•Part 17: Berkunjung ke panti

656 92 8
                                    

Biasakan vote sebelum baca
Nggak susah kok, nggak bayar juga
Happy reading

*

*

*

Suara nyanyian dari kartun anak-anak di TV, saling bersahutan dengan ketukan tuts laptop milik Anang dan Gilang. Sesekali terlihat mereka berdiskusi bersama Bintang dan Lingga.

"Akhirnya selesai juga," ucap Lingga sambil merenggangkan tubuhnya.

"Untung kita sekelompok, ya. Tinggal minta pendapat anggota yang lain aja," timpal Gilang sambil mengetik tuts keyboardnya, menyimpan file berisi rencana untuk proker KKN mereka.

"Kalau kita KKN, anak-anak gimana?" tanya Anang. Matanya menatap keempat bocah yang asik menonton kartun sambil bermain.

"Masih dua minggu lagi 'kan? Kita coba minta usul sama mama papa dulu. Siapa tau mereka punya saran," jawab Bintang.

"Iya, sih." Anang mengangguk. Tatapannya kembali mengarah pada anak-anak mereka. "Anak-anak," panggilnya.

"Na'am ya abi," jawab anak-anak sambil menoleh serempak.

Keempat papa muda itu secara serempak menutup wajah. Jawaban anak-anak terdengar begitu manis dan lucu bagi mereka. Ajaran Ziza sangat membekas di pikiran anak-anak, membuat Anang semakin tergila-gila pada pujaan hatinya itu.

Setelah menormalkan wajahnya, Bintang mulai membuka suara. "Besok Minggu kalian pengen ke mana?"

Lio dan Gindra yang semula dalam posisi rebahan langsung mendudukkan diri. Yuar dan Nio juga, langsung memutar tubuh menghadap keempat ayah mereka. Anang meraih remote untuk mengecilkan volume TV agar tak mengganggu acara diskusi.

"Kemarin Minggu kita udah ke taman bermain. Besok kalian pengen ke mana?" tanya Lingga mengulang pertanyaan Bintang.

Setiap Minggu, Anang dan ketiga sahabatnya menetapkan untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak. Biasanya mereka akan bertanya lebih dulu, barangkali si kecil punya keinginan yang telah mereka pendam selama seminggu, sehingga sang ayah bisa mengabulkannya saat akhir pekan.

Yuar, Gindra, Lio, dan Nio nampak terdiam mencari ide. Pose keempatnya terlihat begitu serius, namun tetap saja jatuhnya akan lucu di mata ayah mereka. Anang diam-diam mengambil foto dan langsung mendapat acungan jempol dari ketiga sahabatnya.

"Baba, kita main ke tempat Kak Lafa saja, yuk," ajak Nio dengan semangat.

"Kak Lafa siapa?" tanya Gindra penasaran.

"Ih, bukan Kak Lafa, Abang. Tapi Kak Lafa," bantah Nio.

"Ya bener Kak Lafa. Terus salahnya di mana?" tanya Yuar, sepertinya bocah itu berniat menjahili adiknya. Terlihat dari senyum kecilnya yang terbit setelah melihat wajah kesal Nio.

"Nio 'kan belum bisa bilang 'L'. Kak Yual ndak peka," rajuk Nio dengan bibir cemberut.

Yuar tertawa kecil kemudian segera memeluk sang adik. Ia mengucapkan maaf berkali-kali, namun bibirnya masihlah menyuarakan tawa.

"Rafa siapa, Ling?" tanya Gilang.

"Anak yang waktu itu gue ceritain ke kalian," jawab Lingga.

Become A Papa||00LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang