28

7.6K 219 0
                                    

Liano memakan sarapannya dengan tenang walaupun sesekali berbicara, oma dan opa nya dengan girang menyahuti dan menyuapi sang cucu.

Makan sambil berbicara dan menonton adalah aktivitas favorit liano walaupun itu tidak lah baik, tapi apa boleh buat. Yang terpenting anaknya makan dengan keyang walaupun harus menghabiskan waktu sangat lama.

Walaupun dalam agama tidak dianjurkan makan sambil berbicara, apa boleh buat jika dengan begitu sang anak mau makan, sekarang masih kecil memang wajar, walaupun harus diajarkan dalam waktu masih kecil tata cara makan dengan benar tanpa melanggar aturan agama. Anak kecil memiliki keperibadian berbeda beda tergantung dari orang tua, tapi amel sendiri membiarkan tingkah sang anak untuk sekarang daripada tidak mau makan amel lebih memilih tahap seperti saat ini. Jika dewasa nanti pasti akan berubah dengan sendiri.

"Abang udah selesai makan nya?" Tanya amel yang baru keluar dari kamar dengan keadaan sudah mandi dan wangi.

"Sudah dong bunda, abang makannya banyak walaupun makannya lama banget." Sahut ayu merapikan tempat makan cucu nya.

"Opa, oma tuh ejek ejek ano." Adu liano menatap opa nya dengan wajah sedih dan menatap oma nya dengan wajah galak namun lucu.

"Nggak boleh gitu tatapan nya, nggak sopan." Kata amel mengusap wajah sang anak.

"Bunda mau kemana lapi lapi" Kata liano yang baru sadar bunda nya sudah rapi.

"Nggak kemana mana, sekarang kan ayah mau pulang. Jadi harus rapi sama harum dong, biar ayah nggak ilfil sama bunda." Kata amel membuat liano langsung menatap marah kepada amel.

"Kenapa bunda nda nundu ano buat mandi nya, ano kan mau mandi juga bial ayah langsung peluk peluk ano yang halum." Ucap liano dengan wajah marahnya.

"Nanti opa yang mandiin" Kata brian mengusap rambut liano.

"Sana mandi sama opa, oma mau taruh tempat makannya dulu. Nanti oma bawain baju buat abang." Kata ayu mengusap wajah liano yang cemberut.

.                                                                                .
  ~>> |aku dan anakku yang terabaikan| <<~
.                                                                                .

Siang hari nya abian datang seorang diri dengan 2 koper besar dibawa nya, ke bali dengan menggunakan mobil pribadinya sudah pasti sangat melelahkan.

Sambutan hangat dari sang istri dan anaknya membuat abian merasa bahagia bukan main, ini lah impiannya dulu yang baru sekarang terkabulkan. Puji syukur tuhan mau mengabulkannya, dulu ia berpikir dirinya dan amel tidak akan akur. Tuhan maha agung yang tidak mau umatnya merasa dera terlalu lama dan abian mensyukuri itu semua, ujian memang selalu ada tapi dibalik ujian itu akan ada kebahagian yang diberikan oleh sang pencipta.

Adanya brian dan ayu membuat abian sedikit merasa tidak enak, karna mereka istri nya dan anaknya tidak lah kekurangan. Mereka dengan lapang dada menerima amel dan liano sebagai anak dan cucu.

Saat ini mereka berenam berada diruang tamu, berbincang bincang hangat dan celotehan liano tentunya.

"Terus kamu udah urus berkasnya?" Tanya brian kepada abian yang duduk dengan memangku liano dan disampingnya ada amel, dihadapan mereka ada brian dan ayu sedangkan bu nuri duduk disofa single tentu belum tau mereka membahas apa.

"Udah pa, tinggal tunggu panggilan dari pengadilan. Suratnya pun sudah aku tanda tangani tinggal tunggu dari pihak perempuan." Kata abian menatap brian dan ayu.

"Nanti papa bantu biar dipercepat, jangan lagi ada kesalahan kedua kali nya untuk menyakiti anak dan cucu papa." Ucap brian biasa saja sebenernya tapi abian yang mendengar sedikit terintimidasi.

Aku dan anakku yang terabaikan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang