"In the harmony of love, 'Me Before Us' is the sweet refrain where 'Me' finds it's melody in the embrace of 'Us.' Join the enchanting journey of togetherness."
***
Nikah muda? Siapa takut!
Awalnya Jungkook hanya anak bungsu dari keluarga kecil yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Final chapter 26.5 "Our commitment, woven into destiny's tapestry. It's comforting to know that I am a part of your life journey. And vice versa."
...
Dari posisinya berdiri lelaki itu hanya bisa menghela napas panjang bagaimana para perempuannya masih senang bersolek didepan cermin masing-masing kompak memakai straw hat dengan hiasan bunga disekeling bundarannya. Yang kecil ikut-ikutan saja bagaimana yang besar bertingkah. Dia selalu diajak untuk berpenampilan serupa.
"Kan bisa dipake nanti aja kalau udah sampai di kebunnya. Kenapa harus dipakai sekarang? Didalam rumah pula."
"Ini tuh namanya fashion. Fashion. Masa gitu aja nggak ngerti. Iya kan adek?" dia berdalih lalu diakhiri dengan meminta pembelaan pada sosok kecil yang berdiri disamping kakinya.
"Iya!" ucapnya tegas. "Ini icin ayah."
Sejenak membetulkan topi yang dipakai sendiri agar tidak terlalu miring dan menghalangi pandangan, dia mengangguk dan merasa pas untuk segera keluar kamar lalu memperlihatkan bagaimana penampilannya sekarang.
"Udah cantik. Ayo kita let's go adek."
"Iss go mbu!"
Jungkook berjalan duluan didepan, tidak ringkih karena hanya memegang satu tas tangan yang ia jinjing sedang dibelakang diikuti oleh Jungsoon ditengah dan ayahnya yang mengekor diposisi paling belakang setelah menutup pintu kamar tanpa menguncinya. Meski akan ditinggal pergi beberapa hari pasti akan aman-aman aja karena di rumah juga anak-anak yang lain masih ada tak ikut berpergian selain si bungsu saja yang memang lebih banyak diikutsertakan dalam rutinitas kegiatan orang tuanya karena dia belum sekolah, diajak berhari-hari pergi dari rumah juga tak akan masalah.
"Adek, kamu dipangku ayah dulu turunnya."
Jungsoon yang semula dibelakang siap menuruni tangga ke bawah itu memutar arah. Mengangkat dua tangannya tinggi-tinggi ke atas lalu berseru, "Ayah 'dong."
"Sini sayang."
Satu kali ada pengalaman dan ini untuk kedua kalinya undangan datang ke rumah di mana salah satu rekan sang ayah meminta untuk pergi memanen buah di kota tetangga. Perjalanan ditempuh tidak menggunakan pesawat atau mobil melainkan dengan kereta express yang menghabiskan waktu sekitar 20 menitan. Cukup singkat dan tidak terlalu melelahkan.
Rekan si ayah itu ialah pemilik usaha supplier buah untuk nantinya dimasukkan ke berbagai tempat. Dari mulai toko di pasar sampai distribusi ke supermarket yang ada di kota. Dia memiliki perkebunan luas yang ditanami oleh berbagai macam buah-buahan di mana nantinya hasil panen buah-buah itulah yang akan jadi didistribusikan setelah lulus kualifikasi bahwa memang buah yang dikirim sudah layak jual.
Biasanya setiap undangan untuk berkunjung ke kebun itu selalu ditanggap Taehyung sebagai ajakan basa-basi saja. Toh tempatnya ada di kota lain bukan disekitaran rumah yang memang mudah untuk dijangkau membuat Taehyung semakin malas untuk pergi. Tetapi saat ada Jungsoon dan dia memiliki banyak waktu luang, dengan maksud mencari kesegaran dari suasana rumah yang mulai menjenuhkan Taehyung ajak pergi Jungsoon dan istrinya bertiga ke perkebunan temannya itu. Tak disangka keduanya terlihat senang. Tak hanya sampai di sana, mereka bertiga pun jadi punya kesempatan untuk menghabiskan waktu untuk mengeksplor beberapa tempat selama ada di kota lain.