•part 3: Morning's moment daddy and son

1.2K 126 4
                                    

Happy reading

*

*

*

*


Jam masih menunjukkan pukul 05.30, di temani kajian agama dari seorang ustadz terkenal, Anang menikmati pagi damainya dengan menyiapkan menu sarapan. Pagi ini ia memasak seorang diri, karena Lingga masih tertidur pulas di kamarnya.

"Ayah ..." Panggilan lirih itu menarik atensi Anang.

Ia berbalik mendapati Gindra yang duduk di ujung tangga. Anang tersenyum ketika sapaan 'ayah' itu telah mengawali paginya selama satu minggu ini. Ah, mungkin tinggal butuh beberapa waktu lagi, maka ia akan mendapat sapaan 'sayang' setiap pagi.

Anang mematikan kompor kemudian berjalan menghampiri sang putra. Anang berjongkok menyamakan posisinya dengan Gindra yang terlihat masih mengantuk. Tangan kecil itu bergerak mengucek matanya. Anang dengan lembut menyingkirkan tangan Gindra agar berhenti mengucek.

"Shobachul khoir," ucap Anang sambil tersenyum.

"Shobachun nur," balas Gindra membuat sang ayah tersenyum bangga. Ternyata Gindra sangat mudah mengingat beberapa kosa kata arab yang ia ajarkan semalam.

"Pinter, kok sudah bangun? Nggak tidur lagi?" tanya Anang.

"Eum, Abang mau bantuin Ayah masak, boleh?" jawab Gindra di akhiri pertanyaan untuk sang ayah. Abang adalah panggilan Gindra di rumah. Anang dan yang lain sepakat menetapkan panggilan untuk anak-anak. Yuar yang di panggil kakak, Gindra yang di panggil Abang, dan Lio serta Nio yang di panggil adek.

"Emang Abang bisa masak?" tanya Anang balik. Tangannya beralih menggendong tubuh mungil Gindra untuk di bawa ke dapur.

"Eum! Abang mau belajar, biar Ayah ndak masak sendiri lagi," jawab Gindra semangat sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Anang terkekeh, telapak tangannya ia gunakan untuk menutup mulut si kecil yang baru saja menguap. Ia membawa Gindra mendekati wastafel untuk mencuci mukanya. Bocah 6 tahun itu sedikit terlonjak ketika rasa dingin menyapu wajahnya.

"Manisnya, mau minum susu dulu?" tawar Anang yang langsung di angguki oleh Gindra. Anang mendudukkan Gindra di kursi pantry. Ia beralih membuka kitchen set yang berisi empat kotak susu berbeda rasa.

"Abang mau rasa apa?" tanya Anang.

"Coklat saja Ayah," jawab Gindra dengan tangannya yang memainkan sayur kangkung yang belum sempat Anang potong. Anang segera membuatkan segelas susu coklat hangat untuk Gindra.

"Silahkan diminum, jangan lupa baca bis ..." pancing Anang.

"Baca Bismillahirrahmanirrahim!" sambung Gindra dengan semangat membuat sang ayah terkekeh. Gindra segera meneguk susunya perlahan sambil mengamati sang ayah yang sedang memotong sayuran.

Begitu susunya habis, Gindra membawa gelas kotornya ke wastafel. Lagi-lagi Anang dibuat tersenyum melihat Gindra yang menerapkan hal-hal kecil yang telah ia ajarkan.

"Berdiri disini sayang." Anang mengangkat Gindra ke kursi yang tepat berada disampingnya. Ia juga memakaikan sebuah celemek mini yang kemarin ia beli. Iseng saja, ternyata malah benar terpakai.

"Siap masak pak chef?" tanya Anang semangat.

"Siapppp!!!" jawab Gindra tak kalah semangat. Anang terkekeh, acara masak pagi ini menjadi lebih berwarna dengan kehadiran si kecil.

Become A Papa||00LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang