17

11.5K 442 2
                                    

Tandai typo
_________

''Cukup, Nona!'' tegas Renal kala Kia menuangkan saus untuk ketiga kalinya ke dalam mangkuk mie ayamnya.

''Ini udah ketiga kali lo nuang tu saos ke dalam mangkuk loh, Ki.'' timpal Manda di angguki setuju oleh Refa.

Kia hanya nengangguk sebagai jawaban lalu menaruh botol saus itu di atas meja.sedang memasuki

''Udah nggak gue tuang lagi kok, jadi kalian juga lanjut makan gih!'' titah Kia.

Tak lama kemudian mereka semua selesai makan siang dan saat ini mereka sedang duduk manis di bangku seraya menunggu dosen masuk.

''Selamat siang!'' sapa Dosen berusia empat puluh lima tahun itu saat memasuki ruang kelas.

Kia menoleh ke arah Manda yang sedang sibuk mengeluarkan alat tulisnya. ''Man?'' panggil Kia.

Manda menoleh ke arah Kia seraya menaikkan sebelah alis matanya.

''Tuh Pak Dosen siapa namanya?'' seraya menunjuk dosen itu dengan dagunya.

''Pak Amir namanya, usianya empat puluh lima tahun. Dia duda anak satu. Anaknya kating kita semester akhir jurusan kedokteran.'' jelas Manda.

''Gue nanya nama tu dosen bukan statusnya apalagi anaknya,'' dengus Kia langsung mempokuskan pandangannya ke arah papan tulis.

Manda membuang napas sinis, ''Di kasi info lengkap malah ngeluh. Dimana lagi padahal lu dapat info lengkap begini kalau nggak dari Manda yang syantik ini.'' sombong Manda mengibaskan rambutnya di samping wajah Kia.

Kia hanya mendengus lalu mempokuskan kemabali pada materi perkuliahan.

***

''Mas? Kita pulangnya berhenti di warung yang perginya aku tunjuk tadi ya? Aku penasaran sama bakso yang di sana.'' celetuk Yola.

Arsav yang awalnya fokus pada ponsel di tangannya langsung menoleh ke arah Yola yang juga menatapnya.

''Bakso? Itu tidak higienis sayang. Alanhkah baiknya kita makan di resto aja yang sudah terjamin bersih dan sehat.''

''Aku nggak mau. Lagian bakso juga bersih dan enak kok, sekali-kali lidah kamu cicipin makan rakyat biar tau betapa enaknya makanan bakso,'' ucap Yola lalu menatap ke luar jendela.

''Tetapi bakso belum tentu terjamin kebersihannya sayang. Nanti kalau sakit perut gimana coba?''

''Stop bicara, Mas. Aku cuma mau bakso bukan seisi dunia sampe kita harus berdebat.'' pungkas Yola.

Arsav hanya menghela napas pasrah lalu menyuruh sang supir berhenti di warung penjual bakso yang maksud Yola tadi.

Tak lama mereka sampai di tempat tujuan.  mereka turun dari mobil dan melangkah ke arah warung bakso yang terlihat sangat ramai para pembeli.

''Mang!? Baksonya dua makan di sini, satu mie ayam di bungkus.'' ucap Yola lalu menggeret Arsav ke arah meja yang kosong.

Arsav menatap jijik sekeliling warung dan meringis ngeri kala melihat para pembeli Yang begitu lahab menyantap bakso itu.

''Kamu kenpa sih, Mas?'' tanya Yola heran kala melihat ekspresi sang suami yang menatap sekliling warung tersebut dengan jijik.

''Tempat ini terlihat sangat kumuh dan berisik,'' lirihnya melirik sekeliling.

Yola memutar bola matanya malas, ''Namanya juga warung pinggir jalan.''

Tiba-tiba saja seorang pemuda berseragam TNI menghampiri Yola dan Arsav.

''Selamat malam, Tan.'' sapa pemuda itu bernametag Yopi Nule.

Yola menoleh ke arah pemuda itu, ''Selamat malam juga, duduk dulu, Pi. Udah lama Tante nggak lihat kamu lagi. Gimana sekarang kamu dan pekerjaan?'' tanya Yola mempersilahkan Yopi duduk.

Yopi duduk di bangku samping meja Yola, ''Iya, Tan. Yopi sibuk di perbatasan, Tan. Keadaan Yopi sehat-sehat aja kok, Tan. Kalau Tante sama Kia gimana?''

Arsav hanya menatap sinis Yopi yang berbicara santai pada istrinya.

''Kami sehat-sehat aja kok, Pi.''

Yopi mengangguk, ''Oh iya? Tante kok bisa di sini?'' bingung Yopi.

''Iya, Pi. Tante sama Kia pindah ke kota ini. Daddy Kia orang sini jadi kita ikut Daddynya Kia.'' jelas Yola membuat Yopi terkejut.

''Kia udah ketemu Ayahnya, Tan?'' tanyanya.

Yola mengangguk, ''Yang di depan Tante ini Daddynya Kia. Ayo kenalan,'' jeda Yola lalu menatap sang suami yang menatap julid ke arah Yopi.

''Mas? Kenalin ini Yopi temen Kia waktu sekolah, dan Yopi kenalin ini suami Tante namanya Arsav.'' ucap Yola.

Yopi mengulurkan tangannya ke hadapan Arsav, ''Yopi, Om.''

Dengan wajah yang masih julid, Arsav menjabat tangan Yopi sekilas, ''Arsav!'' ketusnya.

Yopi mengangguk canggung kala sikap Arsav yang sangat terlihat tidak menyukainya.

''Kalau begitu Yopi pamit dulu ya, Tan.'' pamit Yopi.

''Iya, Pi. Hati-hati ya!'' jawab Yola lalu Yopi berlalu pergi.

''Sok akrab sekali bocah ingusan itu!'' julid Arsav menatap sinis kepergian Yopi.

''Kamu ini kenapa sih, Mas?'' heran Yola melihat Arsav yang begitu tak senang saat di hadapan Yopi tadi.

''Mas nggak suka lihat dia yang sok akrab sama kamu apalagi bawa-bawa nama putri ku!'' ketusnya.

Yola menggelengkan kepala heran melihat tingkah suaminya itu. ''Dia temen akrab Kia dulu, Mas. Yopi juga sempat melamar Kia sebelum di tugaskan keperbatasan. Tapi-''

''Kia menolaknya kan!?'' potong Arsav tersenyum sombong.

Yola menabok pelan bibir Arsav yang telah memotong ucapannya. Arsav mengusap bibirnya menatap kesal Yola.

''Kia menolak karena ia tak ingin menikah muda. Apalagi, Yopi seorang abdi negara. Kia hanya tak ingin di tinggal, ia ingin menikah sama seseorang yang mampu menemaninya setiap saat tanpa di hantui rasa takut saat pasangannya harus berperang. Ia hanya takut jika menikah dengan Yopi lalu ia di tinggal saat sedang sayang-sayangnya.'' jelas Yola.

''Bagus lah putri ku menolaknya. Ada banyak pria yang lebih dari pada bocah ingusan tadi.''

Yola hanya menggelengkan kepalanya mendengar penuturan Arsav.

o0o

Kia's Daily Life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang