Dia bagaikan sinar matahari. Hangat, ceria dan juga penuh dengan semangat. Suaranya yang keras, dalam, namun juga terasa lembut mengalun di telinga pendengarnya. Bahkan dia sering di samakan dengan hewan mungil, berwarna kuning dan hitam, memiliki bulu-bulu halus di sekujur tubuhnya dan memiliki sengat yang cukup menyakitkan. Lebah.
Hari ini, Bachira Meguru memiliki pertemuan penting dengan calon istrinya, dia sendiri tidak tahu kapan dan dimana sang ibu menemukan wanita untuknya. Dia juga tidak tahu siapa wanita ini, karena dia tidak pernah bertemu dengan wanita itu. Perjodohan memang mengerikan.
"Dia, cantik, baik, penuh perhatian dan juga ibu sangat menyukai sifatnya, Megu. Tapi, dia lebih dewasa darimu. Hormati dia ya?"
Perkataan sang ibu terus terngiang-ngiang didalam kepalanya, dia gugup, takut, dan cemas. Dia tidak pintar berbicara dengan wanita yang lebih dewasa darinya. Dengan gugup, dia memainkan jari-jarinya sambil menggigiti bibir bawahnya, hanya itu yang bisa dia lakukan untuk menenangkan hati dan pikirannya.
"Maaf, saya terlambat. Apakah kamu sudah lama berada disini?" Suaranya yang tegas, namun penuh dengan rasa hormat membuat Bachira mengalihkan pandangannya ke arah suara tersebut.
Matanya membulat sempurna kala mata indahnya bertemu dengan sosok calon istrinya. Tinggi, cantik, rambutnya yang halus, serta sorot mata yang tajam membuat Bachira jatuh cinta pada pandangan pertama. Tidak tahu apa yang ada di pikiran Bachira, dia menatap wanita cantik dihadapannya dengan semburat merah muda di pipinya.
"Bachira? Kamu baik-baik saja?" Name menepuk pipinya berkali-kali, dan seketika Bachira tersadar dari lamunannya.
"E-eh... A-anu... Maaf nona. Kecantikanmu membuat duniaku runtuh." Sekarang, seluruh tubuhnya memanas seperti kompor, Bachira menunduk malu saat dia mengatakan hal yang tidak pantas untuk di katakan. Tapi, jauh di lubuk hatinya, Name memang sangat cantik. Tentunya, no 2 setelah sang ibu.
Suara tawa lembut dari bibir Name membuatnya semakin bingung dan gugup.
"Kamu sangat menggemaskan. Saya tidak menyangka bahwa saya akan menikah dengan pria semanis dirimu." Lagi-lagi, Name menepuk pipinya, si sertai dengan elusan lembut di sepanjang rahang tegasnya.
Bachira merinding hingga ke tulang punggungnya, elusan tangannya yang lembut, suaranya yang merdu, membuat sesuatu yang semula tertidur dibawah sana, tiba-tiba menjadi tegang dan sesak. Nafasnya memburu, keringat dingin mengalir dari dahi hingga ke pipinya.
Name tertawa melihat tingkahnya yang sangat amat menggemaskan dimatanya.
"Apakah pria kecil saya menjadi semakin gugup? Atau ada sesuatu yang mengganggumu, hm?" Nafasnya tercekat saat Name mendekatkan wajahnya dan mengelus rahangnya dengan hidungnya.
Tangan Bachira terkepal erat di atas lututnya, dan tanpa sadar, dia memiringkan kepalanya untuk memberikan akses penuh kepada sang calon istrinya. Tentunya, Name mengerti dengan semua tingkah Bachira.
Bibirnya mencium lehernya, memberikan sedikit jilatan kepada kulit leher Bachira yang halus seperti porselen. Kedua tangan Bachira mencengkram punggung tegap Name dengan sangat erat, helaan nafasnya terdengar sangat lembut dan juga panas.
Tidak peduli dimana mereka berada sekarang ini, begitu juga dengan apa yang akan dibicarakan oleh keduanya. Mereka terbakar nafsu, Bachira ingin lebih dari sekedar ciuman, dia ingin di sentuh di seluruh tubuhnya, dia menginginkan tangan Name bermain-main dengan tubuhnya. Panas dan gairah, dia menginginkan tubuh Name menempel di tubuhnya.
"K-kak... S-sudah..." Kedua tangan Bachira menahan tubuh Name yang semakin menempel di tubuhnya sendiri. Lagi-lagi, suara tawa yang lembut terdengar di gendang telinga Bachira.
KAMU SEDANG MEMBACA
One-shoot AU - Blue lock x Fem! Reader.
Cerita Pendek- This is just my fictional story. - OOC. - Karakter milik Muneyuki Kaneshiro and Yusuke Nomura⚽ - Warning 🔞🚩