Seperti hari biasanya, Saddam berangkat bersama Agrea. Namun, ada yang berbeda, hari ini laki-laki itu sudah bersikap biasa dengan teman-temannya. Sebelumnya, Saddam begitu canggung.
"Kamu masuk kelas, belajar yang rajin biar jadi Ibu yang baik buat anak-anak kita nanti." Saddam mengelus lembut surai kekasihnya.
Agrea tersenyum geli melihat tingkah laku Saddam. Pasalnya, laki-laki itu tampak berbeda. "Harusnya kamu gak sih? Belajar yang rajin. Jangan terlalu dipikirin masalahnya ya?"
Saddam mengangguk kemudian menyuruh Rea memasuki kelasnya. Setelahnya laki-laki itu melangkahkan kakinya menuju kelasnya sendiri.
Rea memasuki kelasnya dengan senyum yang mengembang. Matanya mengernyit heran menatap sebuah kotak di atas mejanya.
"Dor! Ngapain ngelamun?" Keith datang bersama Nebula.
Agrea menunjuk sebuah kotak di atas mejanya. Nebula tersenyum cerah menatap kotak itu. "Wih dari Saddam, ya? Sweet banget masih pagi!"
Agrea menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin dari kekasihnya, pasalnya mereka saja berangkat bersama. "Saddam berangkat bareng gue. Jadi gak mungkin dari dia."
"Punya pengagum rahasia nih temen gue." Keith merangkul bahu Rea sembari menaik-turunkan alisnya, menggoda perempuan itu.
"Gue buka ya, Re!" izin Nebula dengan begitu excited. Rea pun hanya mengangguk, sejujurnya tak begitu tertarik.
Nebula dengan semangat membuka pita kotak itu. Kemudian membuka tutup kotaknya.
"Aaaa!" jerit Nebula menatap isi kotak tersebut. Tubuhnya segera menyingkir memeluk Keith ketakutan. Yang lain pun ikut mengerumuni mereka, menyaksikan apa yang terjadi sehingga Nebula berteriak.
Agrea segera melihat isi dalam kotak itu. Bangkai tikus dan tulisan "Death" di dalamnya. Agrea segera menutup kotak itu.
"Gila! Teror? Panggil Saddam!" pekik Keith sembari mengelus punggung Nebula yang tengah menangis.
"Jangan! Cuma ginian bisa gue buang. Jangan sampai Saddam tahu masalah ini," pinta Rea kemudian mengemasi kotak itu dan segera membuangnya.
"Udah, Bul." Keith masih menenangkan Nebula. Perempuan polos itu masih ketakutan, sedikit menyesal telah membuka kotak itu.
Agrea kembali, kemudian iku menenangkan Nebula. "Udah, Bul. Orang iseng aja mungkin."
"Tapi itu serem. Kenapa mereka jahat sama lo?"
Agrea tersenyum simpul. "Bul, gue public figure, dengan itu aja pasti banyak yang gak suka gue. Selain itu gue juga pacar Saddam. Lo tahu sendiri seberapa banyak yang suka sama dia? Jadi, jangan dipikirin ya?"
Nebula mengangguk, sedikit demi sedikit mulai tenang. Setelahnya mereka kembali melanjutkan pelajaran.
***
Jam istirahat Agrea menyusul Saddam di kantin. Sebuah senyum terukir saat matanya melihat mantan Genk itu berkumpul.
"Rame, Re. Gue sama Nebula pisah aja ya? Gak enak."
"Gak usah. Mereka bukan lagi Gepenk. Jadi gak usah sungkan. Ayo!" Rea menarik tangan keduanya untuk bergabung. Namun, sebelumnya mereka mengambil makanan yang dipesannya terlebih dahulu.
"Hai!" sapa Rea dengan senyum lebarnya.
"Wih, Neng Rea makin cakep aja!" goda Nathan dengan senyumannya. Saddam menatap tajam laki-laki itu. Kemudian beralih menatap kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARITH
RandomDengan air mata yang menetes, di depan pusaran makam, laki-laki itu berteriak, "Gue, Saddamar Djanendra, hari ini tanggal 7 Juni 2020 dengan resmi membubarkan Gepenk Genk karena satu dan lain hal." "Saddam, lo gila?" maki Damar menatap kecewa ketuan...