Kini amel, fasya dan liano akan kembali ke bali setelah 3 hari menikmati liburan yang entah ini liburan macam apa? Yang terpenting liano sudah tau jakarta itu seperti apa, pantai ancol seperti apa dan sudah tau sang eyang dan keluarga ayahnya.
Dan hal yang mengejutkan lagi adalah abian ikut dalam kepulangan amel ke bali, ia berkata bahwa ia akan menemani mereka ke bali.
Amel sendiri hanya bisa mengangguk saja, toh abian sendiri ikut ke bali untuk menemani sang anak nanti.
"Nanti ayah tidul di lumah ano kan" Kata liano yang duduk dipangkuan amel samping abian yang mengemudi dan fasya seorang diri dibelakang.
"Iya ayah nanti tidur di rumah abang, ayah mau habisin liburan sama abang." Kata abian menatap liano sekilas.
"Nanti tidul sama ano sama bunda lagi ya." Ucapan liano ini membuat fasya tersenyum sendiri menatap amel yang juga menatapnya lewat kaca mobil, membuat amel menghela nafas pelan.
"Emang abang tidur sama bunda sama ayah ya waktu itu." Tanya fasya sedikit tersenyum mengejek amel, abian sendiri hanya diam saja fokus pada jalanan.
"Iya, ano tidul sama ayah sama bunda. Malamnya ano bangun ayah sama bunda pelukan ano nda dipeluk ano ditalo dipinggil tembok padahal kan ano tidulnya ditengah tengah." Kata liano mengingat malam dimana ia tidur dengan ayah dan bunda nya seperti keinginannya kepada tuhan.
"Ayah pindah ano ya malam malamnya?" Tanya liano lagi menatap ayah nya garang namun terlihat lucu, membuat amel menahan malu kepada fasya dan fasya hanya tersenyum saja.
Abian? Acuh untuk menutupi kemaluannya agar tidak di tau oleh fasya walaupun fasya pasti sudah tau. Menatap liano yang menatapnya, abian mengusap rambut sang anak dengan tulusnya.
"Abang pindah sendiri bukan ayah sama bunda yang pindahin." Bohong abian kepada liano membuat liano menatap abian dan amel secara bergantian.
"Benal bunda? Ayah nda boong?" Tanya liano kepada amel.
"Benar abang ngigo dikejar dino terus abang pindah tidurnya" Sahut amel menjelaskan yang pastinya bohong.
"Nanti kalo ano dikejal dino lagi bunda sama ayah halus peluk ano bial ano nda pindah tidulnya, ano kan maunya dipeluk bunda sama ayah tapi nya ano malah peluk guling." Ucapan polos liano membuat fasya tertawa yang sedari tadi memperhatikan drama keluarga yang baru saja berdamai.
"Ante fa kalo tawa tawa tuh halus pelan pelan nda boleh hahaha telus mulutnya buka lebal lebal" Kata liano meniru cara fasya tertawa dengan mulut terbuka lebarnya.
"Nanti kalo lalat masuk kan jolok lalat kan kuman, telus bunda bilang juga kalo tawa tuh nda boleh kelas kelas nanti pasti nangis." Lanjut liano menjelaskan, fasya yang mengerti menghentikan tawa nya yang dibilang liano benar. Tidak boleh terlalu tertawa bahagia nanti pasti akan menangis entah itu dalam masalah apa.
"Tuh dengerin anak kecil aja tau masa lo enggak" Kata amel mengejek fasya.
"Iya lo nya dengelin ano" Kata liano mengikuti amel, membuat amel ditatap datar oleh abian.
"Engga boleh bilang lo abang nggak sopan" Tegur abian kepada liano.
"Abang sekarang suka niru niru mel, cara ngomongnya didepan abang harus sopan." Tegur abian juga kepada amel membuat amel hanya diam menunduk begitupun dengan liano tidak berani menatap abian.
"Maaf mas/ayah" Ucapan amel dan liano dengan kompaknya, fasya didepan hanya diam saja, karna apa? Karna sedang menghayal jika ia besok akan sama dengan amel akan ditegur jika ia melakukan kesalahan oleh suaminya.
Setelahnya keheningan melanda perjalanan mereka menuju bandara, dengan liano yang sudah tertidur dipangkuan amel, fasya juga sama dengan liano tertidur dengan earphone menutupi kedua tingganya melantunkan musik kesukaannya. Amel sendiri tidak tahu harus bagaimana, ikut tidur tidak mungkin kasihan suaminya sendirian.
"Kenapa?" Tanya abian menatap amel mengambil tangan amel dan menggenggamnya.
Amel menatap sekilas tangannya yang digenggam lalu menatap abian yang fokus ke jalanan, amel menggeleng menjawab pertanyaan abian.
"Tidur gih, pasti ngantukkan." Kata abian menatap amel sekilas.
"Hm, ngantuk tapi mas sendirian." Kata amel yang masih menatap abian.
"Gapapa mas udah biasa kok, tidur saja perjalanannya masih panjang." Kata abian mau tak mau amel mengikuti apa yang diucapkan oleh abian, karna ia juga sangat mengantuk.
. .
~>> |aku dan anakku yang terabaikan| <<~
. ."Bapak ini harusnya larang abian ikut sama amel mau gimana pun abian harus tetap nemenin nabila, bukannya ke bali ikut dengan amel walaupun ia cuma mengantar amel dan liano." Kata adiba kepada abigail mereka sedang berada di rumah nabila khusus nya didalam kamar.
"Malu sama besan, kita disini numpang malah abian ikut ke bali bukannya diam disini sama kita. Mau taruh dimana wajah kita pak." Lanjut adiba dengan wajah marahnya kepada abigail yang hanya diam saja tidak tahu harus gimana dan ini rumah bukan lah tempat mereka pantas berseteru.
"Abian tidak salah ikut dengan amel dan liano bu, dimana letak kesalahan abian? Salah ia mengantar istri dan anaknya pulang? Amel juga berhak atas abian, nabila juga selalu bersama dengan abian. Untuk sekarang kasih waktu abian untuk istri dan anaknya bu, kasih waktu abian untuk anaknya yang tidak pernah ia temui. Kasihan abian bu wong ditekan ini itu oleh ibu, ia hanya ingin menemani anaknya salah?" Kata abigail menatap adiba dengan wajah sama frustasinya.
Adiba diam tanpa menatap abigail namun nafasnya berderu dengan kerasnya.
"Bu apa tidak bisa ibu menerima amel? Dimana letak ketidak sukaan ibu dengannya? Amel adalah perempuan yang baik, kuat dan selalu sabar ngadepi ibu yang tidak suka sama dia, apa pernah dia balas tidak suka dengan ibu? Tidak kan. Justru ia selalu berbuat baik sama ibu, tetap menganggap ibu sebagai ibu mertuanya. Tidak pernah sedikit pun bapak dengar amel menjelek jelekkan ibu adanya ibu yang selalu menjelek jelekkan dia dan ketidak sukaan ibu, sampai ibu membuat dia terluka sampai pindah rumah dengan apa? Dengan ibu menikahkan abian lagi dengan nabila, tapi dia bu dia tetap mau bertahan sama abian. selalu setia dengan abian, mau memberikan cucu untuk ibu mau memberikan anak untuk abian tapi apa balasan kita kepadanya bu apa. Luka hanya luka yang kita berikan kepada amel serta cucu kita yang tidak tau apa apa." Lanjut abigail dengan wajah marahnya menunjuk nunjuk adiba dengan jari nya, wajah yang sudah tua itu kini mulai berkaca kaca mengingat tentang cucu nya yang sudah tumbuh besar tanpa campur tangan ayah serta keluarga mereka.
"Kalo memang ia tidak suka, kenapa tidak minta cerai saja dengan abian." Ucap adiba menyahuti tanpa pikir panjang bagaimana kedepannya, membuat abigail menatap adiba tidak percaya.
"Ibu mau bapak ceraikan?" Tanya abigail langsung mendapatkan gelengan dari adiba.
"Kenapa ibu tidak mau bapak ceraikan?" Tanya abigail lagi.
"Kita sudah punya anak pak, kita sudah tua. Bagaiman perasaan abian ketika kedua orang tuanya cerai."
"Lalu mengapa dengan gampangnya ibu bilang begitu? Mereka sudah memiliki anak bu. Dan mereka saling mencintai, namun semuanya dihancurkan oleh ibu kandung dan ibu mertua nya. Pernikahan mereka dihancurkan oleh ibu sendiri, lihat wajah anak kita bu lihat apa dia senang dan bahagia selama ini menikah dengan nabila."
"Bapak tidak lihat abian begitu sangat mencintai nabila, abian begitu bahagia bersama nabila."
"Dimana ibu melihat abian merasa senang dan bahagia bersama nabila? Di sosmed? Semua hanya omongan belaka bu, semua itu rekayasa. Kita tidak tahu kehidupan abian dan nabila di luar negeri, ibu seharusnya tau mana yang membuat abian bahagia bukan malah membuatnya terluka." Ucap abigail lalu pergi meninggalkan adiba yang terdiam bisu, ia sangat kecewa dengan adiba yang sangat keras kepala. Ia harusnya beruntung memiliki mantu seperti amel, namun adanya sang istri malah menyakiti amel dan anaknya sendiri abian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan anakku yang terabaikan [END]
DiversosAmel namai kisah hidupnya yang 4 tahun belakangan ini adalah 'Aku dan anakku yang terabaikan' kehidupan 4 tahun penuh akan rintangan dan ujian yang menemaninya, bahagia ketika tuhan mengabulkan doa nya. Kedamaian dan keikhlasan hati amel membuat per...