Happy reading
*
*
*
Langit terlihat mendung siang ini. Matahari seakan enggan menampakkan sinarnya sedari pagi. Namun hal itu tak menyurutkan niat dua lelaki beda usia yang saat ini sedang bersiap di kamar. Dua tubuh dengan proporsi berbeda jauh itu, kompak mematut diri di depan cermin.
"Dek, kamu ngapain, sih?" tanya Lingga sambil melirik Nio yang tengah membongkar koleksi kacamatanya.
"Ugh, adek lagi nyali kacamata yang cocok, Baba. Kan mau ketemu onty cantik," jawab Nio tanpa mengalihkan perhatiannya dari kotak kacamata milik babanya.
Alis Lingga berkerut mendengar jawaban Nio itu. "Emang harus pake kacamata gitu?"
"Iya, lah. Bial Nio ndak kalah kelen dali Baba," jawab Nio sedikit sewot.
"Berarti Baba keren, dong?" tanya Lingga lagi dengan senyum tengilnya.
Nio melirik babanya sekilas, kemudian menjawab, "iya. Tapi masih kelenan adek."
Lingga memutar bola matanya malas. Ia melirik jam yang melingkar apik di tangannya. "Ayo, Dek. Udah jam 2, nih."
"Sebental, Baba. Adek belum nemu yang cocok ini," sahut Nio dengan terburu.
Lingga menghela nafas. Anaknya ini rempong sekali, pikirnya. Ia lantas mengambilkan kacamata secara asal kemudian segera menurunkan Nio dari kursi.
"Kelamaan. Keburu calon mamamu di slepet orang," ucap Lingga sambil memakaikan kacamata berbingkai hati dan juga topi baret. Nio mencebik kesal dengan tangan terlipat di dada. Ia berjalan mendahului babanya keluar kamar. Lingga hanya mampu menghela nafas melihat tingkah putranya. Ia segera menyusul langkah Nio yang sepertinya mulai menuruni tangga.
Bintang dan Yuar yang berada di ruang tengah menoleh ketika mendengar suara langkah kasar di tangga. Mereka bisa melihat Nio yang berjalan sambil menghentakkan kakinya dengan wajah cemberut.
"Kenapa, Dek?" tanya Yuar.
"Ndak papa," jawab Nio singkat, masih dengan bibir yang mengerucut ke depan.
Tak lama, suara langkah kaki kembali terdengar. Lingga turun sambil menenteng tas kecil berisi perlengkapan Nio.
"Kok bawa tas buat apa, Ling?" tanya Bintang.
"Bajunya si adek. Nanti kalau cemong pas makan biar bisa ganti," jawab Lingga.
"Adek kalo makam belsih, kok. Ndak cemong. Adek 'kan bukan anak kecil," protes Nio sambil menghentak-hentakkan kaki. Seketika ketiga orang yang mendengarnya terdiam. Lingga dengan watadosnya mengukur tinggi anaknya menggunakan tangan.
"Masih kecil. Pendek gini, kok," ucap Lingga sambil menempelkan tangannya pada perut.
Kedua mata Nio melotot. "Baba juga pendek, tuh. Ngeselin." Setelah menyuarakan protesannya, Nio kembali berjalan keluar dengan kesal.
Lingga terkekeh karena bisa menjahili anaknya. Ia pun berpamitan pada Bintang dan Yuar kemudian segera menyusul Nio. Ia kembali terkekeh melihat putranya sudah berdiri di samping mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become A Papa||00Line
Teen Fictionpulang camping ketempelan setan ❌ pulang camping ketempelan bocil-bocil gemoy✅ Serba-serbi empat papa muda mengurus anak-anak mereka!! Not BXB Story only in wattpad Dilarang plagiat! Hargai pemilik ide!