18

8K 316 1
                                    

"Nggak boleh ngomong gitu bang, nggak baik nanti allah marah. Minta maaf bang." Kata amel menasehati mau ditaruh dimana wajahnya ini apalagi bapak mertuanya yang masih terdiam.

"Udah gapapa namanya juga anak kecil" Kata abigail mengusap rambut sang cucu, membuat amel menghela nafas lega? Jelas!

"Mau bunda aja, bunda gendong." Kata liano merentangkan tangan ke amel.

"Sama ayah kasihan bunda gendong abang." Kata abian mengambil liano dalam gendongan abigail.

"Tulun ayah ndak mau gendong" Kata liano dengan tubuh yang tidak bisa diam, tadi minta gendong sekarang minta turun liano liano.

"Halo semua, kenalin nama ano aliano lifaldi putla alhanud ano umulnya 4 tahun (menunjukkan 4 jarinya dengan jempol ditekuk), anaknya bunda Ayudia amelia putli, ayah abian lifal alhanud. Kalo kalian semua namanya sapa? Ano tidak tahu." Ucap pintar liano memperkenalkan diri kepada kakek nenek dan tante nya seperti perkenalan di play ground nya dulu. Jangan lupakan senyuman manis miliknya, membuat mereka yang melihat ingin mengurung liano hanya untuknya sendiri.

"Ini kakek ano namanya abigail, ano harus panggil kakek abi okay." Kata abigail memperkenalkan dirinya.

"Kakek abi? Abigail abian kenapa kembal kembal nama ayah nya ano, telus tadi kakek abi manggil ano ano jangan yang bisa panggil ano ya cuma ano kalo kalian panggil ano ya abang saja, kaya bunda, ante fa sama nenek nuli, opa, oma, moma sama popa panggil ano abang." Sahut liano panjang lebar nya tak lupa menyebut  brian dan ayu serta orang tua fasya.

"Kakek kan orang tua nya ayah abang" Kata abian mencium pipi liano gemas.

"Ooo ano balu tau jadi tak apa lah, namanya juga anak kecil." Ucap liano membuat amel menggerutu sendiri dalam pikirannya, anak kecil tapi cerewetnya minta ampun mana bahasanya kadang melebihi anak kecil. Batin amel.

"Kalo om sama tante dan kakak namanya sapa?" Tanya liano menatap cakka, bita dan hila yang duduk bersama.

"Kenalin kakek namanya cakka, abang panggil kakek cakka." Sahut cakka mendudukkan liano di pangkuannya mengusap pipi cubi liano pelan kerena gemas.

"Kalo nenek namanya bita jadi abang panggilnya nenek bita" Sahut bita mencium pipi liano.

"Ini tante bukan kakak, abang panggil tante hila ah bukan tante lala okay bang." Kata hila menghampiri liano yang duduk dipangkuan cakka, mencubit gemas pipi liano membuat liano menggembungkan mulutnya.

"Tante lala ini anaknya kakek cakka sama nenek bita?" Tanya liano membuat hila mengangguk dengan semangat.

"Kenapa ndak milip sama kakek atau nenek atau tante lala anak pungut?" Kata liano membuat hila langsung menghilangkan senyumnya, membuat cakka dan bita hanya tertawa saja.

Baru juga kenal sudah dirosting saja oleh liano, sabar ya hila sama ponakanmu itu.

"Abang nggak baik loh kaya gitu, kan bunda udah bilang nga boleh nakal. Abang emang mau di hukum sama allah, lihat tante lala nya jadi sedih abang bilang kaya gitu. Nanti kalo tante lala sedih terus nangis allah makin marah sama abang." Kata amel menasehati liano yang kelewatan lemesnya.

"Ih ano kan becanda bunda, tante lala bapelan ya olangnya. Ini ano kasih tau jadi olang tuh nda boleh bapel bapel nanti nda punya teman, nanti allah malah kalo kita bapel bapel. Apalagi bapel nya sama cowok, allah makin malah. Ano aja tuh ndak milip sama ayah sama bunda." Ucapan liano membuat amel semakin malu saja, ia berdoa semoga nenek amora cepat bangun saat mendengar sang cicit nya yang berbicara dengan cerewet nya itu.

"Ini mah copy an kak bian cerewetnya." Kata hila sambil mencium pipi liano.

"Owh ternyata turun dari ayahnya, btw makasih loh hil udah ngasih tau. Kalo nggak di kasih tau mungkin masih jadi pertanyaan di kepala kakak kenapa liano cerewetnya minta ampun." Kata amel membuat semuanya tertawa saja. Liano? Hanya diam saja memperhatikan ayah nya yang sudah mengeluarkan wajah bete nya.

Aku dan anakku yang terabaikan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang