Sea tengah membantu Sky mengoleskan bumbu pada daging yang mereka panggang. Keduanya bercanda gurau dengan Sea yang terus menjahili laki-laki itu.
"Sea, oles yang bener!" perintah Sky menatap tajam wanita di sampingnya.
Bukannya takut, wanita itu malah tertawa terbahak-bahak. Dengan sengaja mengoleskan bumbu itu ke tangan Sky.
Laki-laki itu tak tinggal diam, membalas perempuan di sampingnya dengan mencolek bumbu dan mengoleskan ada wajah Sea.
"Sky! Kok dendam?" Sea memukul bahu laki-laki sambil mengusap wajahnya. Tangan wanita itu kembali mencolekkan bumbu dan membalasnya. Terjadilah aksi balas membalas keduanya, hingga mereka menyadari bahwa wajah mereka penuh dengan bumbu.
"Sky, muka lo!" Sea menunjuk wajah laki-laki itu sambil tertawa terbahak-bahak.
Sky pun juga ikut tertawa menatap wajah Sea yang penuh bumbu oles. "Ngaca dulu, Neng, sebelum nunjuk orang."
"Wih, kalian ngapain?" Kacip datang merangkul dua orang yang tengahs asik tertawa itu.
Sea menghentikan tawanya, menatap Kacip kemudian menujuk wajah Sky.
Kacip tertawa terbahak-bahak, baru menyadari wajah kedua temannya yang sudah tak beraturan. "Lo berdua lucu kaya bocah, anjir."
Sky membenarkan letak kacamatanya, terpana menatap Kacip yang tengah tertawa. Sementara, Sea menatap Sky, bibirnya tersenyum melihat laki-laki itu. Namun, tak dapat dipungkiri hatinya sedikit merasa sakit.
"Cobain, Cip, satenya!" Sea menunjuk ke arah panggangan. Kacip mengangguk kemudian melepas rangkulan.
"Anjing, panas!" pekik Kacip menjatuhkan satenya. Ternyata tusuk sate itu terkena bara api, sehingga saat terpegang Kacip merasakan panas.
"Cip, lo gak papa?" Sky menarik tangan perempuan itu dengan panik. Membolak-balik jari untuk melihat lukanya.
"Se, udah gue bilang jangan main-main, lihat Kacip jadi yang kena kan!" bentak Sky membuat Sea terdiam.
"Sorry, Sky, Cip. Karena kecerobohan gue lo yang kena. Gue juga gak tahu kalau begini."
"Apaan sih, Sky. Sea juga gak sengaja . Lagian luka kecil doang ini, gak usah lebay," ucap Kacip sambil terkekeh mencairkan suasana.
Sky menggelengkan kepalanya tak setuju. "Sea tuh emang suka ceroboh. Dibilangin selalu semaunya. Ayok kita obati dulu!" Sky menarik perempuan itu untuk diobati
Sea menatap punggung mereka dengan raut wajah terlukanya. "Sampai kapan, Sky? Sampai kapan lo sadar, kalau ada orang yang selalu menantikan?"
***
Di lain sisi, Nathan, Darren dan Aksara tengah duduk lesehan sembari memakan Snack yang ada.
"Aksa senyum-senyum mulu, curiga gila." Darren menunjuk temannya itu.
Aksara menutup ponselnya, menatap ke arah laki-laki di depanjya. "Jomblo diem aja bisa?"
Darren memukul bahu Nathan yang berada di sebelahnya. "Wah, Nat, lihat belagu banget. Cuman hts gak sih? Nggak ada tuh jadian. Ceweknya siapa juga gak jelas."
Nathan mengangguk setuju. "Minimal kaya gue, Sa. Cewek banyak tinggal pilih," ucap Nathan dengan bangganya.
Aksara berdecih pelan, menatap malas dua temannya itu. "Ceweknya yang gak mau."
Nathan memelototkan matanya. "Wah, nih orang diem-diem omongannya nyakitin."
Darren mengangguk setuju. "Sa, lo harus belajar banyak dari kita masalah cewek. Mau dapatin dari yang kurus sampai yang aduhai kita pasti bantu!" Darren menepuk bahunya bangga. Sebelah tangannya merangkul Nathan.
"Cara ngajak date kalau ceweknya kaya bocil?" tanya Aksara mencoba.
