Ernest harus heran pada Sekar, entah apa yang gadis itu inginkan. Meskipun Ernest sudah berusaha menutup pintu hati dan membatasi akses untuk berhubungan dengannya, Sekar tetap merangsek masuk dari pintu mana saja. Sejak awal ia sudah memperingati Sekar untuk tetap menjaga batas perasaannya. Tak perlu berlebihan karena Ernest pun hanya menganggapnya teman, tetapi dengan mudahnya Sekar justru menyebarkan rumor bahwa Ernest adalah pacarnya. Bukan hanya teman-teman seangkatan yang menerima kabar itu, hampir seluruh keluarga besarnya pun tahu. Mungkin ini tidak berarti masalah bagi sebagian orang, tetapi bagi Ernest ini adalah masalah yang sungguh mengganggunya.
Sejujurnya dari dalam lubuk hati yang paling dalam, Ernest tak akan pernah bisa menggantikan sosok Mega. Mega adalah pemenangnya. Sejauh ini belum ada seorang pun gadis yang ia persilakan masuk dan menghuni ruang sempit di dalam hatinya kecuali Mega. Hanya Mega, satu-satunya gadis yang begitu berarti bagi Ernest.
Keberadaan Sekar tentu saja mengusik Mega yang telah lebih dulu menjadi penghuni sah ruang hati Ernest. Ernest tidak tahu harus menolak dengan cara apa lagi. Sekar terlalu baik untuknya. Sekar telah membantu banyak hal dalam hidupnya. Sekar adalah satu-satunya gadis yang gigih menjajah hatinya. Berharap Mega bisa pergi dan memberi kesempatan bagi Sekar untuk menghuni ruang itu. Namun, lagi-lagi Ernest tak mengerti kenapa kebaikan dan kegigihan Sekar tak mampu menggantikan Mega sebagai satu-satunya gadis yang begitu ia cintai. Mungkinkah Ernest tidak akan jatuh cinta lagi? Apakah hanya Mega yang akan dia semayamkan dalam hatinya? Sampai kapan? Bagaimana jika ternyata dirinya mencintai gadis lain? Bukankah hati bisa berbolak-balik? Hari ini cinta, besok bosan. Hari ini asing, besok saling mencintai.
Ernest mengusap wajah. Ia tidak bisa memejamkan mata setelah mengirim pesan pada Emma. Apa salah jika ia membeberkan kelemahan Sekar pada Emma? Ia melakukannya juga demi keberlangsungan hidup yang lebih tenang. Ia ingin membatasi akses komunikasi dengan Sekar. Jika Sekar berhasil berhasil menampilkan suara terbaiknya dalam magang ini, maka bukan tak mungkin Bang Joey memilihnya menjadi vokalis di kedai kopi Ernest. Apabila Sekar yang terpilih, kesempatan Sekar untuk bersama dengan Ernest semakin besar dan sering.
Ernest hanya tidak ingin mengecewakan Sekar. Ia tak ingin membuat gadis itu semakin lelah karena berjuang dan jatuh cinta sendirian. Hanya Emma-lah yang bisa ia jadikan perantara untuk membebaskannya dari jerat perasaan-perasaan Sekar. Dengan mengetahui kelemahan Sekar, setidaknya Emma akan berpikir dan mengandalkan kelemahan Sekar untuk memperoleh celah keberhasilan.
Sudah cukup pada Mega saja Ernest berikan segenap jiwa dan raganya. Setelah itu tidak lagi. Tidak pada Sekar juga tidak pada siapa pun. Ernest hanya sedang berusaha memberikan bukti pada Mega bahwa dirinyalah satu-satunya gadis yang berhasil menjadi dambaan hatinya. Menjadi ratu dari sekian banyak gadis yang mencoba membobol ruang sempit tempatnya menyimpan kenangan bersama Mega. Nanti, saat Mega kembali, gadis itu harus mengakui kekalahannya. Ia harus menobatkan Ernest sebagai pria paling setia di muka bumi.
Ernest melirik jam beker yang berdiri di atas nakas. Sudah hampir pukul satu dini hari ia masih belum bisa memejamkan mata. Wajah Mega, Sekar, juga Emma silih berganti menyesaki pikirannya. Entah apa yang akan terjadi besok. Berhasilkah ia menyingkirkan Sekar dan tetap memberi ruang nyaman untuk Mega atau justru ia akan membiarkan perasaan aneh yang selalu datang setiap kali beradu tatap dengan Emma tumbuh di hatinya? Ernest menepis segala pertanyaan tak masuk akal yang menjejali pikirannya.
"Tidak! Aku tidak mungkin menggantikan posisi Mega, ini janji. Aku harus membuktikan pada Mega bahwa aku adalah orang yang berhasil menyimpan kesetiaan ini padanya. Lagipula buat apa jatuh cinta pada gadis galak seperti Emma? Atau balik menaruh rasa pada Sekar yang katanya cinta. Dia pikir itu cinta? Bukan, Sekar ... bukan. Dia hanya terobsesi padaku, dia tidak benar-benar mencintai dengan hati," monolog Ernest.
Ernest melayangkan ingatannya pada kejadian masa lalu. Mega satu-satunya gadis yang ia puja, sore itu menggandeng lengan seorang pria yang bukan Ernest. Ernest masih ingat bagaimana ia melemparkan tinju ke arah pria asing itu. Ernest ingat betul wajah panik Mega yang berusaha melerai keduanya. Sayangnya, wanita jauh lebih lemah soal otot, Mega terpelanting ketika berusaha menghalangi tinju yang Ernest ingin layangkan pada pria asing itu.
Detik itu juga Ernest bergeming. Seketika amarahnya berubah menjadi sesal. Ia segera mendekati Mega dan memastikan gadis itu baik-baik saja. "Sayang, aku ... aku ... aku nggak bermaksud ... mukul kamu ..." ucap Ernest terbata-bata.
Mega menukikkan tatapan tajam pada Ernest sembari memegangi pipinya yang terasa panas dan sakit. "Kamu jahat!" Mega berseru lantas berlari meninggalkan kedua pria itu.
Sesal itu sampai sekarang masih ada dan terasa nyata. Ernest menyadari bahwa secara logika, permasalahan ini bersumber dari Mega yang tak bisa menjaga kepercayaan yang Ernest beri, tetapi menyikapi semua itu dengan amarah yang meluap-luap juga bukan tindakan yang tepat. Ernest hanya bisa pasrah ketika Mega mengungkapkan kekecewaan pada Ernest di depan pria asing yang kala itu Ernest ketahui sebagai kekasih simpanan Mega. Sejak hari itu, Ernest dan Mega tak lagi bersama.
Kesalahan Mega tak membuat Ernest sadar bahwa cinta yang gadis itu berikan palsu. Ernest justru ingin membuktikan bahwa ialah pria yang paling setia menjaga perasaannya untuk Mega, tetapi siapa yang peduli? Bahkan ketika Ernest masih sering mencari tahu kabar Mega lewat media sosial, Mega tak menunjukkan wajah-wajah penyesalan karena telah meninggalkan Ernest. Foto-foto yang Mega unggah selalu memperlihatkan raut kebahagiaan bersama pria yang waktu itu merasakan layangan tinju dari Ernest.
Ernest menarik napas dalam. Langit-langit kamarnya seolah layar yang memutar ulang kenangan lamanya bersama Mega. Wajah gadis itu terlihat jelita dengan pipi tembab dan kulih putih bersihnya. Tinggi gadis itu hanya sebatas pundak Ernest. Sangat menggemaskan. Memori menyenangkan, mengesalkan, dan menyedihkan berbaur jadi satu. Bagai slide-slide presentasi, kenangan itu secara sistemastis terputar dengan sendirinya.
Makin larut, kerinduan makin membuncah. Ernest makin sulit menghentikan kenangan-kenangan yang secara otomatis terlintas di ingatannya. Ia hanya bisa tertawa kecil mengingat kebodohannya hingga hari ini yang masih menginginkan Mega. Harus Ernest akui bahwa dirinya masih mengharapkan Mega kembali padanya dan menyesali semuanya lalu dengan senang hati Ernest akan memberikan kesempatan kedua untuk gadis yang dicintainya itu. Sebenarnya Ernest pintar, tetapi tidak dalam urusan asmara. Ia mudah terlena pada perasaannya jika memang ia berhasil mendapatkan gadis yang ia tuju.
Kilas balik kenangan itu tak berlangsung lama, bayang-bayang Mega perlahan hilang bersama datangnya kantuk di mata Ernest. Sebelum tidur, dalam keadaan setengah sadar ia mengucapkan, "Have a good dream, Dek." Sebuah kalimat wajib yang saban malam mengantarkan Mega dalam tidur lelapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA
Teen FictionDerana adalah simbol kondisi dari seorang gadis manis bernama Emma yang begitu ambisius demi mendapatkan cinta dan kasih sayang orang-orang terdekatnya. Dalam perjalanan hidupnya yang begitu sulit dan penuh keresahan, ia beruntung karena dipertemuka...