27

5.7K 282 4
                                    

Tandai typo
Yang mau konseling/konsultasi gratis langsung hubungi saja ya
_____







''Kia mana, Mas?'' tanya Yola sesampainya di ruang rawat Kia.

Arsav yang awalnya sedang mengecek pekerjaan di tab langsung mendongak menatap sang istri.

''Kia lagi keluar, tadi Yaka nelpon kalau Kia sama dia di taman rumah sakit.'' jawab Arsav lalu bangkit dan menuntun Yola untuk duduk di sofa.

Yola menatap kaget Arsav,''Loh kok Kia di bolehin keluar sih, Mas? Kan Kia harus banyak istirahat.''

Arsav tersenyum melihat kekhawatiran sang istri lalu mengecup singkat kening Yola. Yola menatap heran Arsav yang tiba-tiba mengecup keningnya.

''Makasih udah rawat putri kita,'' ucapnya pelan nan tulus menatap lembut manik mata Yola.

Yola terdiam menatap lembut Arsav lalu menggenggam tangan pria itu. ''Itu udah jadi tugas aku, Mas. Kamu nggak perlu berterima kasih.''

Ceklek!

Pintu ruangan di buka oleh Yaka lalu memegang botol inpus Kia. ''Pelan-pelan ... '' ucap Yaka saat Kia hendak menaiki brankar.

Yaka menggantung botol inpus di tiang besi lalu menyapa orang tua Kia, ''Selamat sore Bang.'' sapanya lalu mengangguk singkat ke arah Yola.

Arsav mengangguk lalu mempersilahkan Yaka duduk di sofa single hadapannya.

''Gimana keadaan Kia? Kapan boleh pulang?'' tanya Yola.

''Yaka udah periksa Kia dan besok Kia juga udah boleh pulang kok, Mbak.''

Yola menghela napas lega kemudian menghampiri Kia yang sedang memakan buah semangka.

''Kia udah makan, Nak?'' tanya Yola.

Kia mengangguk lalu menepuk ruang kosong di sampingnya, ''Mau tidur di peluk Bunda.''

Yola terkekeh geli lalu naik ke atas brankar dan tidur di samping Kia dengan memeluk gadis itu.


***


''Malam, Kia sayang!'' teriak para sahabat Vano kecuali Ajay.

Sedangkan Vano dan Ajay yang berada di belakang Efin dan Tito seraya membawa beberaoa kantung kresek berisi makanan hanya mendengus kesal.

Kia hanya menatap kesal para sahabat Unclenya itu yang sangat berisik lalu tersenyum bahagia kala melihat Vano dan Ajay yang membawa banyak kantong kresek berisi makanan.

''Kia udah enakan?'' tanya Ajay lembut seraya membantu Kia yang hendak duduk.

Vano menatap sinis Ajay yang begitu perhatian pada keponakannya. Sepertinya ia harua berjaga-jaga agar keponakan kesayangannya itu tidak terjebak pada kadal rawa modelan Ajay.

''Bawak apa nih?'' semangat Kia kala Ajay menaruh kantung kresek di sampingnya, lalu dengan semangat ia membuka kantung kresek itu yang beriai banyak biskuit dan susu kotak.

''Om Anjay belum pulang ya? Ituh masih pake seragam Pak Pol.'' ucapnya menatap Ajay yang masih menggunakan seragam polisi.

Ajay mengangguk, ''Iya, tadi belum sempet pulang.'' jawabnya seraya membuka snack yang tadi di pegang gadis itu.

Sedangkan para sahabatnya yang lain tertawa mendengar panggilan yang tersemat untuk Ajay.

''Om Anjay gatuuuh!'' ledek Efin lalu tertawa seraya menepuk-nepuk bahu Tito.

''Sakit coy!'' kesal Tito menepis tangan Efin.

''Berisik banget lo pada!'' celetuk Vana memasuki ruang Kia. Tak lupa juga Agra yang membawa hampers berisi buah mangga untuk keponakan tunaglngannya itu.

''Uncle Agra!'' girang Kia saat melihat Agra yang membawa buah kesukaannya.

''Jangan lasak, Dek! Nanti inpus kamu terlepas,'' peringat Vana.

''Aunty, Kia mau itu!'' tunjuknya ke arah hampers yang di pegang Agra.

''Iya sabar ... Biar Uncle buka dulu kulitnya,'' ucap Agra lembut.

''Bang Arsav sama Mbak Yola kemana, Van?'' tanya Vana menatap adik bungsunya yang sedang santai tidur di atas sofa panjang.

''Tadi katanya dalam perjalanan kesini,'' sahutnya.

''Pesanan gue lo bawa?'' lanjutnya.

Vana melempar sweter yang bertengger di bahu Efin ke wajah Vano dengan kuat, ''Yang sopan lo sama gue! Walaupun kita kembar gue tetep Kakak lo!'' marah Vana.

Agra hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah dua bersaudara itu. Sepettinya Vano lupa jadwal datang bulan kembarannya itu.

''Uncle Agra nggak kerja?'' tanya Kia seraya menerima suapan mangga yang di berikan Agra.

''Kerja kok, ini Uncle udah waktunya pulang jadi mampir jenguk Kia dulu kesini.'' jawab Agra.

''Uncle? Aunty lagi pms ya?'' tanya Kia melirik kecil Vana yang duduk bersandar dinding tak jauh dari mereka.

Agra tersenyum seraya mengusap rambut Kia, ''Iya, Aunty kamu lagi pms jadi emosionalnya belum stabil.''

Kia mengangguk paham lalu menerima suapan mangga kembali dari Agra.

''Om Anjay!'' panggil Kia menatap Ajay yang duduk di bangku samping brankarnya.

''Kenapa, heum?''

''Kenapa ... Perut Pak Polisi gemoy-gemoy?'' tanyanya menatap Ajay penasaran.

''Gemoy gimana, Dek?'' tanyanya bingung.

''Perut buncit, Jay.'' timpal Agra lalu menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

Ajay mengangguk paham, ''Perut Om nggak gemoy tuh! Nih lihat!'' ucap Ajay bangkit dari bangku lalu membuka sedikit bajunya dan memperlihat perutnya yang kotak-kotak.

Spontan saja Agra menutup mata Kia menggunakan telapak tangan besarnya. ''Tolol! Kia masih kecil jangan lo nodai matanya.'' kesal Agra.

''Ajay ... Ajay!'' celetuk Tito dan Efin menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kepala sahabatnya satu itu.

''Habis lo ntar ama gue!'' timpal Vano.

''Hehehe, sory gue khilaf beneran sumpah suer tak kewer-kewer!'' ucap Ajay menggaruk kepalanya yang tak gatal.

''Kalian kenapa sih?'' heran Kia lalu menerima kembali suapan mangga.

''Nggak papa kok, sekarang Kia istirahat lagi ya?'' sahut Agra lalu membenarkan posisi tidur Kia.

''Bunda masi lama sampenya ya, Uncle?'' tanya Kia.

Agra menggeleng, ''Sebentar lagi Bunda sama Daddy sampe kok. Sekarang Kia istirahat aja ya? Uncle mau pamit antar Aunty kamu pulang dulu, kasian Aunty kamu udah tidur cape seharian kerja.''

Kia mengangguk pasrah lalu memejamkan matanya.



o0o

Kia's Daily Life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang