Dua hari sudah liano demam dan hanya digendong saja oleh amel, membuat amel harus menyuruh Fasya turun tangan buat mengurus cafe dan rumah makannya.
Jika sedang sakit begini liano akan sedikit manja kepada amel, memang kebanyakan anak seperti itu bukan jika mereka sedang sakit ataupun bad mood.
Tapi amel sedikit senang karna anaknya sudah sedikit bisa makan, cerewet lagi dan bisa tertawa setelah dua hari hanya tidur dan merengek, susu yang harusnya habis kemarin kini masih tersisa banyak.
Pipi cubi nya sedikit hilang, tapi tidak memudarkan kegemasan yang sudah melekat ditubuh liano.
Untuk saat ini liano sedang makan dengan disuapi amel mengitari luasnya belakang rumah yang mulai ditanami bunga, sayur serta buah buahan, seperti lengkeng dan strawberry dalam pot.
"Pinter abang nek, nasi nya udah habis tinggal satu hap." Kata amel kepada bu nuri yang sedang membersihkan sayur yang sudah layu dan kering disingkirkan agar indah dipandang.
"Pintar dong biar tambah ganteng makanya harus makan banyak, biar pipi cubi nya nggak hilang." Ucap nenek yang sangat mempan untuk liano, tidak mau jelek karna pipi cubi nya yang sedikit hilang.
"Bunda" Kata liano yang masih bersandar di dada miliknya.
"Apa" Jawab amel.
"Ano masih ganteng kan bunda, nanti pipi cubi ano kembali lagi kan bunda. Bunda halus suluh pipi cubi nya balik lagi ke ano." Liat anaknya ini sudah mulai cerewet yang bertanda sudah akan sembuh dari demam nya.
"Iya, nanti bunda suluh pipi cubi nya balik ke abang." Sahut amel mengusap punggung ano.
"Bunda boleh nda ano bantu nenek, kasihan nenek belsih belsih sendili nanti kalo punggung nenek sakit gimana?" Ucap liano membuat amel dan bu nuri tertawa saja.
"Nenek masih kuat loh bang, gendong abang aja nenek masih kuat." Kata bu nuri dengan tertawa.
"Nanti nenek omel omel sendili dalam kamal kalo punggungnya sakit." Ucap liano membuka katu AS milik bu nuri, membuat amel dan bu nuri makin tertawa saja. Sebenarnya bukan ngomel hanya berbicara sendiri dengan sedikit mengeluh, namanya juga anak kecil semua dibilang ngomel padahal ngomongnya biasa saja.
. .
~>> |aku dan anakku yang terabaikan| <<~
. .Balik lagi di jakarta rumah sakit tempat terawatnya nenek amora. Mereka, abigail, adiba, hila, Cakka (papa hila), bita (mama hila), abian dan nabila. Sedang menjaga sang nenek yang baru saja sadar dan dipindahkan diruang rawat VIP.
Mereka menunggu nenek amora bangun dari tidurnya, tidak ada yang berisik karna takut sang nenek akan terbangun.
Abian sendiri yang duduk di sofa single asik melihat handphone yang tidak mendapatkan balasan chat dari amel, ia takut terjadi sesuatu kepada anaknya. Ia meninggalkan liano yang masih dalam tidurnya, untuk menelpon pun abi tidak sempat selain sibuk bekerja di perusahaan abian juga harus menjaga sang nenek.
"Bian" Panggil cakka papa dari hila paman abian.
"Kenapa om?" Tanya abian sambil menaruh handphonenya dan menatap cakka yang berada dihadapannya.
"Amel sama aliano apa kabar?" Tanya cakka yang diangguki oleh bita dan hila, sedangkan nabila, adiba hanya diam, abigail juga diam tapi ia menajamkan pendengarannya.
"Amel baik begitupun liano" Kata abian singkat membuat mereka abigail, cakka, bita dan hila kecewa. Mereka ingin mendengar cerita abian tentang liano yang pastinya sedang aktif aktifnya.
"Liano ganteng ya kak, mana putih lagi. Mirip eyang putra banget tau pa liano nya, dari bawah sampai atas." Celetuk hila membuat cakka dan bita terkagum ingin melihat secara langsung yang katanya turunan dari kakek abigail dan bita.
"Kak bian kasih liat fotonya liano dong" Kata hila memaksa.
Membuat abian kembali mengambil handphone nya membuka galeri dan melihatkan foto liano yang pernah ia ajak jalan jalan bersama amel di komplek rumah milik amel.
"Coba bibi liat dulu" Kata bita sambil mengambil handphone milik abian.
"Ya allah gusti, mirip kakek tenan mas. Dari wajah, putih nya turunan kakek banget, lucu pisan." Kata bita membuat cakka mendekatkan duduk ke bita.
"Ini mah copy an kakek banget" Kagum cakka.
Abigail yang tidak mau ketinggalan mengambil handphone abian untuk melihat cucunya.
"Umurnya berapa sekarang?" Tanya cakka kepada abian.
"4 tahun om, mau 5 tahun lagi 5 bulan." Jawab abian dengan senyuman.
Hila dan abigail masih menatap gemas foto liano, sedangkan adiba dan nabila hanya terdiam. Adiba sendiri ingin melihat tapi malu lah, nabila sendiri lebih memilih memainkan handphone nya acuh.
"Uak kenapa diam" Tanya hila menatap uak nya yang hanya diam memandang foto liano, abigail sendiri hanya menjawab dengan gelengan. Dalam hati nya berkata, ternyata cucu nya tumbuh dengan sehat walaupun tanda figura ayah.
Terlepas dari itu nenek amora sudah membuka matanya memandang langit kamar rumah sakit dengan pandangan kosong, abian yang tidak sengaja mengalihkan tatapannya ke arah sang nenek langsung saja nyamperin.
"Nenek, nenek sudah sadar." Ucap abian menatap sang nenek yang juga menatapnya membuat semuanya menghampiri nenek dan abian.
"Cucu nenek, dimana anak mu? Nenek pengen ketemu cicit nenek." Ucap nenek amora sedikit terbata membuat abian langsung mengambil handphone nya ditangan abigail untuk menelpon amel.
Lama tidak diangkat, hingga abian lagi menghubungi hingga panggilan ke dua nya diangkat.
"Halo" Kata amel membuat adiba terdiam bisu begitupun nabila.
"Halo mel ini mas, liano mana?" Tanya abian langsung.
"Ini lagi aku gendong ada apa?"
"Gendong, abang kenapa? Ini aku telpon nenek nyariin abang nenek pengen ketemu sama abang katanya." Ucap abian yang didengar langsung oleh nenek amora.
"Ayah ano sakit, gala gala ayah tinggal ano tanpa pamit pamit. Ano sad cali cali ayah telus nangis sampai tidul, bangun bangun ano nya panas. Susu nya ano halus nya habis kemalin tapi sekalang masih banyak, ayah halus ganti lugi." Sahut liano yang mengambil handphone sang bunda saat tau ayah nya yang mengabari dan menanyakan tentangnya.
"Anak ayah lagi sakit, maafin ayah bang yang nggak pamit sama abang. Ayah kemarin buru buru karna eyang abang masuk rumah sakit." Jelas abian dirinya sendiri menyesal meninggalkan liano tanpa pamit hingga demam.
"Eyang itu apa bunda? Ayah salah omong ya bunda." Tanya liano yang merasa aneh dengan kata eyang, kepada amel yang bisa didengar oleh abian dan yang lainnya, membuat mereka geregetan sendiri.
"Tanya ayah dong kan ayah yang bilang." Balas amel.
"Ayah eyang itu apa?" Tanya liano.
"Eyang itu panggilan abang buat neneknya ayah."
"Ano nggak paham ayah tunjuk langsung lah, eyang itu sepelti apa." Kata ano membuat abian langsung sadar mengapa ia tidak vidio call saja tadi.
Terlalu asik mendengarkan suara sang anak mungkin membuat abian lupa dengan zaman yang canggih, setelahnya ia langsung mengalihkan dari panggilan telepon menjadi vidio call.
Melihat wajah sang anak yang memang masih sedikit pucat, ia kembali membuat sang anak terluka hingga sakit. Liano yang sedari tadi hanya ditatap oleh sang ayah membuatnya malu dan menyembunyikan wajahnya dengan tangan mungil miliknya.
Mendengar suara tawa sang ayah membuatnya kian tambah malu, dan langsung menyembunyikan wajahnya didalam dada empuk milik amel. Membuat abian sedikit menelan ludahnya melihat gundukan amel yang sedikit membentuk, ia kembali didalam pikiran 5 tahun lalu proses pembuatan seorang liano. Tidak mau terlalu terlena abian segera menghilangkan pikiran yang membuat dirinya sendiri sakit, sakit manahan hasrat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan anakku yang terabaikan [END]
DiversosAmel namai kisah hidupnya yang 4 tahun belakangan ini adalah 'Aku dan anakku yang terabaikan' kehidupan 4 tahun penuh akan rintangan dan ujian yang menemaninya, bahagia ketika tuhan mengabulkan doa nya. Kedamaian dan keikhlasan hati amel membuat per...