Tandai typo
____________''Hoaaaams'' Kia menguap kala sudah mendudukkan dirinya. Pagi ini ia sangat senang sekali setelah apa yang di inginkannya terkabul.
Seharian kemarin ia tidak keluar kamar atau pun ikut makan bersama dengan keluarganya, padahal sebelumnya Kia sudah menyetok banyak makanan di kamarnya agar ia tidak kelaparan. Mereka semua sudah berbagai macam bujukan agar Kia mau keluar, tetapi Kia menolak sebelum permintaannya di kabulkan.
Jadi, apa permintaan tersebut? Tak sulit kok, ia hanya ingin di kampus tanpa di temani oleh dua bodyguard tampannya alias Renal dan Aldan.
Mau tidak mau Arsav mengiyakan permintaan putrinya itu, ia menyuruh Renal dan Aldan mengawasi Kia dari jauh.
Dengan buru-buru tanpa melihat, Kia memakai alas kakinya kemudian menuruni tangga menuju dapur untuk sarapan mengingat setengah jam lagi perkuliahannya akan di mulai. Ia tak terbiasa tidak sarapan di pagi hari, ia hanya tak suka jika nantinya merasa lapar. Setiap pagi makanan wajibnya adalah nasi bukan roti.
''Selamat pagi semuanyaaa!'' seru Kia lalu duduk di samping Vana yang sudah rapi dengan jas putih kebanggaannya.
Ia tersenyum lebar kala mereka semua membalas sapaannya.
''Daddy akan mengantarmu mu ke kampus begitupun pulangnya.'' tegas Arsav.
Kia hanya mengangguk tak keberatan jika Daddynya yang mengantar jemput, karena yang ia inginkan hanya tanpa pengawal.
''Bunda udah siapin bekal untuk mu, karena Bunda mendapat laporan kamu selalu memakan makanan tak sehat selama di kampus.'' ucap Yola menaruh kotak bekal berwarna hijau berukuran kecil dan tumbler berwarna hijau juga, karena putrinya itu sanhat menyukai warna hijau dan ungu.
Lagi dan lagi Kia mengangguk, ia tak merasa keberatan sama sekali, karena itu sanhat menguntungkan baginya, ia jadi bisa makan lebih banyak.
''Jangan meminum-minuman berwarna dan pengawet, sayang.'' peringat Maria pada cucunya itu.
Pasalnya Renal mengatakan jika Kia sering membeli sembarang minuman yang berada di kantin.
''Iya Oma ... Bunda ... Kia akan menjaga apa pun yang akan masuk ke dalam perut Kia, tak perlu khawatir.'' jawab Kia lalu meminum air putih di sampingnya hingga tandas.
''Sudah siap?'' tanya Arsav yang sedari tadi menunggu Kia selesai makan.
Kia mengangguk, ''Sudah, Daddy. Ayo kita berangkat atau Kia akan terlambat nantinya.''
''Sebentar! Bunda ambilin jus mangga untuk mu terlebih dahulu, tadi sedang di buatkan Bibi.'' ucap Yola lalu menuju dapur mengambil botol minum khusus untuk jus.
Setelah kembali dari dapur, Yola menyimpan jus itu ke dalam tas Kia, ''Inget kata Bunda, jangan makan sembarangan. Kalau makan lihat-lihat di dalamnya ada udang atau tidak, ada dengar?'' nasehat Yola menatap putrinya yang mengagguk.
''Iya, Bunda ... Kalau begitu Kia pamit dulu.'' ucapnya lalu mencium punggung tangan semua orang di meja makan itu.
Vano tersenyum jahil ke arah Kia yang mengarahkan tangannya ke jidat gadis itu lu menahannya. ''Cepetan, Uncle! Kia keburu telat ni!'' kesal Kia kala Vano memegang kuat tangan Kia.
''Vano!'' tergur Rasef, putra bungsunya itu suka sekali menjahili cucunya.
Vano hanya menyengir ke arah sang papi lalu melepas tangan Kia.
Kia yang terlanjur kesal lalu menginjak kuat kaki Vano dan berlalu menyusul Arsav yang sudah lebih dulu pamit menuju garasi.
***
Arsav menghentikan mobil tepat di samping gerbang. ''Belajar yang rajin, walaupun kita kaya putri Daddy juga harus pandai dan mampu memiliki segalanya sendiri.''
Kia mengangguk patuh, ''Iya, Daddy ... Kia akan belajar dengan sedikit rajin.''
Arsav mengerutkan keningnya, ''Kok sedikit?''
Kia berpikir sejenak, ''Karena Kia nggak pontar. Daddy harus tau kemampuan otak Kia tang bisa berpikir kritis, nanti sakit.''
Spontan Arsav menatap datar sang putri, ''Baiklah, terserah putri Daddy saja. Sebaiknya kamu masuk lah ke dalam kelas, keburu dosennya masuk.'' pungkas Arsav.
''Siap, Daddy!'' semangat Kia layaknya hormat.
Arsav mengusam gemas rambut putrinya itu yang entah menurun pada siapa. Padahal dirinya dan Yola tidak lah se aktif Kia, sepertinya ia tahu, putrinya itu menurun dari Vano yang absurt.
''Apakah Daddy tidak ingin membeei uang jajan untuk Kia?'' tanya Kia melihat Arsav yang hanya diam.
''Bukan kah Opa mu sudah memberi uang jajan?'' tanyanya yang di balas gelengan dari si empu.
Arsav mengangguk lalu mengeluarkan dompetnya dan memberi dua lembar uang seratus, ia sengaja tak memberi banyak, karena ia ingin pitrinya ini berhemat.
''Terima kasih Daddy cu!'' antusias Kia memeluk manja lengan Arsav.
Arsav mengangguk lalu mengecup kening Kia yang memeluk lengannya, ''Sudah-sudah! Masuk sana ke kelas, takut terlambat.'' pungkas Arsav.
''Iya, Daddy. Kalau gitu Kia masuk kampus dulu ya.'' pamit Kia.
''Tunggu! Berapa mata kuliah hari ini? Agar Dadsy tidak telat menjemputmu.''
Kia berpikir sejenak mengingat berapa mata kuliah yang di laksanakannya, ''Mungkin tiga, karena dua mata kuliah lain tidak masuk dosennya.''
Arsav mengangguk, ''Baiklah, ingat pesan Bunda jangan makan sembarangan.''
''Iya, Daddy ... '' sabar Kia menahan kesal menatap sang Daddy yang terkekeh melihat raut kesal Kia yang terlihat menggemaskan di matanya. Ia jadi ingin menggigit pipi putrinya itu yang terlihat melebar karena selama di mansion memakan makanan apa saja yang enak menurut gadis itu tanpa memikirkan kondisi tubuhnya yang semakin berisi. Walau hanya di bagian pipi saja.
Kia menciun punggung tangan Arsav lalu membuka pintu mobil, ia menatap bawah melihat pijakan tanah yang terlihat sedikit becek akibat guyuran hujan tadi malam.
Ia menurunkan kaki kirinya di atas tanah kemudian menurunkan kaki kanannya. Matanya membulat lalu menaikkan kedua kakinya ke dalam mobil lalu menatap sang Daddy yang menatapnya heran.
''Ada apa?'' tanya Arsav menaikkan sebelah alis matanya.
Kia hanya menunjuk ke arah alas kakinya. Kaki kanannya menggunakan sendal bulu bermotif katak dan kaki kanannya menggunakan sendal berwarna pink dengan gambar semangka di tempat pijakan kakinya.
Arsav hanya menggelengkan kepala melihat tingkah putrinya yang memakai sendal berbeda di kakinya.
''Kia nggak mau kuliah!'' histerisnya membuat Arsav spontan memejamkan matanya kuat saat mendengar suara nyaring Kia hingga kedua telinganya berdengung.
o0o
KAMU SEDANG MEMBACA
Kia's Daily Life (On Going)
Novela JuvenilUpdate sesuai keadaan Askia Felisha, kerap di sapa Kia, ia adalah anak semata wayang Yolanda Neara, seorang pemilik toko kue yang sederhana. Yola bukanlah seorang janda. Karena kejadian 19 tahun lalu membuatnya harus menjadi seorang ibu tanpa suami...