20

10.1K 417 11
                                    

Tandai typo
___________________




Kia memasuki mansion dengan menyeret tasnya. Mata kuliah hari ini benar-benar full hingga ia pulang jam lima sore.

Ia menjatuhkahkan tubuhnya di atas karpet berbulu di ruang tamu. Saat ini ia benar-benar mager sekali untuk ke kamarnya. Tak lama kemudian ia terlelap.

''Hahaha!'' terdengar suara gelak tawa dari Vano dan para sahabatnya yaitu Ajay seorang polisi, Tito seorang apoteker dengan postur tubuh tinggi dan gemuk, dan Efin seorang dokter spesialis bedah.

''Kalau gue lihat-lihat juga Tito udah mulai kurus sih walau dikit, hahaha!'' celetuk Efin membuat tawa mereka kembali terdengar.

''Astaghfirullah!'' kaget Efin kala kakinya tersandung sesuatu.

Mereka semua spontan menunduk menatap kaki Efin.

Efin membulatkan mata melihat Kia yang sedang teridur dengan lelap di atas karpet berbulu berwarna coklat itu.

Efin berjongkok lalu mengusap kaki Kia yang tak sengaja ia sandung tadi. ''Vana?'' gumam Efin menatap heran Kia.

''Si Vana kenapa jadi kecil gitu?'' celetuk Tito menggaruk kepalanya heran.

''Kia, keponakannya Vano.'' sahut Ajay membuat Tito dan Efin spontan menoleh ke arahnya.

Spontan Efin memegang wajah Kia menolehkan wajah Kia ke kanan dan ke kiri. ''Yang bener aja!?'' heran Efin.

''Rugi dong!'' sambung Tito.

Vano dan Ajay spontan menepuk jidat mereka bersamaan.

Tito dan Efin menatap Vano dengan tatapan menuntut penjelasan.

Vano membuang napas kasar lalu mengkode keduanya duduk di bangku.

Vano menarik napasnya dan membuangnya perlahan, ''Jadi ... ''

Vano menjelaskan pada keduanya mulai dari awal hingga akhir. ''Kasian sekali Kia ... '' miris Tito menatap Kia iba.

Efin berjongkok lalu mengusap rambut Kia dengan lembut, ''Kasian sekali kamu, pasri sulit menjalani kehidupan di luar sana.''

Kia menggeliat kala merasakan usapan di kepalanya. Perlahan mata itu terbuka, ia terkejut ketika membuka mata melihat wajah tampan Efin di hadapannya. Reflek saja ia menabok pipi Efin.

Plak!

Vano, Ajay dan Tito spontan meringis melihat Efin yang mengusap pipinya yang terkena tamparan Kia.

Kia spontan menutup mulutnya shock, ''Alamak ... '' lirihnya menatap Efin takut.

Bagaimana tidak takut, jika tubuh Efin saja sudah seperti preman terlatih dengan postur tubuh tinggi dengan otot yang tercetak jelas di kemeja itu. Bahkan tubuh Ajay yang merupakan polisi saja kalah jika di bandingkan dengan tubuh Efin.

Kia menoleh ke arah Vano yang terdiam menatap Kia, ''Kia nggak sengaja.'' seraya menggeleng lirih.

***

Malam ini Kia sedang duduk tengah antara Arsav dan Yola. Saat ini keluarga Rasef sedang berkumpul di ruang keluarga di tambah para sahabat Vano juga malam ini menginap di kediaman Rasef.

Vana tertawa mendengar curhatan Tito yang mengatakan bahwa Kia yang menabok pipi Efin.

Sedangkan Kia? Ia hanya meringis. ''Kia udah minta maaf, sayang?'' tanya Yola seraya mengusap kepala sang putri.

''Udah, Bunda.'' cicitnya.

Yola tersenyum lalu mengecup singkat rambut Kia. ''Tapi kenapa tidak sekalian kamu tendang saja si Efin?'' celetuk Arsav membuat Yola spontan mencubit pinggang suaminya itu.

''Jahat banget lo, Bang!'' kesal Efin menatap sinis Arsav.

''Tapi bener juga yang di bilang Abang, kenapa nggak tendang aja sekalian si Efin!'' sambung Vano di balas anggukan dari para sahabatnya.

Efin hanya menatap tajama para sahabat nya itu.

''Tapi kamu tidak papa kan, Efin?'' tanya Maria khawatir.

Efin tersenyum mengangguk ke arah Maria, ''Efin nggak papa kok, Tan.''

''Syukur lah ... '' jawab Maria.

''Sudah-sudah, alangkah baiknya kita semua tidur, hari sudah semakin malam.'' ucap Rasef lalu menoleh ke arah Kia.

''Kia? Awas sampe Opa tau kamu masih main Handphone.'' peringat Rasef.

Kia terkesiap lalu mengangguk patuh. ''Kia tidur sama Aunty ya!?'' celetuk Vana.

Kia menatap langit ruang berpikir sejenak lalu mengangguk.

''Oke! Sekarang ayo kita ke kamar Aunty!'' antusias Vana lalu keduanya berjalan menuju kamar Vana yang berada di tangga seberang kamar Kia.

''Mami?'' panggil Vano membuat atensi mereka semua mengarah pada Vano.

''Kia kan tidur sama Vana. Jadi ... Vano boleh nggak tidur sama Mami dan Papi?'' celetuk Vano menatap Maria dengan puppy eyesnya.

Bugh!

Spontan Rasef melempar bantal sofa ke wajah Vano.

o0o

Terimakasih banyak untuk para teman-teman sudah mensuport author.

Daaaaaan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang muslim dan salam sejahtera untuk kita semua.

Jangan pernah lelah menjalani hidup karena ada para babang fiksi yang menemani kita!

See you para cantip kuuuuuu

Kia's Daily Life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang