8

9.8K 276 0
                                    

Lelah juga menjadi bunda yang harus serba bisa tapi ada kelegaan tersendiri untuk dirinya yang bisa menjalani kehidupan seperti yang jalaninya, tidak semua wanita kuat seperti dirinya, tidak semua wanita yang bisa menjalani kehidupan seperti dirinya.

Seperti kehidupan lainnya, ada kesedihan ada kebahagiaan, ada masanya jatuh ada masanya bangkit kembali, ada masanya dirinya diatas ada masanya dirinya dibawah.

Seperti itu kehidupan yang amel jalani walaupun tanpa suami yang mendampingi. Bahkan bisa dibilang suaminya ikut menorehkan luka untuknya dan anaknya.

"Jadi disini bakal kita pakai tempat menaruh stok untuk bahan masakan kaya daging sayur persaosan dll, disebelah sana kita khusus kan untuk karyawan menaruh barang milik mereka dan beristirahat juga sholat." Jelas salah satu tangan kanan yang amel percaya bisa memegang kendali warung makan yang lokasinya lumayan jauh dari tempat tinggalnya.

"Di ruangan khusus karyawan di sediain loker masing masing ga pak? Keamanannya juga harus terjamin." Tanya dan saran amel, dirinya harus menjamin akan keamanan tempat untuk karyawan.

Pak amol tangan kanan amel langsung membukakan pintu yang akan ditempati oleh pekerja menaruh barang dan istirahat, tersedia kasur single dan lemari loker yang masing masing memakai kunci agar aman, di sana juga tersedia nakas mini dengan lampu hias diatasnya, kulkas mini khusus untuk pekerja yang isi nya sudah ditanggung toko.

"Owh iya pak, saya mau taman disamping itu kita pakai taman mini untuk anak kecil. Taruh permainan seperti perosotan sama ayunan dan kolam pasir serta mainan pasirnya gitu biar nanti kalo pengunjung membawa anak bisa bermain di sana jadi anaknya ga bakal bosan, nanti juga karyawan dikhususkan untuk menjaga anak yang bermain ditaman." Kata amel memberikan saran yang langsung disetujui oleh pak amol sebagai tangan kanan hanya bisa setuju saja bukan apa yang bos nya perintahkan.

"Bener juga, nanti akan saya atur ulang tidak sampai dua bulan semua akan beres." Kata pak amol.

"Sama atap atas nanti saya akan rancang tata susunan meja kursi nya pak sama perlengkapan lainnya, saya mau diatas kalau malam hari akan terlihat wow dimata pengunjung, sore hari nya juga bisa digunakan untuk menikmati sunset." Kata amel ia belum menyusun rapi untuk atap atas yang bisa digunakan. Diatas atap masih datar dan belum di cat setiap tiangnya, lantainya pun masih bahan cor an.

"Siap bu nanti akan saya tunggu dan saya ciptakan apa yang ibu inginkan, ibu tinggal datang kesini melihat dan memberikan saran apa mungkin nanti sedikit berbeda dengan susunan milik ibu." Kata pak amol terlihat profisional. Membuat amel sedikit puas kerja sama dengan pak amol.

"Iya sudah pak, kalo begitu saya pamit dulu. Kalo ada yang mau diomongin atau apa langsung hubungi saya atau fasya sewaktu waktu saya tidak menjawab." Ucap amel yang dibalas anggukan oleh pak amol.

Amel langsung berjalan ke depan menghampiri fasya yang menikmati hidangan yang diberikan oleh pelayan. Mendudukkan diri di kursi depan fasya.

"Nggak bakal sia sia ini rumah makan dibangun mel, masakannya memanjakan lidah. Selain itu bisa request mau pedas atau manis sedang nya, mana pelayanannya gesit lagi, ga ngaret apalagi neko neko. Baru launching aja udah lumayan banyak pengunjung, ini perasaan gw atau apa setiap lo ada usaha tersendiri pasti selalu ramai." Kagum fasya kepada amel yang sudah bisa membuka usaha dengan bermodalkan keyakinan dan doa, jika dirinya pasti akan memikirkan seribu kali.

"Gw juga ga tau kali sya, mungkin emang ini rezeki dari liano buat gw. Karna jujur nih ya, gw bangun rumah makan ini keinginan dari liano. Dia suruh gw bangun rumah makan yang murah murah nanti kalo ada anak jalanan bisa makan disini tapi kasih gratis aja nga usah bayar. Gw yang dengar itu otomatis langsung nurutin dong, selain liano anak kesayangan gw, gw juga mikir yang dibilang liano benar ada nya bersedekah tidak akan membuat kita miskin. Dari situ gw bangun rumah makan ini dengan menu harga yang jauh lebih murah dengan kualitas bahan okay, gw juga udah bilang sama kru kru lain untuk selalu bersedekah buat anak jalanan, misal ada yang kesini dari kalangan tidak mampu untuk dikasih gratis saja." Jelas amel kepada fasya yang masih memakan makanan terakhirnya.

Fasya selalu terkesima dengan perilaku amel yang selalu baik dan rendah hati, walaupun begitu masih ada orang yang menyia-nyiakan seorang amel.

"Gw ga pernah ga kagum sama lo mel, selain menjadi women strong mom untuk liano lo juga selalu jadi orang yang sabar dan rendah hati. Gw aja sebagai perempuan yang serba diberikan oleh orang tua masih sering ngeluh ini itu, tapi lo? Andai gw cowok gw bakal jadiin lo istri yang paling gw sayang dan cintai." Sahut amel terkagum.

"Tapi sayangnya lo cewek kan?" Kata amel membuat fasya tertawa begitu pun dengan amel yang ikut tertawa.

"Lo ga mau coba menu rumah makan milik lo mel?" Tanya fasya yang melihat amel tidak sedikit pun mencicipi masakan koki dari rumah makannya.

"Enggak karna gw yang bikin menu nya dan gw yang ngajarin mereka meracik bumbu dan masaknya, jadi ga perlu gw cicipi karna sebelum buka nih rumah makan gw udah reunian dan itu yang masak koki disini." Jelas amel membuat fasya menatap amel dengan sinis nya.

"Lo ga ngajak gw, jadinya gw ga tau." Kata fasya sambil menghabiskan jus alpukat yang sebelas dua belas dengan rasa jus yang dibuat amel untuk dirinya waktu itu.

"Yang nolak waktu gw ajak waktu itu siapa?" Ucap amel menatap fasya yang memiliki penyakit pikun.

"Mana pernah lo ngajak gw pergi" Balas fasya tidak terima dituduh.

"Eh yang waktu itu bilang, gw ga bisa mel. Gw mau nonton ayang beb gw, kapan lagi coba gw bisa nonton kalo bukan sekarang? Kalo besok gw bakal dibikin pusing lagi sama skripsi." Ucap amel dengan meniru ucapan fasya yang menye menye waktu ditelpon.

Fasya yang mendengar nya hanya bisa meringis malu, "Maklum lah ya mel, lo kan punya sahabat imut cantik baik sopan ramah lemah lembut seperti gw yang memiliki kekurangan yaitu pikun. Jadi sabar aja ngadepi sahabat seperti gw, lo kan orangnya sabar baik dan rendah hati." Sahut fasya sangat alus didengar, jika dirinya seperti itu sudah pasti fasya akan tetap berkoar koar tidak terima.

"Udah ah gw udah kenyang pulang yuk, liano lagi bentar pulangkan sekalian jemput." Lanjut fasya.

"Gw juga mau pulang kali, kalo bukan lo lagi makan mana mau gw nunggu lama lama." Kata amel sedikit sinis kepada fasya.

"Udah ga sabar mau ketemu suami ya mba, maklumlah ya, 3 tahunan ga ketemu." Kata fasya menggoda membuat amel menabok tangannya lumayan keras sampai membuat fasya meringis. 3 tahun setelah tinggal dibali, waktu abian kekorea waktu liano umur 3 bulan.

Aku dan anakku yang terabaikan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang