24

8.8K 387 5
                                    

Tandai typo
________

''Bunda?'' panggil Kia menyembulkan kepalanya di pinggir pintu mengarah dalam kamar Yola.

Yola yang sedang melipat pakaian Arsav lalu menoleh ke arah sang putri, ''Kenapa, Dek?'' tanya nya seraya melipat pakaian.

''Minta duit, beli cilok. Nanti Mamang ciloknya keburu lewat.''

Yola terdiam sejenak lalu menatap sang putri yang menautkan kedua tangan di balik badannya. ''Bentar Bunda ambil dulu uangnya.'' Yola beranjak menuju laci meja riasnya kemudian memberi Kia uang dua puluh ribu.

''Jangan bilang Daddy ya, Bun. Nanti Daddy marah, Kia takut.'' ucap Kia bergidik ngeri membayangkan Arsav yang memakannya hidup-hidup.

Yola mengangguk lalu mencubit pelan pipi sang putri, ''Suru paman yang di depan menemani dan ... Sejak kapan kamu punya piyama? Biasanya juga pake daster motif kartun.'' heran Yola melihat pakaian Kia yang berwana pink dengan motif hello kitty.

''Oma yang beli, Bunda. Masa Oma beliin banyak banget untuk Kia sampai lemari Kia isinya banyak piyama.''

Yola mengangguk, ''Berapa emangnya Oma beliknya?''

''Tiga lusin.''

''Uhuk! Uhuk! Tiga lusin!?'' shock Yola sampai tersedak. Satu lusin saja sudah dua belas pasang, ternyata itu memang banyak seperti yang di bilang Kia.

Kia mengangguk polos, ''Yaudah kalau gitu Kia  mau ke bawah, biasanya jam lima Mamangnya lewat.'' pamit Kia berlalu menuju lantai dasar.

Sesampainya di bawah ia melihat para bodyguard sedang duduk di pos satpam. Lalu seorang pria bertubuh besar nan kekar menghampirinya. Bodyguard tersebut bernama Vito berusia sekotar 35an tahun.

''Anda mau kemana, Nona?''

''Paman? Bunda bilang Paman suru temani Kia ke depan, Kia mau nunggu Mamang cilok lewat.''

Bodyguard itu mengangguk kemudian berjalan di belakang Kia, membututi gadis itu ke depan gerbang utama mansion.

Lima belas menit mereka berdiri di pinggir jalan, namun pedagang cilok yang di maksud belum juga terlihat.

''Biar saya saja yang menunggu, Nona masuk saja ke dalam.'' ucap Vito.

Kia menggeleng lalu menatap jalanan yang terlihat sepi. Ia tersenyum semringah kala dari kejauhan melihat gerobak pejual cilok itu di seberang jalan.

Ia terdiam sejenak menunggu karena ada beberapa kendaraan yang lewat.

''Hati-hati, Nona Muda!'' teriak Vito kala melihat Kia yang berlari ke seberang jalan tanpa aba-aba, untung saja motor yang melaju kencang tadi sudah lewat lebih dulu.

Vito menghela napas sabar lalu menyusul Kia yang berada di seberang, ia menghentikan langkahnya sebentar kala mobil yang hendak lewat.

''Mang lima ribu empat bungkus ya!'' riang Kia.

''Siap, Non!'' ucap penjual itu.

''Ini, Non. Ciloknya.'' ucap penjual itu setelah membungkus cilok yang Kia pesan dan menaruhnya di dalam kresek kemudian di sodorkan ke hadapan Kia.

Kia mengambil kantung kresek itu lu memberikan uang dua puluh ribu itu pada sang penjual.

Ia mengambil miliknya satu bungkus lalu plastik kresek tadi di sodorkan ke hadapan Vito, ''Nih! Untuk Paman dan temen Paman.'' ucap Kia.

Vito menggekeng, ''Tidak usah, Nona. Buat Nona muda saja.''

Kia menatap kesal Vito, ''Ambil nggak? Kalau nggak Kia bilamg ke Daddy.'' ancamnya.

Vito menghela napas sabar lalu mengambil alih kresek itu membuat Kia tersenyum lebar.

''Sabar, Nona!'' seru Vito kala Kia hendak menyebrang tanpa melihat kondisi jalan yang masih terlihat lalu lalang kendaraan, untung saja ia menarik kerah belakang leher Kia, kalau tidak ia pasti sudah mennadi santapan singa milik Rasef atau santapan buaya milik Vano.

Sedangkan Kia? Malah asik memakan cilok menghiraukan teguran Vito.

''Berjalan lah di samping saya Nona, sore ini banyak para pekerja pulang jadi jalanan mulai ramai.''

Kia hanya mengangguk saja mendengar penuturan Vito kemudian mereka menyebrang.

Namun, saking seriusnya Kia menikmati cilok ia tertinggal Vito yang sudah hampir sampai di seberang jalan.

Vito menoleh ke samping tidak mendapati Kia di sampingnya lalu ia menoleh ke belakang melihat Kia yang sedang asyik memakan cilok di tangannya.

Vito menghela napas ke sekian kalinya lalu kembali menyusul Kia yang berjalan pelan tanpa memperhatikan jalanan.

''Besok beli lagi ah!'' monolog Kia lalu menunduk menusukkan cilok ke tusukan tanpa melihat mobil yang sedang melaju dengan kekuatan kencang ke arahnya.

''Nona!'' teriak Vito berlari ke arah Kia kala melihat mobil yang melaju kencang ke arah Kia. Namun ...

Brak!

Naas, Kia terlanjur terserempet mobil. Vito berlari kencang menghampiri Kia yang berada di pinggir  seberang jalan dengan keadaan hampir setengah sadar akibat kepala yang membentur tiang listrik begitu kerasnya, cilok yang berada di tangannya tadi pun sudah berserakan di tengah jalanan.

Dari kejauhan mobil Yaka terlihat melaju pelan, seperti biasa setiap sore ia akan pulang jika tak banyak pasien.

Ia mengernyitkan dahi kala melihat bodyguard tetangganya di oinggir jalan hendak membopong seorang gadis.

Gadis? Monolognya lalu melajukan mobil sedikit kencang dan menghentikannya di dekat Vito berada.

Dengan segera ia keluar dari mobil dan menghampiri Vito.

''Kia!?'' shock Yaka lalu dengan cepat menggendong Kia masuk ke dalam mobilnya.

Ia meringis menatap Kia yang sudah tak sadarkan diri dengan kening yang terus mengeluarkan darah dan di bagian kaki dan tangannya yang sudah memeperlihat kan kulit dalamnya.

''Saya akan membawanya ke rumah sakit saya, kabari keluarganya.'' tegas Yaka pada Vito dan melujakan mobilnya kencang menuju rumah sakitnya.

o0o


Kia's Daily Life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang