Chapter 22.
"A brief tale of how we cradle this immense blessing for the third time (2)."....
"Mas sakit ah-" erangnya panjang menahan bagaimana nyeri yang merambat dari bokong ketulang punggungnya itu sungguh tidak bisa ditahan.
Satu tangan merangkul perut yang menonjol besar, rasanya nyeri bergejolak dan mual diwaktu yang bersamaan. Belum hembusan angin semakin besar disertai rintik air hujan diluar menerpa ke lantai di mana alas duduknya sekarang jadi kombinasi gambaran menyedihkan karena tak satupun yang bisa dilakukan bahkan untuk mengangkat diri dan berjalan masuk kembali kedalam.
Bagaimana dia bisa berakhir seperti itu?
Mulanya pagi tadi berjalan baik-baik saja seperti biasa, anak-anak pergi sekolah jam tujuh pagi di antar sang ayah dengan cuaca langit yang sudah mulai gelap tetapi belum turun hujan. Tidak mau absen, Junghyung dan Junghwan dipakaikan masing-masing jaket dan jas hujan didalam tas jika nanti saat jam pulang hujan turun dengan intensitas yang lumayan.
Sembilan pagi hujan turun, tidak terlalu deras tapi cukup kuat menghantar dingin. Jungkook yang semula anteng duduk dibawah memilih mematikan tv lalu naik masuk menyembunyikan diri dalam kamar guna menghangatkan diri dalam selimut; tidur. Sendirian. Toh, ayahnya anak-anak selalu langsung pergi ke toko begitu selesai mengantar keduanya ke sekolah.
Tetapi selang menghangatkan diri sendirian di atas ranjang, sekejap Jungkook bangun dan tersadarkan bagaimana sejak tadi ada tangan yang mengunci perutnya didepan. Kepala menoleh sedikit kebelakang, memberi tenang, begitu ia dapati lelakinya justru sudah ada bersamanya lagi di sini.
Jungkook tanya kapan dia sampai, katanya tidak lama setelah sampai di toko dan hujan turun Taehyung tidak jadi bekerja tetapi memilih pulang saja ke rumah. Tidak akan bisa konsentrasi saat pikiran mengawang-awang meninggalkan istri di rumah tanpa teman saat kondisi hamil besar dan hujan seperti ini. Apalagi tanpa sepengetahuan Jungkook sendiri, hujan yang tadinya kecil malah semakin deras turun begitu dia sampai di rumah.
Mendengar itu Jungkook hanya berdehum, tidak peduli, menyambung tidur yang terpotong. Tidak mau memberi komentar apa-apa lagi mengingat lelakinya juga ada di sini, bersamanya kembali. Barangkali hujan ini secara sengaja jadi alasan kenapa lelakinya harus tetap tinggal untuk menjaganya di rumah seperti kemarin dan kemarin lagi. Adik senang rewel, mengamuk, dan membikin isi perut mual. Tidak tahu sebabnya apa, namun jika ditarik kebelakang di mana awal-awal masa kehamilan yang tenang, menginjak awal trimester terakhir ini sudah mulai banyak ujiannya. Kadang sulit dibawa tidur, tidak nyaman duduk, barulah ketika diajak berjalan-jalan mengelilingi rumah atau halaman depan rumah guna menghirup udara segar pagi dan petang, Jungie didalam diam. Para orang tua bilang itu hanya karena Jungie yang ini tidak sabaran segera keluar, menampakkan wujudnya, disambut oleh dua kakak lelaki dan orang tuanya juga. Didalam pengeraman ibu itu sempit, sudah ada di dunia luar baru dia merasa dibebaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Before Us; Under the Same Roof [TAEKOOK]✔️
Fanfic"In the harmony of love, 'Me Before Us' is the sweet refrain where 'Me' finds it's melody in the embrace of 'Us.' Join the enchanting journey of togetherness." *** Nikah muda? Siapa takut! Awalnya Jungkook hanya anak bungsu dari keluarga kecil yang...