Part 2 Sherakiel Agrea

73 9 5
                                    

Gepenk Caffe, adalah usaha yang didirikan oleh Gepenk Gank.  Sebagian laba yang didapat biasanya mereka sumbangkan untuk panti asuhan atau orang-orang yang membutuhkan.

Saddam dan yang lainnya keluar dari basecamp. Markas dan caffe ini letaknya bersebelahan. Mereka sudah berganti dengan baju biasa. Baik anggota laki-laki maupun perempuan, mereka berkumpul di meja caffe yang memang dikhususkan untuk anggota mereka. Letaknya di bagian pojok dekat dengan kasir.

"Wow rame banget, ada apaan di depan?" tanya Sky menatap jauh ke arah panggung mini Caffe yang tampak bergerombol.

"Ada selebgram yang lagi tenar. Dia nyumbang lagu makanya rame banget. Katanya tuh cewek satu sekolah sama kalian. Cakep banget sih asli." Arkan, penanggung jawab Caffe yang ditunjuk oleh Saddam, untuk mengurus caffe tersebut angkat suara.

Saddam menoleh ke arah anggota perempuannya, dengan tatapan matanya seolah bertanya siapa perempuan itu.

"Rea, sepertinya, Dam. Setau gue selebgram yang lagi naik daun dia. Gue aja ngefans sama dia," sahut Sera.

"Bener banget! Dia tuh cantik, terus cantiknya tuh cantik yang ga bosenin. Pokoknya cakep banget. Mana pinter lagi. Duh kalau gue jadi dia, tinggal tunjuk aja mau cowok mana." Sea bercerita dengan hebohnya. Memperkenalkan sosok  Rea.

"Ehm! Lagi ngobrolin gue?"

Serempak mereka yang berada di meja itu menoleh. Perempuan cantik dengan dress selututnya tengah berdiri sembari tersenyum.

"Rea? Eh, sorry ga maksud. Cuma lagi kenalin lo aja ke mereka." Sea menggaruk lehernya yang tak gatal. Sedikit sungkan karena membicarakan perempuan itu.

Rea tersenyum simpul. Matanya melirik ke arah  laki-laki yang juga tengah menatapnya. "Gue Sherakiel Agrea. Bisa dipanggil Rea. Saddam, ketua Gepenk, right? To the point aja, gue mau masuk jadi bagian Gepenk Gank."

Saddam mengangkat sebelah alisnya. Sejenak memang terpaku dengan kecantikan wanita di depannya. Namun, mendapat lontaran kalimat seperti itu membuatnya kembali tersadar.

Saddam berdiri, melangkah mendekat ke arah Rea. Tangannya bersedekap di depan dada dengan badan yang bersandar meja. "Atas dasar apa lo mau join Gepenk?"

"Ga ada. Gue mau rubah pandangan orang tentang Genk kalian."

"Gepenk bukan tempat untuk pansos, buat cewek kaya lo! Cewek kaya lo pastinya cuma numpang tenar di sini," sarkas Damar dengan tatapan sinisnya.

Rea terkekeh pelan, tak mengambil hati ucapan laki-laki yang menjabat sebagai wakil ketua itu. "Gepenk, Genk yang memiliki simbol neraca, sejak kapan mengambil kesimpulan tentang sifat seseorang secara sepihak? Lagi pula tanpa Gepenk nama gue juga udah naik."

"Lalu apa tujuan lo tiba-tiba masuk Gepenk? Ah caper juga ke Saddam?" tanya Damar melirik ke arah temannya itu. Pasalnya banyak yang ingin masuk ke Gepenk hanya karena haus akan perhatian laki-laki itu.

Rea tertawa terbahak-bahak. Tangannya terulur menghapus air matanya, akibat banyak tertawa. Sementara, Damar semakin menatap nyalang perempuan itu. Apa yang tengah perempuan itu tertawakan?

"Lo pikir gue haus akan perhatian? Gue selebgram, banyak macam cowok yang gue temuin. Dari yang biasa aja sampai yang ganteng banget. Beberapa juga jadi partner photoshoot gue. Dan yah, yang lebih dari Saddam juga banyak. So, cowok semacam Saddam biasa aja bagi gue. Gue ga ada tujuan lain selain karena ingin mengubah cara pandang mereka ke genk kalian." Rea melirik ke arah Saddam, menatapnya seolah-olah laki-laki itu bukanlah sesuatu yang luar biasa.

Saddam menyunggingkan sebelah bibirnya, sedikit tertarik dengan wanita di depannya. Badannya berdiri tegap, melangkah mendekat ke arah perempuan itu. Tangannya terulur mengangkat dagu Rea agar mendongak menatapnya. Netra keduanya saling menatap lekat. "Gue ngasih kesempatan buat lo jadi bagian dari Gepenk Genk. Gue mau lihat, sejauh mana lo bisa menghindar, buat ga jatuh dari orang yang lo bilang biasa aja. Because, i'm only one, Saddamar Djanendra." Saddam sedikit mencengkram dagu perempuan itu.

Bukannya meringis sakit, Rea malah melebarkan senyumnya. Tangannya memegang tangan Saddam yang  tengah mencengkeram dagunya. Melepaskannya perlahan kemudian mengecupnya. "Oke, mari kita lihat. Siapa yang jatuh lebih dulu. Dan gue pastiin, itu bukan gue. Btw thanks, udah nerima gue jadi bagian Gepenk. Besok istirahat gue temuin kalian lagi. See you." Agrea membalikkan badannya, meninggalkan anggota Gepenk yang menatapnya dengan berbagai macam tatapan.

Saddam terkekeh pelan, melirik telapak tangan yang dikecup perempuan itu. Sedetik kemudian mengepalkan erat genggamannya. "Sherakiel Agrea, kita lihat seberapa jauh permainan yang mau lo buat," gumam Saddam menatap lekat punggung perempuan yang menjauh itu.

"Saddam, lo gila nerima cewek kaya gitu?" protes Damar tak terima. Sedari awal laki-laki itu sepertinya tak menyukai Rea.

"Heh! Rea keren banget malah, Dam! Berani sama Saddam gitu. Kece banget demi!" girang Sea menatap punggung Rea yang menghilang di balik pintu caffe.

Damar berdecih pelan. Perempuan di depannya itu terlalu mendambakan sosok Rea. "Lo cuman ngefans. Gepenk gak butuh anggota yang cuma numpang tenar. Menurut lo gimana, Cip? " Damar bertanya pada perempuan yang sedari tadi diam sambil menyilangkan kakinya, seperti tak minat dengan topik obrolan mereka.

Kacip melirik sebentar kemudian mengangkat bahunya. "Terserah, selama dia gak ngerusuh. Lumayan bisa dimanfaatin buat nambah omset caffe."

Damar kembali berdecak, merasa tak ada yang sependapat dengannya. Bukan maksud Damar membenci Agrea. Hanya saja, dia meragukan niat perempuan itu yang tiba-tiba ingin masuk Gepenk. Damar melirik ke arah teman laki-lakinya, seolah meminta pendapat.

"Yang dibilang Kacip ada benarnya, Dam. Lumayan dia cakep banget, siapa tahu bisa gue gebet," jawab Nathan dengan senyum lebarnya. Kembali membayangkan wajah cantik Agrea.

Damar hanya menggelengkan kepalanya. Salah sekali jika bertanya pada laki-laki buaya seperti Nathan.

"Damar ada benarnya, kita tetap waspada. Ga ada angin, ga ada hujan cewek kaya Agrea tiba-tiba mau masuk Gepenk. Pasti ada tujuan lain kan?"

Damar menoleh pada Aruna yang berbicara. Sedikit tersenyum merasa ada yang sependapat dengannya.

"Cewek kaya gimana yang lo maksud? Bahkan lo ga sekenal itu sama dia kan?" Sky Jonathan, laki-laki berkacamata itu angkat bicara. Menurutnya, Rea bukanlah orang seperti yang Damar dan Aruna simpulkan.

"Cukup! Masalah dia jadi urusan gue. Kita lihat apa yang dia lakuin besok," lerai Saddam. Kepalanya cukup pusing mendengar perdebatan anggotanya itu.

Pada akhirnya mereka melupakan masalah tentang Rea, memilih untuk menikmati waktu santai di Caffe.

Siapa dia? Dan apa tujuannya join? Lanjut part 3 yes or no? Absen dulu dengan vote dan komen.

Salam sayang,
Lee🐻

HARITHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang