  batin Yaka tak terima.

''Saya bukan Om kamu!'' kesal Yaka mendengus.

Kia melirik sinis Yaka, ''Emang, Om Kia cuma Uncle Vano seorang. ''

''Ya terus kenapa manggil saya gitu!?''

''Ya karena situ tua!'' ketus Kia.

''Mana ada! Saya masi muda gini kamu bilang tua?'' kesal Yaka.

Kia menghela napas kasar lalu menatap kesal Yaka, ''Yaudah mau di panggil apa!''

Yaka mengetuk dagunya berpikir sejenak, ''Menurut kamu apa?''

Kia mendengus, ''Om.'' jawabnya singkat.

Yaka memutar bola matanya malas, ''Yang lain lah.''

''Gimana Mas aja?'' lanjutnya.

Kia menatap jijik Yaka, ''Ogah banget! Bang Yaka aja deh!'' pungkas Kia.

Yaka menggeleng tak terima, ''Kamu pikir saya tukang parkir di panggil Abang!''

''Yaudah Kia panggil Om aja.'' enteng Kia.

Yaka menghela napas sabar, ''Ok deal. Tapi jangan panggil saya dengan sebutan Om!'' peringat Yaka.

o0o

Kia's Daily Life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang