31

8.6K 258 4
                                    

Abian dan amel sama sedih nya mendengar dari dokter bahwa calon anaknya telah tiada dalam kandungan sang bunda. Sakit, sesak, dan pedih semua tercampur menjadi satu didalam hati abian melihat amel yang hanya terdiam menangis setelah tau bahwa ia telah keguguran.

Abigail yang menatap anak dan mantunya merasa bersalah, abigail mengutuki diri nya yang menahan abian untuk memisahkan amel dan ibu nya. Ini salahnya, pikir abigail.

Ayu sudah menangis dalam pelukan sang suami saat mendengar kabar dari bu nuri bahwa amel mengalami keguguran, brian sendiri mengerutuki mertua amel yang sangat tidak memiliki hati nurani. Dengan tega nya mendorong sang mantu hingga mengalami keguguran, memang tidak tahu bahwa amel mengandung tapi apakah pantas adiba mendorong amel dengan begitu kencangnya. Entah apa hasutan yang telah diberikan oleh nabila sehingga adiba gelap mata atau mungkin adiba telah dikenai ilmu hitam oleh nabila.

"Mel jangan diam begini mas nggak bisa liat kamu kaya gini, maaf in mas yang nggak bisa menjaga kamu." Kata abian mengusap wajah amel yang hanya menangis namun terdiam.

Amel semakin menangis tanpa suara mendengar ucapan abian, dirinya kecewa terhadap diri sendiri yang tidak mengetahui keberadaan sang buah hati.

"Pukul mas mel, jangan seperti ini mas tidak bisa. Lebih baik kamu pukul mas dari pada kamu begini." Kata abian menangis memegang tangan amel untuk memukulnya.

Amel menggeleng, dirinya ingin bersuara namun tidak bisa.

"Kalo nangis buat kakak lega nangis sepuas nya kak, nangis sekencang kencangnya biar hati kakak lega. Jangan kaya gini mama nggak bisa liat kamu kaya gini kak, hati mama juga sakit kak. Mama tau gimana rasa nya ditingalin sama seorang anak, mama pernah ada diposisi seperti kakak. Jangan berarut dalam kesedihan, ikhlasin sayang mama tau itu sangat berat, kamu masih punya liano sayang, kasihan liano dirumah nangis liat bunda nya kaya gini." Kata ayu menghampiri brankar amel mengusap kepala amel, menatap amel yang tatapannya kosong. Ayu menangis melihat amel, ia sama merasakan sakitnya seperti dulu ia ditinggalkan oleh anak perempuan tercintanya. Ayu mengusap air mata yang kembali mengingat momens terakhir sang anak yang berpamitan kepadanya dan suaminya, sesak itu yang dirasakan ayu.

Brian yang melihat istri nya kembali menangis menghampiri dan memeluk tubuh ayu yang langsung lemas dalam pelukan sang suami, "Ikhlas sayang ikhlas" Kata brian mengusap rambut sang istri.

Amel akhirnya menangis dengan suara yang sesegukkan membuat abian sedikit merasa lega, abian memeluk tubuh istrinya.

"Anak kita mas." Kata amel dengan suara kecilnya, abian hanya mengangguk dalam pelukan.

Abigain yang berada di sofa menangis dengan diam melihat anak dan mantu nya serapuh ini.

"Ma, anak aku ma. Anak yang belum aku tau keberadaannya ninggalin aku ma, aku nggak becus jadi ibu." Kata amel dengan tangisan menatap ayu yang berada dipelukan brian.

"Enggak sayang, ini bukan salah kamu. Ini memang jalannya, tuhan lebih sayang sama adek. Sama seperti tante nya yang sangat disayangi oleh tuhan, adek di sana tidak sendirian ada tante nya yang menemani nya di sana." Ucap ayu merapikan rambut amel yang berantakan.

"Maafkan bapak mel, bapak tidak becus menjaga istri bapak. Kamu tenang saja mel bapak tidak akan diam saja, bapak akan melaporkan adiba ke polisi." Kata abigail yang sedari tadi menangis dalam diam nya, abigail berjalan menghampiri amel. Memeluk tubuh amel yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri, "Tenang nak, bapak akan membuat ibu mertua mu jera." Kata abigail dalam pelukannya.

.                                                                                .
  ~>> |aku dan anakku yang terabaikan| <<~
.                                                                                .

Aku dan anakku yang terabaikan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang