•Part 4: Yuar & Papa__ Arsaka putra Araska

1.4K 144 6
                                    

Happy reading

*

*

*

*

*

*

Jam menunjukkan pukul 05.15, Bintang yang sedari tadi mengerjakan tugas kuliah, lantas menghentikan kegiatannya. Setelah membenahi barang-barangnya, Bintang beralih menuju ranjang dimana sang putra masih tertidur dengan lelapnya.

"Kak, bangun," ucap Bintang sambil menepuk pipi Yuar pelan. Perlahan kelopak mata yang tertutup itu terbuka. Sang empu mengerjap guna menjernihkan penglihatannya. Wajah sang papa menjadi objek pertama yang dilihatnya.

"Sekarang jam berapa?" tanya Yuar dengan suara serak.

"Jam lima lebih seperempat. Masih bisa sholat subuh kok," jawab Bintang dengan seulas senyum tipis di wajahnya.

"Kok ndak bareng Papa?" tanya Yuar sambil mendudukkan dirinya. Bibirnya mengerucut sedikit kesal.

"Kamu pules banget tidurnya. Yang penting belum qadha'. Sana kalau mau wudhu," jawab Bintang. Yuar pun segera beranjak ke kamar mandi. Bintang hanya tersenyum kemudian membereskan tempat tidur. Ia beralih menuju walk in closed untuk menyiapkan baju dan seragam sang anak.

Hari ini, Yuar dan yang lain akan mulai bersekolah. Yuar dan Gindra akan masuk ke SD, sedangkan Lio dan Nio masuk TK. Karena Bintang dan yang lain juga harus kuliah, pengawasan anak selama sekolah mereka serahkan pada baby sitter utusan keluarga mereka.

"Kak, mandi sekalian nggak papa. Ganti seragamnya nanti aja," ucap Bintang sambil mengetuk pintu kamar mandi.

"Oke Papa," sahut Yuar dari dalam. Bintang cukup senang karena Yuar anak yang mandiri. Mungkin karena terbiasa dengan kerasnya hidup membuat Yuar bersikap lebih dewasa daripada umurnya.

Sembari menunggu sang anak selesai mandi, Bintang kembali memeriksa tugasnya. Ia harus pintar-pintar mengatur waktu mulai sekarang, agar sang anak tidak merasa kurang perhatian dan kuliahnya tetap lancar.

Beberapa saat kemudian, Yuar keluar dengan handuk yang melilit tubuhnya. Wangi buah segar menguar dari tubuh kecil itu. Bintang menepuk kasur di sebelahnya mengisyaratkan agar sang anak duduk di atasnya. Yuar menurut dan menghampiri sang papa.

"Pakai baju ini dulu, nanti ganti kalau udah mau berangkat," ucap Bintang. Dengan telaten ia membaluri seluruh tubuh Yuar dengan minyak telon agar tidak kedinginan.

"Papa, Yuar beneran sekolah?" tanya Yuar sambil menatap Bintang yang sedang mengancingkan baju kokonya.

"Beneran dong. Masa bohong?" Bintang tersenyum. Ia meraih peci hitam kemudian memasangkannya pada kepala Yuar. "Shalat dulu, papa mau mandi."

Yuar mengangguk. Ia segera melakukan perintah sang papa sedangkan Bintang pergi mandi.

Hanya butuh beberapa menit untuk Bintang menyelesaikan ritual mandinya. Ia bukan Lingga yang bisa konser dadakan di kamar mandi ataupun Gilang yang semedi di kloset. Ia tipe yang sat set, tak membuang waktu.

Become A Papa||00LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang