Apa kabar semua??
Sehat?
Ada yang menunggu cerita ini update?Selamat membaca
*
*
*
*
*
Malam hari di kamar Anang. Sang empu tengah tertidur lelap sambil memeluk putranya. Hingga sebuah gerakan pelan dari objek yang dipeluknya, perlahan mulai mengusik tidurnya.
Dengan keadaan setengah sadar, Anang menoleh ke arah Gindra.
"Bang, kenapa?" tanya Anang dengan suara serak. Detik berikutnya, ketika penglihatannya mulai jelas, ia terkejut melihat keadaan sang anak.
Gindra nampak memegang dadanya dengan nafas yang terdengar berat. Raut wajahnya seperti menahan sakit, meskipun tidak ada air mata yang mengalir.
"Ya Allah Abang! Bentar Ayah ambil inhaler dulu." Dengan panik Anang membuka laci nakasnya. Mengobrak-abrik isinya guna mencari alat pertolongan untuk sang anak. Begitu mendapatkannya, Anang segera mendekatkan inhaler ke mulut Gindra yang langsung dihisap oleh empunya. Air matanya luruh ketika melihat sang anak tengah berusaha menstabilkan pernafasannya.
Sambil menghirup inhaler nya, Gindra menatap sayu ke arah wajah sang ayah. Di keremangan lampu kamar, Gindra bisa menangkap wajah khawatir sang ayah serta tetesan air mata di netra indah itu.
Gindra memang baru menginjak usia 6 tahun. Tapi tidak dapat dipungkiri bila ia turut merasa sesak melihat air mata sang ayah. Wajah itu bukan wajah ayahnya yang selalu bahagia, bukan wajah ayahnya yang tersenyum lembut kepadanya. Itu wajah terluka sang ayah, dan itu karena dirinya.
Melihat pernafasan Gindra yang tak kunjung membaik, Anang langsung mengganti inhaler dengan masker oksigen yang sudah Winata siapkan. Helaan nafas lega didertai ucapan tahmid terdengar ketika melihat sang putra mulai bernafas dengan teratur.
Gindra menatap lekat sang ayah, tangan kecilnya terangkat guna menggapai wajah khawatir itu. Anang yang melihat tangan Gindra terangkat segera meraih dan menempelkannya di pipi.
"Kenapa sayang? Ada yang sakit? Bilang sama Ayah." Masih dengan air mata yang menetes, Anang mengusap rambut Gindra dengan penuh kasih sayang.
Gindra menggeleng pelan. Jarinya bergerak menghapus air mata diujung netra ayahnya.
"Ayah, jangan nangis. Abang oke ...." Meskipun lirih, namun ucapan Gindra masih terdengar oleh Anang. Bukannya tenang, Anang justru semakin menangis, namun kini disertai seutas senyum kecil yang terukir diwajahnya.
"Maafin Ayah ...." Hanya itu yang mampu Anang ucapkan.
"Ayah, Gindra masih ngantuk. Ayo bobok lagi, besok Gindra juga sekolah 'kan?" Gindra mengalihkan topik mereka agar tak lebih lama melihat wajah sedih ayahnya. Anang mengangguk. Ia kembali berbaring sambil memeluk tubuh kecil Gindra. Begitu juga Gindra yang memposisikan tubuhnya agar lebih nyaman di pelukan hangat sang ayah.
Masih dengan masker oksigen di mulutnya, Gindra menatap wajah damai Anang yang sudah kembali terlelap.
"Syukron ... Ayah," ucap Gindra lirih sebelum ikut menutup matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become A Papa||00Line
Teen Fictionpulang camping ketempelan setan ❌ pulang camping ketempelan bocil-bocil gemoy✅ Serba-serbi empat papa muda mengurus anak-anak mereka!! Not BXB Story only in wattpad Dilarang plagiat! Hargai pemilik ide!