Part 6 Solidaritas

49 7 2
                                    

Terhitung sudah dua bulan sejak Agrea bergabung menjadi anggota Gepenk. Semakin lama dia semakin akrab dengan semua anggota. Damar pun sudah tak menunjukkan tatapan sinisnya lagi.

"Re, lo jadi jarang pulang bareng kita," keluh Keith menatap Rea yang tengah merapikan buku-bukunya.

"Kan di sekolah gue sama kalian lebih lama. Kapan-kapan deh, gue ajak main ke mall lagi. Hari ini mau kumpul dulu sama Gepenk."

"Ihhh kumpul gitu bahas apa sih? Jadi pengen lihat." Nebula mendekat ke arah Rea, menatapnya dengan penasaran.

"Cuma kumpul biasa aja kok. Yaudah ayo keluar."

Ketiganya berjalan keluar kelas. Agrea  melambaikan tangannya ketika berpisah dengan dua temannya. Setelahnya, menunggu teman-temannya dari Gepenk.

"Lo kapan bawa motor sendiri? Maksudnya ga mungkin lo terus-terusan bareng kan?" tanya Aruna menatap Rea.

"Gak papa kali, Run. Lagian satu arah." Sera angkat bicara, merasa sungkan pada Rea akibat perkataan Aruna.

Agrea tersenyum tipis. Perempuan itu benar-benar pandai mengendalikan mimik wajahnya. "Udah beli. Cuma ada beberapa bagian yang gue custom. Bentar lagi juga selesai, Lo ga usah khawatir."

Setelahnya mereka kembali terdiam. Menunggu teman-temannya yang lain.

***

Markas begitu rame dengan canda gurau. Hingga Saddam datang dengan membawa jaket anggota Gepenk.

"Gue rasa udah saatnya lo dapat ini." Saddam mengulurkan jaket kebanggaan Gepenk pada Rea.

Rea menerimanya dengan senyum cerah. "Thanks, Dam."

"Wuhuuuu, welcome to Gepenk Genk Agrea!" teriak Darren dengan tepuk tangan semangatnya. Yang lain pun ikut bertepuk tangan menyambut Rea yang resmi menjadi bagian mereka.

Rea mengucapkan terima kasih pada mereka. Setelahnya menyuruh mereka untuk memesan camilan dan juga makanan.

"Sky, dandanan lo kenapa?" tanya Sea menatap aneh Sky. Laki-laki itu melepaskan kacamata dan rambut yang biasanya tersisir rapi kini sedikit berantakan.

"Keren ga, Se? Lebih ganteng ini atau biasanya?" Sky meminta pendapat pada perempuan di depannya.

Sea meneliti penampilan laki-laki itu. "Aneh tau, sebentar." Sea mengobrak-abrik tasnya. Setelahnya mengeluarkan sebuah sisir. Dengan telaten, Sea menyisir rambut laki-laki itu hingga rapi.

"Loh, kok dirubah lagi?" protes Sky menatap tatanan rambutnya.

Sea hanya menampilkan senyum cerahnya. Meneliti penampilan laki-laki di depannya, seperti ada yang kurang. "Lo pakai softlens, Sky? Lepas soflentnya cepet."

Sky hendak protes, namun melihat tatapan tajam Sea, laki-laki itu memilih menurut. Sky hanya malas jika harus berdebat dengan perempuan cerewet di depannya.

Setelah melepas soflentnya, Sea memasang kembali kacamata yang biasanya laki-laki itu pakai. Setelah di rasa pas, Sea menepuk kerah seragam laki-laki itu. "Nah! Ini baru ganteng, Sky Jonathan yang selama ini gue kenal."

Sky terdiam, dahinya mengernyit tampak berpikir. "Lo lagi suka cowok ga, Se? Kalau iya, cowok yang kaya gimana?"

Pertanyaan Sky membuat Sea terdiam, terlalu tiba-tiba untuknya. Namun, sedetik kemudian perempuan itu tersenyum malu-malu. "Cowok pinter, softboy, dan dia perhatian. Gue lagi suka sama dia." Sea menatap Sky dengan senyumannya.

HARITHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang