•Part 20: Melepas rindu

565 100 4
                                    

Happy reading

*

*

*

Hari-hari terasa begitu lama bagi keempat papa muda. Rasa rindu pada anak-anak mereka semakin menumpuk, meskipun setiap hari melakukan panggilan video. Ini merupakan minggu kedua mereka menjalani KKN.

Minggu pagi ini mereka tak memiliki kegiatan. Para anggota lelaki termasuk keempat papa muda duduk bersantai di teras posko. Sedangkan para anggota perempuan sedang berada di dalam.

"Mama kok nggak bisa ditelpon, sih? Padahal kangen banget gue sama Lio," gumam Gilang kesal sambil menatap layar ponselnya.

"Sama. Mama juga nggak bisa ditelpon. Gue coba telepon yang lain nggak bisa juga. Ini mereka kompak bener, dah," sahut Lingga. Hampir saja ia melempar ponselnya kalau tak melihat dua buah mobil yang melambatkan laju di depan posko.

Anang dan Bintang saling pandang menatap kedua mobil itu. Sedangkan para anggota yang lain sudah bersiap menyambut, mengira ada orang penting yang datang. Namun, sepertinya mereka salah. Karena yang muncul dari balik jendela itu justru empat kepala kecil yang sudah menyunggingkan senyum lebar masing-masing.

"Bapak!!" Berseru bersama, empat bocil itu langsung menubrukkan diri pada ayahnya masing-masing begitu turun dari mobil.

Keempat papa muda masih nge-blank saat mendapat pelukan secara tiba-tiba. Lingga menunduk, menatap wajah penuh bedak yang sedang mendongak ke arahnya.

"Sejak kapan gue jadi bapak?" tanya Lingga.

"Ih, Baba! Ini Adek udah capek, lho. Kok ndak diangkat-angkat?!" keluh Nio sambil melompat-lompat kecil.

Lingga mengerjap berkali-kali, baru kemudian ia sadar bahwa yang tengah memeluknya ini adalah si bocil kesayangan. Senyum lebar Lingga tersungging, lalu dengan cepat mengangkat Nio ke gendongannya.

"Waaa ... Sayangnya Papi! Kangen banget, lho, Papi sama kamu!" pekik Gilang sambil mengangkat tubuh Lio tinggi-tinggi. Ia menggosokkan hidungnya pada perut Lio yang terasa lebih bulat dari terakhir kali.

Gindra dan Yuar bergelayut manja di pangkuan bapaknya. Anang bahkan langsung menghujani pipi Gindra dengan ciuman bertubi-tubi. Gindra sendiri hanya pasrah membiarkan ayahnya melepas rindu, karena ia pun juga sama.

"Kakak rindu Papa." Yuar memeluk leher Bintang. Ia menumpukan kepala ke pundak sang papa sambil menghirup aroma yang begitu dirindukannya.

"Papa juga rindu sama Kakak. Kakak sehat?" tanya Bintang sambil berdiri menyambut empat orang dewasa yang baru turun.

Lina, Jefran, Yudha, dan Jihan begitu senang melihat cucu mereka bisa bertemu ayahnya. Tak lupa mereka memberikan beberapa buah tangan yang sengaja dibawa untuk para mahasiswa itu.

"Yang lain nggak ikut, Ma?" tanya Lingga.

"Jenia lagi pulang, Jonathan ngambek katanya. Winda juga lagi ada jadwal jaga, jadi cuma kami yang nganter anak-anak," jawab Jenia.

Keempat papa muda tengah menemani keluarga mereka di ruang tamu. Sedangkan anggota lainnya pergi menemui anak-anak desa yang datang.

Become A Papa||00LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang