•Part 16: Gindra & Ayah__Calon bunda Gindra

738 92 8
                                    

Happy reading

*

*

*

"Aina di mana, amaama di depan, waraa'a di belakang, bijiwari di samping, fauqo 'ala di atas, tahta itu di bawah, hunaa hunaaka di sini dan di sana ..."

Nyanyian dengan bahasa arab, beriring tepuk tangan anak-anak, mengisi mobil Alphard berwarna putih yang tengah melaju di jalanan. Keempat papa muda tersenyum gemas melihat bagaimana anak-anak mereka melantunkan lagu bertema kosa kata bahasa Arab.

Sudah beberapa hari ini, anak-anak sering menghafalkan kosa kata Arab dengan lagu. Mereka tak pernah bosan memamerkan hafalan pada para ayahnya.

"Bahasa arabnya rambut," ucap Anang yang duduk di belakang memangku Gindra. Bukan hanya mereka berdua, namun ada Lingga, Nio, dan Yuar juga. Sedangkan Bintang, Gilang dan Lio duduk di kursi depan.

"Sya'run!" balas anak-anak serempak.

"Kalo bahasa arabnya gigi?" tanya Lingga.

"Sinnun!" jawab anak-anak kembali.

Bintang dan yang lain secara bergantian memberika pertanyaan, menguji hafalan anak-anak. Suasana mobil itu pun menjadi begitu ramai akan keantusiasan para bocil.

"Pinternya Maa Syaa Allah. Udah nambah aja kamus hafalan kalian," puji Gilang sambil menciumi pipi sang anak dengan brutal.

"Widih, kemarin anggota tubuh, sekarang udah nambah jadi arah-arah, ya? Mau hadiah apa sayang?" tanya Anang pada sang anak.

"Mau main sama Ayah seharian!" jawab Gindra semangat.

"Oke siap. Habis bagi-bagi kita langsung meluncur ke taman," ucap Bintang yang menjadi pengemudi. Sorakan riang penuh semangat menyahuti ucapan Bintang itu.

Siang itu, Bintang melajukan mobilnya menuju taman bermain. Di tengah perjalanan, mobil berhenti di depan beberapa orang anak punk yang sedang nongkrong. Penampilan urakan dan seram pemuda-pemuda itu tak membuat Yuar dan ketiga adiknya takut, mereka justru tersenyum lebar sambil menyapa para pemuda itu.

"Assalamualaikum!" sapa anak-anak riang sambil mengeluarkan kepala mereka lewat jendela.

"Wa'alaikum salam," balas beberapa orang yang langsung berdiri menyambut saat mereka turun dari mobil.

Sekumpulan pemuda itu dibuat terkejut dengan empat orang anak kecil yang tiba-tiba menyalami mereka, bahkan tanpa sungkan mencium tangan. Sebagian berusaha menarik tangan, namun selalu berhasil di cegah oleh bocah-bocah itu.

"Ndak papa, Bang. Kata pak ustadz, balokah itu bisa ada di mana-mana. Mana tau, abang-abang juga punya balokah, biar bisa nulal ke kita," ujar Nio membuat pemuda yang tengah dipegang tangannya terdiam.

"Tumben Nio ngomongnya bener," bisik Gilang pada Lingga.

"Lagi tobat dari kemarin," balas Lingga sambil mengeluarkan kotak-kotak makanan yang mereka bawa dari dalam mobil.

"Abang-abang udah makan?" tanya Yuar pada salah pemuda.

Seorang pemuda dengan sebagian wajah dihiasi tato menjawab, "belum, Dek."

"Pas sekali," ucap Anang. "Kami ada sedikit rezeki buat kalian. Mohon diterima, ya. Ini shadaqah anak-anak."

Ucapan syukur dan terima kasih para pemuda punk itu ucapkan. Mereka bahkan tak berhenti berterima kasih pada Bintang dan yang lain. Lantaran tak bisa terlalu lama parkir di sana, mereka pun pamit setelah semua kotak makan di dalam habis dibagikan. Anak-anak berpamitan sambil melambaikan tangan mereka, saat mobil semakin berjalan menjauh.

Become A Papa||00LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang