•Part 23: Lio & Papi__Lio ketemu Mama

413 80 4
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote sebelum baca

*
*
*
Satu-satu, Lio sayang papi
Dua-dua, tetap sayang papi
Tiga-tiga, sayang oma opa
Satu dua tiga, sayang semuanya

Sambil menyusun balok mainan, Lio menyanyikan lagu yang baru dihafalnya semalam. Hal itu menarik seorang guru wanita untuk mendekat. Terlebih hanya tersisa satu bocah itu saja di kelas yang telah kosong. Lio masih sibuk bermain di pojokan, tak menyadari kehadiran sang guru yang telah berjongkok di sebelahnya.

"Lio," panggil guru itu sambil menyentuh pundak muridnya.

Lio menoleh, kemudian mengulas senyum manisnya. "Eh, Bu Lala."

"Lio belum dijemput?" tanya Bu Lala sambil tersenyum, yang dibalas gelengan bocah berpipi gembul itu.

"Nunggu di depan aja, mau? Nanti Bu Lala temenin," tawar Bu Lala menatap kasihan pada Lio.

"Um, mau. Sebental, Lio ambil tas dulu." Dengan cepat, Lio mengambil tas bergambar Pororo yang masih berada di rak.

Sambil menggendong tasnya, Lio meraih tangan sang guru yang terulur. Bu Lala tersenyum gemas melihat cara berjalan Lio yang lucu. Bocah itu sesekali akan melompat atau mendongak ke arahnya dengan bibir tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi putih kecilnya.

"Bu Lala baik, deh. Makasih, ya, sudah nemenin Lio," ucap Lio sambil tersenyum manis.

"Sama-sama. Nanti titip salam buat Nio, ya. Semoga cepat sembuh," balas Bu Lala.

Kedua orang itu sesekali bercanda, membuat mereka tak menyadari kehadiran Gilang yang sudah berkacak pinggang di depan gerbang. Wajah pemuda itu kusut, dengan kacamata hitam yang menghiasi wajahnya.

"Adek!" panggil Gilang agak berteriak.

Lio menoleh kemudian melepaskan tangannya dari Bu Lala. Sambil merentangkan tangan, bocah itu berlari menuju papinya. "Papii!!"

Gilang menunduk, menatap Lio yang kini memeluk kaki jenjangnya. "Ada, lho Papi nunggu kamu sepuluh menitan. Kok baru keluar kamu abis ngapain, hm?"

Lio mendongak, menatap sang ayah dengan kedua mata mengerjap. "Iya, kah? Adek kila Papi belum dateng. Jadi Adek nunggu di kelas sambil main. Telus sama Bu Lala diajak nunggu di gelbang aja," jawab Lio sambil menoleh ke belakang.

Gilang menghembuskan nafas, kemudian mengangkat wajahnya untuk menatap guru sang anak. Ia melepaskan kacamata hitamnya sebelum mengulas senyum canggung.

"Terima kasih, Bu. Maaf kalo anak saya ngerepotin," ucap Gilang.

"Tidak apa-apa. Saya kasihan tadi Lio sendirian di kelas, jadi saya antar saja ke gerbang. Kalau begitu, saya pamit ke dalam lagi." Mendengar itu, Lio segera berbalik dan menghampiri gurunya.

"Makasih udah antel Lio, Bu Lala," ucap Lio sambil mencium tangan guru muda itu.

"Sama-sama. Mari," pamit Bu Lala sebelum berbalik dan melangkah menjauhi pasangan ayah anak itu.

Gilang menggendong Lio untuk dibawa masuk ke dalam mobil. Si kecil hanya pasrah saat tubuhnya diangkat. Kaki kecilnya terayun begitu Gilang mendudukkannya di kursi penumpang.

"Papi, mau jajan," pinta Lio sambil menoleh pada Gilang yang tengah memasang seat belt.

"Jajan apa?" tanya Gilang.

"Es kul-kul," jawab Lio semangat.

Gilang nampak berpikir sejenak, kemudian mengangguk mengiyakan permintaan sang anak. Lio bersorak senang sambil bertepuk tangan, membuat sang ayah terkekeh gemas.

Become A Papa||00LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang