Rea tengah mengemasi alat tulisnya, bersiap untuk jam istirahat.
"Gue mau kasih kejutan buat kalian. Kejutannya gue join Gepenk!" Rea tersenyum cerah menatap kedua temannya.
Nebula dan Keithlyn terdiam sejenak. Mencerna kalimat yang terlontar dari mulut Rea.
Brakk
Keithlyn, wanita dengan darah blesteran Indonesia-Belanda itu menggebrak mejanya. "Yang bener aja lo, Re? Mana boleh?"
"Boleh. Buktinya gue bisa."
Nebula menggelengkan kepalanya tak percaya. "Hahaha lagi bohong pasti."
Rea mengangkat bahunya. Kemudian mengapit kedua lengan temannya untuk keluar kelas. Sepanjang jalan menuju kantin, Keith dan Nebula terus menuntut jawaban dari Rea. Namun, Rea memilih bungkam.
Setelah membeli makanan, mata Rea menjelajah setiap sudut kantin. Setelah menemukan apa yang dicari, Rea mengajak dua temannya.
"Re, lo mau ngapain gila! Gue tau lo selebgram dan banyak fans. Cuma tetep aja cari mati namanya ini," bisik Keithlyn sambil menarik tangan Rea, mengajaknya kembali. Pasalnya perempuan itu menuju bangku anak Gepenk.
"Hallo, gue bawa temen-temen gue gak masalah kan?"
Sontak yang berada di meja itu menatap Rea dengan berbagai pandangan.
"Duduk aja, Re. Santai lah, lo kan bagian dari kita." Sea menyambut hangat kedatangan Rea dengan teman-temannya.
Keithlyn tersedak liurnya sendiri. Menatap horor ke arah Rea.
"Udah, Keith. Duduk gih." Rea mengambil tempat di samping Saddam yang kini menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
Aruna terkekeh pelan, kemudian melirik ke arah Rea. "Yang kemarin bilang masuk Gepenk bukan karena adanya Saddam, sekarang nelan ludahnya sendiri. Duduk aja milih di samping Saddam."
Kini semua tatapan mengarah pada Rea yang tengah menikmati semangkuk baksonya. Rea menghentikan aktifitasnya, mengambil tissue kemudian mengelap bibirnya dengan santai. Kedua tangannya terlipat di atas meja, menatap intens perempuan yang tadi menyindirnya.
"Gue baru tahu, duduk di samping orang langsung di simpulkan ada rasa? Hahaha Aruna, Aruna, lo kaya beberapa netizen bodoh. Gue photoshoot dikit sama ini udah dibilang punya hubungan, ada rasa. Bahkan kini cuma duduk di samping dia? Benar kan, Saddam?" Kini perempuan itu menatap Saddam dengan senyumannya.
Saddam terdiam, membasahi bibirnya yang kering. Kemudian tersenyum miring. "It's okey. Bahkan lo duduk di pangkuan gue juga boleh."
"WOW! Itu ajaran gue tuh!" heboh Nathan sambil bertepuk tangan bangga.
Dareen menggelengkan kepalanya, heran dengan perilaku temannya yang heboh. "Malu-maluin gue Lo, Nat."
"Udah, lanjut makan. Bentar lagi bel." Kacip angkat bicara. Sejujurnya sedikit muak dengan pertengkaran di depannya.
Selesai makan, mereka kembali menuju kelas masing-masing. Namun, sebelum kembali, Aruna sempat menghentikan langkah Rea.
"Jangan lo pikir udah diberi lampu hijau buat masuk Gepenk, lo bisa macam-macam apalagi deketin Saddam. Saddam ga akan pernah suka sama cewek kaya lo," bisiknya dengan tersenyum sinis.
Agrea tersenyum dengan menaikkan alisnya. Menatap Aruna dengan tatapan mengejeknya. "Wow, gini banget ucapan cewek yang ngejar Saddam tapi gagal. Kita lihat aja ke depannya, dilihat-lihat lo juga bukan level gue." Setelahnya Agrea memilih meninggalkan Aruna yang tengah mengepalkan tangannya.
"Ga mungkin Saddam jatuh sama cewek kaya, Rea. Beneran gak mungkin." Aruna menatap kepergian Rea dengan tatapan tajamnya. Mencoba meyakinkan dirinya, bahwa Saddam hanya mempermainkan Rea.

KAMU SEDANG MEMBACA
HARITH
AléatoireDengan air mata yang menetes, di depan pusaran makam, laki-laki itu berteriak, "Gue, Saddamar Djanendra, hari ini tanggal 7 Juni 2020 dengan resmi membubarkan Gepenk Genk karena satu dan lain hal." "Saddam, lo gila?" maki Damar menatap kecewa ketuan...