16

7.8K 262 5
                                    

"Ngomong dong sama eyang nya, bilang halo eyang semoga cepat sembuh ya." Tuntun amel untuk liano agar mau berbicara kepada nenek amora, mereka saat ini sedang melakukan vidio call.

"Ano malu bunda" Kata liano sambil menenggelamkan wajahnya di dada amel, malu melihat sang ayah yang juga melihatnya sangat intens. Padahal Kan sang ayah melihat dirinya karena menahan rindu.

"Abang kenapa kok wajahnya ditutup" Kata abian agar liano mau melihatkan wajahnya, nenek amora juga tidak sabar untuk melihat wajah liano yang ia dengar dari cucunya hila bahwa liano sangat mirip dengan eyangnya, ayah dari nenek amora.

"Ayah sana lame lame ano malu lah, wajah ano kan lagi jelek pipi cubi ano hilang dikit belum balik jadinya masih jelek ano malas kalo wajahnya lagi jelek. Nanti ayah ejek ejek ano soalnya wajah ano jelek." Kata liano berbelit khas miliknya satu kata ia jadikan 10 kata, membuat abian gemas sendiri.

"Ini ayah aja yang liat sama eyang, ayah nggak bakal ejek ejek kok." Sahut abian sedikit tersenyum mendengar kata liano yang sangat cerewet, nenek amora yang hanya memerhatikan sang cicit juga tersenyum haru.

"Cicit eyang ganteng banget nurun dari ayah" Kata nenek amora kepada abian sambil menatap liano yang malu malu melihatkan wajah imutnya. Maksud ayah dari nenek amora adalah ayah nenek amora sendiri, atau eyang dari abian. Mulai dari tubuh dan sifat, sikap nya juga sangat menurun dari eyang abian yang bernama aliado angsana arhano. Sangat mirip dengan nama liano bukan, aliado dan aliano. Dan itu semua tidak dalam kesengajaan amel sendiri tidak tahu mengenai eyang dari abian.

"Ano ganteng? Jelaslah ano kan anaknya bunda amel sama ayah abian." Sahut liano dengan semangatnya membuat amel mendengar anaknya sedikit meringis, beda dengan cakka, bita, hila dan abigail mereka sedikit tertawa walaupun hanya mendengar tanpa bisa melihat wajahnya.

"Cicit eyang mau nggak sini ketemu sama eyang." Kata nenek amora sedikit tersenyum, jujur ia sangat merindukan sang ayah. Jadi tidak apa apa ia melepas rindu dengan liano yang sangat dituruni oleh ayahnya, bukan memanfaatkan liano dirinya juga sangat rindu dengan sang cicit yang dulunya ia selalu temani saat liano masih bayi. Masih dalam kandungan pun nenek amora selalu perhatian dengan amel maupun liano dalam kandungannya.

"Sana jakalta?" Tanya liano yang dibalas anggukan oleh nenek amora dan abian.

"Ano nda mau lah, nanti temu sama isteli nya ayah. Ano nda mau bunda sad sad." Ucap liano membuat mereka terdiam begitupun dengan adiba dan nabila.

"Bunda gapapa, kalo abang mau ketemu eyang. Nanti bunda ajak ante fa juga biar nanti kita sekalian liburan di sana. Abang juga harus tau bahwa eyang dulunya sangat sayang sama abang, masih dalam kandungan aja eyang udah beliin abang popok sama baju dulu." Kata amel sedikit bercerita sambil mengusap rambut lepek ano yang sudah dua hari tidak dikeramas serta keringat yang membasahi saat ia sakit.

"Nanti sekolahnya libul gitu?" Tanya liano sambil menatap amel, ia juga ingin bertemu dengan eyangnya. Namun sekolah tetaplah nomor 1 apalagi ia sudah 2 hari tanpa keterangan, begitu pikiran liano.

"Sekarangkan lagi liburan jadi nggak masuk sekolah." Jelas amel yang dibalas anggukan oleh liano.

"Ayah, eyang, nanti ano kesana tunggu ano ya. Nanti ano bawa oleh oleh banyak banyak buat semuanya." Kata liano dan mereka mengakhiri percakapan vidio call karna liano harus tertidur, dan amel sendiri bisa mengemas pakaian yang akan dibawa supaya besok tidak kelabakan, yang pastinya bu nuri ikut membantu mengemas kapaian milik liano. Bu nuri sendiri tidak ikut bersama amel dan liano ia lebih baik dirumah saja, selain takut menaiki pesawat bu nuri juga sudah pernah mendatangi jakarta yang sangat padat akan penduduk.

.                                                                                .
  ~>> |aku dan anakku yang terabaikan| <<~
.                                                                                .

Tidak terasa amel, fasya serta liano sudah berada didalam hotel yang mereka pesan untuk 3 hari berada di kota jakarta.

Mereka hanya memesan 1 kamar hotel dengan 2 ranjang, untuk menghemat uang dan juga untuk tetap bersama tidak pisah kamar.

Amel sendiri sudah mengabari abian bahwa ia dan liano sudah berada di jakarta, abian sempat akan menjemputnya di bandara namun amel menolak keras karna dirinya membawa kendaraan sendiri. Jelas sudah diberikan izin oleh brian dan ayu orang tua angkat amel, sebagai orang tua mereka kerap melarang amel membawa mobil seorang diri apalagi dengan membawa liano namun fasya serta ikut jadi mereka mengizinkan. Karena fasya sudah lancar membawa kendaraan dipenjuru jakarta.

"Lo langsung ke rumah sakit entar malam atau besok?" Tanya fasya sambil menaruh kopernya disisi ranjang.

"Besok gw kesana, liano juga pasti lelah, apalagi lo yang nyetir. Gw aja yang duduk capek apalagi lo." Kata amel saat mereka sampai di bandara tadi saja sudah pukul 03.00, mereka menghabiskan 1 jam 20 menit perjalan dari bandara sampai hotel yang lumayan dekat dengan rumah sakit dirawatnya nenek amora. Jika istirahat sebentar mana cukup, tubuh nya tidak sekuat itu.

"Capek sih mana tadi macetnya bikin geregetan lagi, liat liano tidur damai gitu enak banget mandang nya." kata fasya membuat amel melihat sekilas liano yang tertidur damai dengan mulut sedikit terbuka, sangat lucu, imut dan juga terlihat kalem. Tapi jika sudah bangun dari tidurnya amel akan gemas sendiri melihat tingkah sang anak yang sangat aktif dan cerewet.

"Mel, entar lo ketemu madu lo gimana." Celetuk fasya membuat amel menatapnya heran.

"Nggak gimana gimana lah, masa iya gw ketemu terus gw gigit dia." Kata amel sedikit bercanda, jelaslah mana mungkin ia seperti itu. Dirinya bukan anjing yang baru lepas dari kandang.

"Bukan itu maksud gw dodol, lo nggak akan labrak dia kan." Kata fasya.

"Gila banget gw nya kaya gitu, kaya nggak ada kerjaan aja. Gw nya kesini bukan cari perkara tapi cuma mau antar liano ketemu eyangnya dan sedikit liburan disini, biar liano nya tau jakarta itu seperti apa, liano juga pengen tau pantai ancol yang sering dia liat di tv." Jelas amel membuat fasya mengangguk saja.

"Mending lo tidur aja, daripada ngelantur yang nggak pasti. Lo juga kaya kenal gw baru sehari aja." Kesal amel kepada fasya.

"Ya gw kan cari topik, tapi kalo emang lo mau kaya gitu gw dukung. Sekali kali gapapa lah, apalagi dia kan sering cari ribut di sosmed."

"Biarin aja lah, itukan kemauan nya dia bukan gw. Yang penting nggak gw duluan, gw aman aja sih." Kata amel yang memiliki sifat dan sikap sangat panjang hati, tidak seperti fasya yang sedikit dikit selalu pendek hati.

"Tapi kalo mertua lo duluan main lo balas aja, biar diam tuh cingur mertua lo. Udah tua juga, masih aja suka kaya gitu. Harusnya mendekatkan diri ke cucu ini malah cucu nya dijauhi mana spek spek cucu nya kaya dewa yunani gini lagi, ganti aja matanya sama mata sapi"

"Kurang baik apalagi coba lo nya, punya mantu kayak lo harus nya bersyukur. Dikasih cucu malah nikahin anaknya lagi sama orang yang belum tentu kaya diri lo, liat aja sekarang belum juga dikasih cucu sama mantu kesayangannya. Terlalu sibuk bisnis jadi seleb sampai sampai nggak sempat mau buat anak atau mungkin nggak mau punya anak takut badannya nggak bagus lagi kali. Terus entar nggak ada yang endors dia jadi model pakaian." Lanjut fasya panjang lebar, beginilah fasya jika sudah tidak suka pada seseorang semua kejelekannya akan disebutkan. Membuat amel hanya diam saja mendengarkan anggap saja omelan fasya lagu pengantar tidur untuknya.

"Gw cerita lo tidur, emang boleh punya sahabat akhlaknya 10%." Kata fasya membuat amel tersenyum dalam tidurnya yang sedikit masih sadar.

Aku dan anakku yang terabaikan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang