-chapter 19

546 43 8
                                    

Chapter 19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 19.

"The mistake is expecting too much from people who can change anytime (2)."


...

Semalaman ini Taehyung gundah sendirian di atas ranjang tak bisa tidur. Setiap satu jam sekali dia bangun lalu kembali tidur terus menerus seperti itu hingga jam lima waktu menunjukkan ia memilih untuk benar-benar terjaga dan tidak tidur kembali. Sudah pagi jadi kemungkinan hitungan waktu yang tak lama anak-anak dan ibunya di kamar sebelah juga akan segera bangun, membuka pintu kamar keluar untuk turun ke bawah seperti biasa. Barulah saat di sana Taehyung akan langsung mencoba berbicara, berdua, tenang, meminta maaf dengan benar menyampingkan segala hal yang membuat Jungkook merasa kembali tersudutkan. Tidak usah membela diri, tidak usah mencari-cari topik lain yang nantinya membuat mereka bertengkar seperti semalam.

Perihal lelaki itu dan siapa dia, Jungkook sudah mengaku jika mereka hanya berteman. Sudah Taehyung cukup percaya tak harus menuntut penjelasan lebih. Ada baiknya justru ia berterima kasih pada lelaki itu sudah baik mau mengantar ketiganya dengan selamat sampai tujuan— meski sungguh ini tidak bisa dipungkiri membuat Taehyung panas. Kecemburuannya yang mudah timbul membutakan mata hatinya sendiri.

Taehyung sudah berdiri lama didepan pintu kamar Junghyung dan Junghwan. Begitu mendekatkan telinga di pintu ia mencuri dengar bagaimana suara tv hidup dan jeritan anak-anak nyaring didalam. Ketiganya sudah bangun. Ketiganya sudah ikut terjaga sekarang.

"Dikunci?" Taehyung bergumam persis sama seperti yang ibunya anak-anak dapat semalam. Ia memang sengaja mengunci pintu kamar tapi tak menyangka Jungkook akan melakukan hal yang sama agar ia tak bisa ikut masuk kedalam.

"Abang? Adek? Dedek Iwan? Abang Junghyung? Sayang, mas di luar. Boleh tolong buka pintunya."

Taehyung mengetukkan buku jarinya berkali-kali kedepan badan pintu memberitahu ia menunggu. Tak mungkin Jungkook atau kedua anaknya tak dengar. Toh di dalam tidak diberi alat peredam seperti halnya di kamar orang tua atau kamar pribadi Jungkook di rumah ibunya.

"Sayang buka pintunya," pinta Taehyung kesekian namun tak ada jawaban. Meski benar— Jungkook yang duduk santai mengunyah snack milik Junghyung dari isi bingkisan ulang tahun kemarin mendengar, tahu, juga sadar suaminya memanggil-manggil nama mereka.

Tak usah dipedulikan apalagi diindahkan— biarkan saja untuk sekarang mereka berjauhan, perang dingin, dan saling menjaga jarak walau begitu Jungkook tak akan lari dan menetap di hunian ini. Wajar saja kan— kesal yang masih pekat ia punya Jungkook balik menghukum suami dengan caranya.

"Apa ayah? Ayah ada?" Junghyung peka. Dia berhenti meloncat di atas kasur lalu pintar turun kebawah mencoba membuka gagang pintu yang bisa ia raih setelah menjinjitkan kedua kaki. "Mbu ada ayah."

"Nggak ada siapa-siapa. Ayah masih tidur di kamarnya biarin aja kita di sini. Bentar lagi abang sama dedek Iwan ibu ajak kebawah sarapan sama ayah." Jungkook meraih remot menaikkan volume tv lebih keras guna seruan yang diluar tidak lagi terdengar. "Eh itu kenapa Thomas kok sedih."

Me Before Us; Under the Same Roof [TAEKOOK]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang