He's not my brother anymore.
Semua mengatakan bahwa Itoshi Rin adalah adik dari pemain sepak bola terkenal di dunia. Namun, kenyataannya tidak seperti apa yang mereka pikirkan, hubungan kami menjadi buruk saat Sae pergi dari negara Spanyol. Seharusnya aku mencegahnya, seharusnya aku menahannya dan membawanya ke rumah kami. Tapi, aku tidak bisa melakukan apapun, kakak terlihat bahagia saat dia akan pergi ke negara asing, aku hanya bisa memberikan seulas senyum hangat yang akan mengingatkannya kepadaku. Mungkin.
Hari itu, musim dingin datang di akhir bulan November, dan saat itu juga aku sudah selesai melatih, sekaligus berhasil memenangkan pertandinganku untuk pertama kalinya. Aku duduk di atas rerumputan yang di penuhi dengan kepingan salju putih yang lembut dan indah, mataku melihat ke arah langit yang gelap, bahkan cahaya bulan tertutupi oleh awan abu-abu yang cukup indah bagiku. Rasanya sangat aneh, entah kenapa ada sesuatu yang buruk akan terjadi padaku dan pada kakakku. Namun, aku berusaha menepis pikiran-pikiran buruk yang menggerogoti otakku.
“Everything will be fine, okay. Rin, everything will be fine.” Suaraku bergetar tidak menentu saat aku berusaha menenangkan diriku sendiri.
Aku terus menerus mengulang perkataan tersebut bahwa semuanya akan baik-baik saja, akan tetapi, meskipun aku sudah mengatakan semua itu, hasilnya nihil. Perasaanku sangat tidak enak, rasanya seluruh isi perutku akan keluar melewati mulutku. Lalu, telingaku menangkap sebuah langkah kaki yang terasa ringan, aku mengenali suara langkahnya, sangat mirip dengan langkah kaki kakakku. Tapi, dia tidak mungkin kembali ke negara ini, dia sudah mengatakannya kepadaku, bahwa dia tidak akan kembali selama beberapa tahun kedepan.
Mataku berhenti menatap langit dan pandanganku segera beralih ke arah seseorang yang berjalan menghampiriku dengan menyeret sebuah koper besar berwarna putih polos. Dia kembali, kakakku pulang. Sebuah senyuman lebar terpatri di bibirku, bahkan pipiku sedikit merona saat melihat kedatangan kakakku, aku sangat bahagia. Ini sungguh diluar dugaan, kakakku, satu-satunya keluargaku, duniaku, semestaku sudah kembali.
“Kakak! Aku-” Perkataanku terhenti ketika melihat wajah Sae yang terlihat lesu dan sedikit pucat. Apa dia baik-baik saja?
“Kakak, apa kabar? Rin sangat merindukan kakak! Kakak tahu? Rin selalu melihat pertandingan kakak di tv! Sangat hebat, Rin bangga dengan pencapaian kakak sekarang ini!" Seperti biasanya, suaraku selalu menunjukkan keceriaan dan kerinduan yang mendalam kepadanya. Aku bahkan tidak tahu apakah kakak juga merindukanku, seperti aku merindukannya.
“Oh, terima kasih." Suaranya terdengar dingin dan tegas, tidak ada tanda-tanda keceriaan yang selalu dia berikan kepadaku seperti saat aku masih kecil. Is he really my brother?
“Rin, aku ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting.” Lagi, aku benar-benar tidak menyukai suaranya. He's different, he's not my brother.
Aku hanya menganggukkan kepalaku, perasaan tidak nyaman dan juga hal buruk yang aku pikirkan kembali memenuhi otakku. Bagian bawah mata kakak terlihat hitam dan juga lelah, seperti dia tidak tidur selama berhari-hari, pandangan matanya yang semula di penuhi dengan percikan kebahagiaan, kini menghilang bagaikan hembusan angin hangat.
“Berhentilah menjadi seorang striker, berhenti bermain sepak bola. Kamu tidak pantas menjadi seorang striker.” Perkataannya tentu menyakiti hatiku, selama bertahun-tahun aku melatih kemampuanku hanya agar aku bisa bermain dengan kakakku. Tapi, apa yang kakak katakan? Berhenti? Kenapa? Apa alasannya?
Semua pertanyaan itu sungguh membuatku pusing, aku ingin bertanya lebih banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi kepadanya, kenapa dia seperti ini? Apa yang membuatnya berubah 180 derajat? Kenapa? Kenapa? Aku butuh penjelasan tentang semua ini.