"Sa? Yang bener aja? Nath, gue gak nyangka Aksara sukanya yang kecil-kecil."
"Apa tuh yang kecil? Emang punya Aksa besar?"
"Anjing!" umpat Aksara. Sedari awal harusnya ia sudah tahu, ke mana arah pikiran dua temannya itu. Bahkan kadar kewarasannya bisa dipertanyakan.
"Canda, Sa. Ajak aja ke Playground beliin permen," saran Nathan dengan senyum yang mengembang, merasa idenya sudah begitu bagus.
Aksara memijat pelipisnya, merasa pening menghadapi dua temannya itu. "Lo kira gue ngasuh anak?"
Darren menghela napasnya, menampilkan raut wajah sedih yang ia buat-buat. "Salah mulu kita, Nath."
"Tapi gue bersyukur punya kalian dan Gepenk," celetuk Aksara membuat Nathan dan Darren terdiam.
"Bener, sejak ketemu Gepenk gue ngerasa lebih seneng."
Darren ikut mengangguk, menyetujui ucapan Nathan. "Gue ngerasa banget punya keluarga di Gepenk. Kalian tahu rumah gue udah rusak, tapi di Gepenk gue diterima baik. Saddam merangkul gue, tanpa mandang status. Pas gue hancur-hancurnya Gepenk yang selalu ada. Walau sering banget kalian bully gue, tapi itu rasa sayang yang kalian tunjukkin."
"Bahas apa nih?" Saddam datang bersama Damar. Ikut bergabung dengan mereka, disusul oleh Sky yang muncul dari dapur.
"Bahas Gepenk, Dam. Thanks udah bangun Gepenk. Pertahanin terus Gepenk, Dam. Karena ini rumah buat mereka," pinta Darren menatap ketuanya itu.
"Pasti, Ren. Bangun Gepenk sampai bisa sebesar sekarang juga ga mudah. Makanya kalian harus sama-sama bareng gue, buat jadiin Gepenk rumah yang lebih besar bagi mereka." Saddam menatap satu-satu anggota intinya itu.
"Gak bisa janji, Dam. Tapi gue usahain."
Jawaban Darren membuat Saddam mengernyitkan dahinya. "Maksudnya?"
Darren tersenyum simpul. "Kita gak tahu gimana takdir ngebawa gue ke depannya. Tapi gue harap, gue selalu ada sama Gepenk. Semisal gak bisa, gue harap Gepenk akan tetap sama. Itu aja sih. Jangan serius-serius amat elah."
"Lagian lo ngomongnya ngelindur banget, Ren." Kekeh Nathan menepuk bahu temannya itu.
Darren menatap sinis laki-laki di sampingnya. "Serius salah, bercanda salah. Serba salah kayaknya jadi gue. Btw, udah ngapain aja Saddam sama Damar?" tanya Darren sembari menaik-turunkan alisnya.
Saddam dan Damar saling melirik satu sama lain, bingung dengan maksud laki-laki itu. "Ngapain emang?" tanya Saddam pada akhirnya.
"Jangan kira gue gak lihat kejadian di kolam tadi sama di taman ya."
Nathan menoleh, menatap horor Saddam dan Damar bergantian. Sedikit bergeser menjauhi ketua dan wakilnya itu. "Saddam dan Damar? Gila banget? Mereka berduaan di taman bahkan main sampai kolam renang? Ngelakuin apa, Ren? Kita gak bisa biarin ini!"
Mengerti arah pemikiran Nathan, Damar melemparkan satu kaleng minuman pada laki-laki itu. "Kita masih normal!"
"Terus maksudnya berduaan di kolam renang sama taman apa?"
"Sama cewek mereka, maksud gue," jelas Darren membuat Nathan mengangguk paham.
Mereka kembali bercengkrama dengan Darren dan Nathan yang mendominasi obrolan.
Habis bahagia pasti ada aja yang terluka. Absen dulu yuk🐻
KAMU SEDANG MEMBACA
HARITH
РазноеDengan air mata yang menetes, di depan pusaran makam, laki-laki itu berteriak, "Gue, Saddamar Djanendra, hari ini tanggal 7 Juni 2020 dengan resmi membubarkan Gepenk Genk karena satu dan lain hal." "Saddam, lo gila?" maki Damar menatap kecewa ketuan...