Happy reading
*
*
*
*
*
*
"Naik ... munggah ..."
"Ke puncak ... pucuk ..."
"Tinggi ... duwur ... sekali ... banget ..."
"Kiri ... kiwo ... kanan ... tengen ..."
"Banyak ... akeh ... pohon ... wit-witan ..."
Empat orang pemuda yang saling sahut-sahutan lagu itu berjalan dengan langkah riang, tanpa mempedulikan beratnya ransel di punggung mereka dan medan yang cukup licin. Di barisan paling depan, seorang pemuda berhoodie hitam. Di perutnya melingkar tali pengaman yang menyambung dengan milik ketiga temannya di belakang. Ia menggunakan sebuah tongkat untuk tetap menjaga keseimbangan tubuhnya disaat melewati jalan yang licin.
Keempat pemuda itu sedang melakukan perjalanan menuju sebuah puncak bukit. Mereka berniat camping untuk sekedar mengisi kegabutan.
"Binbin! Masih jauh nggak?" tanya pemuda berkulit tan dengan hoodie navy di barisan terakhir.
"Bentar lagi," jawab pemuda yang di panggil 'Binbin' itu. Nama aslinya Bintang, hanya saja sahabatnya lebih sering memanggilnya 'Binbin' jika hanya ada mereka berempat.
"Dari tadi lo bilang gitu teros, nggak nyampe-nyampe tuh," protes pemuda berjaket cream di belakang Bintang.
"Protes terus lo Lingling," celetuk pemuda berhoodie hijau army di barisan ketiga.
"Diem lo Nanang," nyinyir Lingling, atau Lingga.
Sedangkan yang disebut 'Nanang', namanya adalah Anang. Adapun pemuda di barisan paling belakang bernama Gilang atau sering mereka panggil 'Lalang'. Nama-nama panggilan itu sudah mereka gunakan sedari kecil. Hubungan persahabatan antara orang tua mereka menurun pada anak-anaknya. Jadilah keempat pemuda itu menjadi sahabat sedari zaman zigot.
"Udah sampe nih, ayo lepasin talinya," ucap Bintang sambil melepaskan tali pengaman di perutnya. Ketiga temannya juga melakukan hal yang sama. Mereka meletakkan ransel masing-masing di bawah sebuah pohon yang rindang. Helaan nafas lega mereka keluarkan begitu sampai di tempat tujuan.
"Wah, keren banget tempatnya," ucap Gilang penuh kekaguman melihat pemandangan didepannya. Ia berdiri di ujung tebing yang tidak terlalu curam. Hamparan warna hijau membentang dibawahnya. Lokasi yang sangat pas untuk melihat sunset maupun sunrise.
"Lang, ayo buat tenda dulu! Biar bisa cepet istirahat!" seru Anang. Gilang menoleh. Ia mendekati ketiga sahabatnya yang mulai membongkar ransel masing-masing. Mereka mendirikan dua buah tenda. Sebelumnya, mereka melakukan suit untuk menentukan pasangan. Gilang bersama Bintang, sedangkan Anang bersama Lingga.
Setelah mendirikan tenda, mereka menyiapkan keperluan yang lain. Seperti kompor dan panci. Anang mendapat tugas untuk memasak air. Sedangkan Bintang tengah meracik 4 buah mug kopi untuk menemani senja mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become A Papa||00Line
Teen Fictionpulang camping ketempelan setan ❌ pulang camping ketempelan bocil-bocil gemoy✅ Serba-serbi empat papa muda mengurus anak-anak mereka!! Not BXB Story only in wattpad Dilarang plagiat! Hargai pemilik ide!