1. Begin

15.4K 534 9
                                    

○•°•°•°•°○

Teriakan suporter menggema di lapangan indoor kampus. Suasana panas, bukan hanya karena udara yang pengap, tapi juga karena tensi pertandingan futsal yang semakin memanas. Ini bukan sekadar pertandingan futsal biasa. Ini Porsema, ajang bergengsi di kampusnya. Timnya sudah berjuang keras untuk sampai di semifinal, dan kemenangan di pertandingan ini akan membawa mereka ke final.

Waktu pertandingan tersisa kurang dari lima menit, dan skor masih imbang 2-2. Kedua tim bermain mati-matian, berusaha mencetak gol kemenangan.

Di tengah lapangan, Garvi berlari cepat, matanya fokus mencari celah di pertahanan lawan. Sejak awal masuk kuliah, ia sudah dikenal sebagai mahasiswa yang cukup lincah dalam olahraga, terutama futsal. Ia bukan pemain terbaik di kampus, tapi semangat dan kecepatannya membuatnya sulit dihentikan.

Di sisi lain lapangan, seorang pemuda dengan ekspresi serius tapi tetap santai juga bergerak, mengatur tempo permainan. Juan.

Jika Garvi adalah pemain yang selalu berusaha keras, maka Juan adalah kebalikannya. Dia bermain dengan gaya santai, nyaris seperti bercanda, tapi tetap efektif. Mereka berdua sudah akrab sejak masa Sekolah Menengah Atas hingga mereka kuliah di kampus dan jurusan yang sama.

Bagi Garvi, Juan adalah sahabat yang bisa diandalkan. Orang yang selalu ada, baik untuk berbagi keluh kesah maupun sekadar menghabiskan waktu dengan obrolan konyol. Bagi Juan, Garvi adalah orang yang kadang terlalu serius, tapi justru itulah yang membuat mereka klop.

Dan sekarang, mereka berdua berada di satu tim, menghadapi kakak tingkat yang lebih berpengalaman dan lebih besar.

Juan mengoper bola ke Garvi, memberi isyarat agar temannya itu segera melaju ke depan. Garvi menangkapnya dengan cepat, menggiring bola melewati dua pemain lawan.

Namun, saat Garvi nyaris mendekati gawang, sliding keras menghantam kakinya dengan brutal, membuat Garvi kehilangan keseimbangan total.

Dalam hitungan detik yang terasa lambat, ia bisa merasakan tubuhnya melayang ke belakang. Kepalanya menghantam lantai lapangan dengan keras.

Penglihatannya langsung berkedip-kedip. Suara di sekelilingnya seolah meredam, bergema seperti dari kejauhan. Cahaya lampu di atasnya terasa menyilaukan, berpendar-pendar di antara bayangan yang mulai mengabur.

Sesaat, ia merasa seperti berada di bawah air, tenggelam dalam kekosongan.

"Garvi!"

Suara Juan menembus kabut kesadarannya, mengguncang dunianya kembali.

Juan berlari mendekat dengan panik, langsung berlutut di samping Garvi yang masih terbaring. Ia mengguncang bahu Garvi pelan. "Gar! Denger gue, kan?!"

Di sisi lain, Gio-orang yang melakukan tendangan itu hanya berdiri dengan santai. "Wah, sorry, bro. Ga sengaja."

Juan langsung bangkit. Wajahnya merah padam. "Ga sengaja, apanya?! Lo pikir gue bego?!"

Gio mengangkat bahu. "Kalau ga bisa tahan benturan, mending jangan main futsal. Main catur aja."

Tanpa berpikir panjang, Juan maju, nyaris menghantam Gio, tapi beberapa pemain buru-buru menariknya sebelum situasi makin kacau. Pelatih dan panitia pertandingan juga bergegas mendekat.

Juan mendengus kesal, napasnya memburu, tapi ia memilih untuk fokus ke Garvi yang masih berusaha duduk.

"Sini, mending lo kepinggir aja!" Juan berusaha menarik Garvi berdiri.

"Tapi pertandingannya-"

"Lo masih mikirin pertandingan?!" Juan menggeleng dengan frustasi. "Lo barusan jatuh kayak pohon tumbang. Kalo nanti lo tiba-tiba lupa siapa gue, gue ga rela harus ngenalin diri tiap hari!"

Garvitara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang