Harith resmi berdiri dengan tatanan anggota yang sama. Kali ini selain berdirinya Harith, Saddam membuka kesempatan bagi mereka yang ingin bergabung dengan Harith. Hal ini Saddam lakukan untuk memperkuat Harith. Tentu saja setiap yang mendaftar akan mendapat seleksi langsung dari Saddam dan anggota inti.
Kini Saddam dan inti lainnya menatap jajaran calon anggota baru mereka. Seleksi dilakukan di halaman belakang markas Harith.
"Harith gak rekrut orang dengan main-main. Kalau kalian join ke sini cuma buat numpang nama, lebih baik dari sekarang kalian keluar. Harith itu solidaritasnya tinggi, kalau egois lebih baik keluar sekarang."
Beberapa orang keluar dari barisannya, memilih meninggalkan tempat itu.
Di bagian perempuan juga terdapat seleksi tersendiri di dampingi anggota perempuan.
Agrea ditunjuk oleh mereka untuk memimpin seleksi kali ini. Awalnya Aruna tak menyetujuinya, namun karena banyaknya suara yang lebih memilih Agrea, Aruna hanya bisa pasrah.
Perempuan dengan jaket berlambang Harith itu menatap lekat-lekat jajaran perempuan di depannya. Matanya menelisik satu-persatu kandidat anggota baru Harith.
"Anggota perempuan tidak dituntut untuk bisa bela diri, tapi menguasai hal itu menjadi nilai plus. Di sini nggak takut panas, yang sayang skincare dan perawatan, sekaligus gak mau kepanasan lebih baik undur diri dari sekarang." Agrea menatap dua orang yang tengah mengibaskan tangannya sembari menutup wajah mereka dengan selembar kertas dan yang satunya dengan kipas.
"Ih udahlah, sayang perawatan gue!" salah satu dari dua orang itu keluar dari barisan. Ternyata perempuan yang satunya juga mengikuti.
Agrea kembali melirik yang tersisa. "Tolong bersihin dedaunan yang jatuh." Agrea menunjuk daun-daun di halaman belakang yang berjatuhan itu.
"Dih, lo kira kita babu? Mungutin sampah kaya gitu?"
"Bener! Jadi kaya senioritas banget!"
Protes beberapa orang yang membuat Agrea tersenyum simpul. Matanya menatap beberapa orang yang tengah memunguti daun itu. Kemudian kembali menatap orang-orang yang enggan melaksanakan perintahnya.
"Harith memang tinggi solidaritas, tapi semua berjalan sesuai instruksi dari ketua. Dan sekarang gue yang lagi ditunjuk jadi ketua. Kedua, Harith sering melakukan kegiatan sosial, yang lo bilang sampah itu biasa kami punguti. So, jalan keluar ada di sebelah sana." Agrea menunjuk pintu keluar.
Seleksi dilakukan dalam beberapa jam. Menyisakan yang bertahan dan akan dilantik menjadi anggota Harith yang baru. Ada 3 perempuan dan 4 laki-laki yang berhasil masuk Harith.
"Gue ucapin selamat buat kalian yang bergabung di Harith. Untuk peresmian dan pemberian tanda anggota berupa jaket itu esok hari. Untuk sekarang kalian boleh pulang. Terima kasih." Saddam menjabat satu-persatu anggota barunya itu.
***
"Gila, lima puluh orang lebih, yang benar-benar lolos cuma tujuh," celetuk Nathan sambil menggelengkan kepalanya. Mereka tengah berkumpul kembali di markas.
"Lagipula kita hanya butuh yang benar-benar serius. Percuma banyak, tapi jadi beban," celetuk Damar sembari menyesap kaleng sodanya.
"Udahlah mending main PS yuk!" semangat Nathan kemudian menyeret Aksara mengikutinya. Laki-laki itu hanya pasrah.
Sky berdiri dari tempatnya menghampiri Kacip yang tengah duduk bersantai sambil memainkan ponselnya.
"Cip, boleh bicara sebentar?"
Kacip mendongak kemudian mengangguk. Laki-laki itu mengajak Kacip berbicara di halaman belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARITH
RandomDengan air mata yang menetes, di depan pusaran makam, laki-laki itu berteriak, "Gue, Saddamar Djanendra, hari ini tanggal 7 Juni 2020 dengan resmi membubarkan Gepenk Genk karena satu dan lain hal." "Saddam, lo gila?" maki Damar menatap kecewa ketuan...