Sepanjang memasuki kelas, Agrea terus melebarkan senyumnya. Menyapa setiap murid yang berpapasan dengannya.
"Tuh muka cerah bener," celetuk Keith menatap kedatangan Rea.
Rea meletakkan tasnya, menatap kedua temannya dengan mata berbinar. "Tebak, kenapa gue seneng?"
"Karena pakai motor baru?" tebak Nebula. Pasalnya, perempuan itu menjadi hot topic SMANSA karena datang dengan motor barunya.
"Itu juga sih, tapi ada yang lain. Tebak lagi."
Keith memutar bola matanya malas. "Udah ah cepet kasih tahu. Malas banget main tebak-tebakan."
Rea mendengus pelan. Kemudian kembali menatap keduanya penuh binar. "Gue dapat job photoshoot brand baju couple! Dan itu dari brand lumayan terkenal! Aaaaa gue seneng banget!" girang Rea.
"Aaaaa congrats temen gue! Pasangan lo siapa? Terus itu kapan?" tanya Keith bertubi-tubi, begitu antusias.
"Sama Devano Alatas, pasti kalian tahu kan? Nanti, habis jam pelajaran kedua gue minta dispensasi."
Nebula menggebrak meja di depannya dengan mata melotot sempurna. "Demi apa? Devano Alatas? Beneran ini?"
Rea mengangguk antusias. Impiannya untuk berkolaborasi dengan brand besar tercapai.
"Gila, sampaikan salam gue buat mas cogan itu ya, Re!"
"Nebula, kenapa kamu berteriak?"
Ketiganya langsung menoleh, menatap ke depan kelas. Pak Budi, selaku guru yang mengajar jam pertama sudah memasuki ruang kelas.
"Ma–maaf, Pak." Nebula menduduk, meremat jari-jarinya takut.
"Duduk di tempat masing-masing."
Setelahnya, dalam kelas hanya ada suara Pak Budi yang menjelaskan materi.
Sudah hampir dua jam Pak Budi mengajar, saat ini tengah berpamitan keluar. Rea segera mengemasi barang-barangnya, memasukkannya ke dalam tas.
"Guys, gue ijin dulu ya! Doain sukses buat hari ini. Nanti kemungkinan gue bisa nyusul di jam terakhir."
Keith dan Nebula mengangguk. "Pasti! Baik-baik di sana!"
Rea mengacungkan jempolnya. Segera keluar dari kelasnya. Rea dijemput oleh mobil dari Brand yang mengontraknya.
"Hallo, Rea!" sapa Zeraldine, manager dari brand tersebut. Dine akan menemani dan mengarahkan Rea selama proses photoshoot.
"Hallo, Kak Dine. Maaf kalau nunggu lama."
Zeraldine mengangguk maklum, kemudian menuntun Rea menuju ruang make up.
"Kamu make up di sini, sambil ngobrol sama Devano, biar pas photoshoot gak canggung. Aku ke depan dulu ya," pamit Dine meninggalkan Rea.
"Hai, Rea, ketemu lagi setelah pertemuan terakhir." Devano mengulurkan tangannya, yang disambut hangat oleh perempuan itu.
"Semoga bisa menjadi partner yang baik, Kak."
Devano mengangkat sebelah alisnya. "Kak? Astaga panggil gue Devano aja. Berasa tua banget."
Rea terkekeh, merasa senang mendapat partner yang humble seperti Devano. Walau merupakan seorang artis yang naik daun, Devano sama sekali tidak sombong. "Oke, Devano. Padahal memang faktanya lebih tua lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
HARITH
RandomDengan air mata yang menetes, di depan pusaran makam, laki-laki itu berteriak, "Gue, Saddamar Djanendra, hari ini tanggal 7 Juni 2020 dengan resmi membubarkan Gepenk Genk karena satu dan lain hal." "Saddam, lo gila?" maki Damar menatap kecewa ketuan...