Tara meneguk sisa air botol minumnya hingga tandas saat rasa haus itu masih terasa. Hari ini kampusnya sedang mengadakan acara PORSEMA atau yang disebut dengan Pekan Olahraga dan Seni Mahasiswa. Saat ini ia dan timnya yang terdiri dari teman sejurusannya sedang menjalani pertandingan futsal babak dua melawan tim kakak tingkatnya. Mengingat ini sudah memasuki babak final, tim Tara sedikit kewalahan untuk menandingi lawannya. Walau begitu, ia dan teman-temannya akan terus berjuang untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Prit priiiit
Seluruh pemain segera memasuki arena saat sang wasit meniup peluit sebanyak dua kali yang semula pendek lalu diikuti lengkingan panjang. Tara dan timnya sejenak kembali berkumpul untuk saling menyemangati setelah itu mereka berjalan menuju posisi masing-masing.
Di arah tribun penonton, suara sorak sorai terdengar semakin bersahutan saling memberi semangat saat kedua tim tersebut memasuki arena pertandingan kembali setelah jeda pergantian babak.
Suara riuh tersebut membuat Tara merasakan tambahan semangat walaupun dirinya merasakan ketegangan juga karena babak ini akan menjadi babak terakhir untuk menentukan pemenangnya.
Priiit
Suara lengkingan panjang terdengar saat wasit meniup peluitnya. Pertandingan babak dua telah dimulai, ketegangan pun ikut dirasakan oleh para penonton mengingat permainan dari kedua tim tersebut sangat sengit. Pada babak satu, kedua tim tersebut mendapatkan poin seri satu sama, artinya pada babak ini tim Tara perlu mencetak skor lagi agar menjadi pemenangnya.
Pada menit-menit awal pertandingan berjalan cukup dengan baik, tapi saat di pertengahan pertandingan ia menyadari salah satu dari lawan mereka seperti menargetkan dirinya. Tak sedikit lelaki itu seperti dengan sengaja mendorong dirinya, menahan pergerakan dirinya bahkan tak sedikit bertindak kasar terhadap dirinya.
"Santai dong mainnya!" Tara sedikit berdesis saat dirinya hampir terjatuh akibat dorongan lawannya. Ia mencoba untuk tetap tenang dan fokus pada pertandingan saat melihat lelaki yang mendorongnya hanya tersenyum miring ke arahnya.
"Sinting" gumam Tara.
Waktu terus berjalan hingga tiba saatnya menuju menit-menit terakhir. Dari kedua tim tersebut belum ada yang berhasil mencetak gol, pertandingan kali ini cukup sengit sehingga kedua tim terihat mulai kelelahan.
"TAR!!" teriak Juan teman se-timnya.
Mengerti akan situasi, dirinya hendak menendang untuk mengoper bola tersebut hanya saja kejadian tak diinginkan terjadi begitu cepat.
Seseorang merebut bola darinya, sebuah kaki terasa menendang kakinya cukup kuat sehingga ia otomatis jatuh terlentang hingga kepalanya membentur lantai lapangan dengan cukup keras.
Sial
Tara mengumpat diiringi dengan ringisan sambil menyentuh belakang kepalanya. Ia memejam menahan rasa sakit saat kepalanya itu terasa seperti ditimpa oleh batu yang sangat besar.
"Woi anjing lo."
Samar-samar ia mendengar teriakan umpatan dari teman se timnya, suara peluit, begitu pula dengan suara teriakan dari arah penonton. Suasana terdengar begitu ricuh hanya saja ia tidak bisa membuka kedua matanya karena merasa pusing.
"Tar, lo oke?" Seseorang mengguncang bahunya.
"O-oke, cuma pusing dikit." Ia mulai membuka matanya, terlihat satu persatu mulai mendekat kearahnya dengan pandangan khawatir. Ia mencoba bangkit mendudukkan dirinya dibantu Juan hanya saja kepalanya kembali berdenyut tak nyaman membuat dirinya kembali memejamkan mata dan menumpukan kepala pada lututnya.
"Oke oke mata lu, ini ga ada medis apa si goblok. Woy medis!" Suara Juan kembali terdengar begitu kesal.
"Bawa kepinggir dulu aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Garvitara
FanfictionIni hanya kisah seorang Garvitara yang mencoba menjadi bintang kebanggaan seperti yang diharapkan bunda. Disclaimer: ☆ 100% fiksi ☆ Slow update ☆ Terdapat kata-kata kasar/umpatan⚠️ ☆ Jika ada kesamaan nama tokoh, latar tempat maupun alur itu murni k...