“Kenapa? Kenapa kakak mengatakan hal itu? Kenapa? Apa alasannya? Aku sudah melatih kemampuanku selama beberapa tahun terakhir. Tapi, kakak memintaku untuk berhenti begitu saja? Apakah aku kurang pantas bermain di sisimu? Kakak...” Suaraku tercekat di tenggorokan, bahkan aku bisa merasakan pelupuk mataku mulai mengeluarkan air mata. Tanganku terkepal kuat dengan seiring nafasku yang semakin cepat.
“Apakah aku harus mengulangi perkataanku lagi? Kamu tidak pantas menjadi seorang striker. Itoshi Rin.” Sungguh, demi apapun, aku tidak ingin mendengar suaranya yang dingin dan mencekam seperti ini. Aku hanya ingin kakakku kembali seperti dulu. Hanya itu yang aku inginkan.
“K-kakak... Kamu bukan kakakku. Kakakku tidak akan mengatakan hal yang menyakiti perasaanku, dia selalu mendukung apapun yang aku lakukan. Kakak, aku mohon kembali. Aku ingin kakakku yang dulu. Bukan Itoshi Sae yang di kenal oleh seluruh dunia, aku hanya ingin kakakku. Satu-satunya keluargaku." Suaraku benar-benar menghilang saat aku memohon untuk pertama kalinya kepada kakakku, bahkan aku bersimpuh di bawah kakinya dan menyatukan kedua tanganku.
Aku memohon, benar-benar memohon. Pipiku basah karena air mata yang selalu mengalir tanpa henti. Aku benar-benar tidak tahan dengan keadaan ini, aku tidak menyukainya, mataku menatap wajahnya. Tapi, di saat yang sama, aku melihat kakak melebarkan kedua matanya saat melihat aku bersimpuh di bawah kakinya sambil menangis seperti anak kecil. Aku tidak peduli, aku hanya ingin kakakku kembali kepadaku.
Tapi, sekeras apapun aku berusaha, kakak tetap menatapku dengan wajahnya yang lelah. Lalu, dia tiba-tiba mengalihkan pandangannya dan berjalan menjauh dariku. Kenapa? Kenapa? Apakah hubunganku dengan kakakku akan berakhir seperti ini? Aku membencinya, sangat membencinya.
"You are not my brother, you are not my brother. My brother is not the same as you, Itoshi Sae!” Kakak berhenti saat aku meneriakkan ucapanku yang di penuhi dengan amarah.
“Kalau begitu, berhenti memanggilku dengan sebutan menjijikan seperti itu. Aku bukan kakakmu, kakakmu sudah mati, Itoshi Rin." Aku terdiam mematung, aku tidak bisa bereaksi apapun terhadap perkataannya yang sangat menyakitkan. He changed, really changed. He's not my brother.
Aku bisa melihat bagaimana dia pergi tanpa melihat ke arahku, apakah dia sangat membenciku hingga dia tidak mau melihatku untuk yang terakhir kalinya? Sebenci itukah kakak kepadaku? Adiknya sendiri? Aku hanya terduduk lemas dengan mataku yang bengkak, bahkan beberapa tetes air mata jatuh ke atas rumput.
Untuk pertama kalinya dan terakhir kalinya, aku benar-benar membenci musim dingin. Musim dimana aku menghabiskan waktuku bersama kakakku untuk membuat boneka salju dan membuat peri salju bersama-sama. Dan sekarang, aku membenci musim ini. Musim dimana kejadian yang tidak aku duga terjadi pada diriku, kakakku dan juga hubungan kita berdua sebelum kakak beradik.
Dan di masa sekarang pun, kakak tidak pernah memperhatikanku lagi, seolah-olah aku adalah orang asing yang singgah untuk sesaat di hatinya. Bahkan saat Eleven blue lock memenangkan pertandingan melawan Japan U-20 kakak hanya memperhatikan potensi Isagi Yoichi, kakak tidak melihatku dengan kasih sayang lagi, atau memujiku atas apa yang aku lakukan. Meskipun aku sedikit berharap dia akan memujiku, membanggakanku di depan banyak orang, tapi dia bukanlah kakakku lagi. He has changed.
KAMU SEDANG MEMBACA
One-shoot AU - Blue lock x Fem! Reader.
Short Story- This is just my fictional story. - OOC. - Karakter milik Muneyuki Kaneshiro and Yusuke Nomura⚽ - Warning 🔞🚩