11

9K 273 5
                                    

Amel menidurkan liano namun sang anak malah menatapnya dengan sayu. Mereka hanya berdua didalam kamar, abian sendiri permisi keluar karna ada telepon yang entah dari siapa. Mungkin dari istri keduanya yang sangat disayang oleh abian dan keluarga besar abian.

"Kenapa?" Tanya amel menatap liano yang menatapnya juga dengan tatapan sayu memaksa untuk tidak tidur padahal sudah sangat mengantuk, merem sedikit amel yakin langsung masuk ke alam mimpi tapi anaknya itu malah memaksa tidak menutup mata hingga matanya berair.

"Sebenalnya tadi ano nggak dlama tapi ano liat wajah ayah yang sad sad ano jadi nggak tega mau malah malah, bunda tau kan ano sayang sama ayah walaupun ayah nggak sayang ano. Ano bimbang ano halus sepelti apa, ano kan pengen ayah selalu sama kita tapi bunda bilang ayah bukan milik kita aja." Ucap liano yang entah sadar atau tidak karna setelahnya sang anak langsung tertidur seperti tidak terjadi apa apa, amel sendiri hanya menatap sang anak iba segitu besar kah keinginan liano agar ayahnya selalu bersamanya.

"Walaupun ayah nggak ada waktu buat kita khususnya abang tapi bunda akan selalu ada untuk abang. Bunda sayang abang lopyu mimpi indah sayangnya bunda." Ucap amel menjawab walaupun tidak akan didengar oleh liano karna sudah tertidur, amel juga mencium kening dan pipi sang anak lalu bangun dari tidurnya untuk menghampiri fasya yang pastinya masih betah di alam mimpi.

Berjalan keluar kamar menuju kamar yang ditepati oleh fasya saat berjalan amel sedikit mendengar percakapan abian yang ternyata sedang komunikasi dengan sang istri lewat telepon.

Amel tetap acuh dan berjalan menuju kamar fasya, mau gimana lagi abian bukan miliknya seutuhnya ada seorang perempuan asal jakarta yang juga berhak juga atas abian.

Mendengar abian berbicara dengan tutur kata lembut kepada nabila istri keduanya, membuat amel memutarkan bola matanya jengah. Apakah seperti itu sifat asli seorang abian, bersama dirinya juga seperti itu dulu sebelum semuanya menjadi sedikit asing. Mungkin abian merupakan pria cap playboy.

Dirinya sudah bertekad untuk berdamai dengan keadaan, jadi biarkan saja seperti apa nantinya.

Amel memasuki kamar fasya tanpa harus mengetuk dan permisi, ia langsung menyelonong seperti maling, melihat cara tidur fasya membuat amel menggelengkan kepala tidak heran tapi apakah fasya tidak akan berubah dengan cara tidurnya seperti itu akan membuat sang suami sakit pinggang. Memang jika sudah bersuami istri akan sakit pinggang tapi ini kan berbeda sakit pinggang versi fasya, lihat saja kaki yang sedikit lebar menguasai lebar kasur, tangan terlentang satu dan diatas kepala satu, mulut ternganga dengan mata yang sedikit terlihat.

Amel menghampiri fasya dan menarik kaki fasya tanpa belas kasihan hingga kaki fasya terjatuh diatas lantai keramik yang sangat dingin, efek dari AC. Amel setelahnya hanya bisa tertawa dengan kencangnya, memeluk perut karna sedikit merasa sakit efek tertawa terlalu keras.

"Lo tidur kaya orang apaan aja, anggun dikit kek entar suami lo kaget liat cara tidur lo." Sahut amel saat tawa nya terhenti walaupun masih sedikit tertawa.

"Serah, besok suami gw nerima gw apa adanya. Bahkan kalo gw tidur suami gw bakal meluk biar tidur gw nggak ngangkang, tapi kalo tubuh gw aman, 1 jam ngangkang dulu biar suami gw berlutut dibawah gw." Bela fasya yang sedikit ngelantur, merapikan rambutnya yang berantakan juga memungut selimut yang terjatuh.

Amel masih shock dengan yang diucapkan oleh fasya, belum nikah aja sudah begini apalagi sudah nikah. Suami yang harusnya mendominasi malah digantikan oleh fasya.

"Suami lo mana?" Tanya fasya melihat amel yang masih betah melihatnya merapikan kasur yang berantakan. Tidak tahu saja amel melihat dirinya karna kaget dengan ucapannya. Tapi fasya acuh saja seolah tidak terjadi apa apa.

"Diluar lagi telponan sama istrinya. Kenapa?" Ucap dan tanya amel langsung.

"Nggak cemburu lo liat dan dengar suami lo lagi telponan sama madu lo, pasti suaranya kek halus sehalus tai ayam yang warnanya coklat baunya minta ampun itu kan." Tebak fasya sambil menatap amel dengan tubuh yamg didudukkan diatas kasur.

Amel sendiri hanya menjawab dengan alis nya, membuat fasya geregetan sendiri mengapa temannya itu sangat santai. Padahal ini kan waktu yang baik untuk menjampi jampi sang suami agar mau tetap tinggal bersamanya, jampi jampi dengan tubuh ideal miliknya yang sangat menggiurkan untuk dinikmati. Apa abian memiliki masalah pada matanya sehingga tidak melihat tubuh menggiurkan amel?

"Ngapain coba gw cemburu kaya nggak ada kerjaan lain aja, juga ini bukan sekali dua kali tapi udah berkali kali dia kek gitu. Mana lagi udah jadi istri mau cemburu gimana, abian itu udah jadi 2 bagian." Sahut amel, ikut menduduki kasur disamping fasya.

"Dari mana lo tau kalo suami lo kaya gitu?" Tanya fasya sedikit kepo tentunya setahu nya amel ini memiliki sifat yang sedikit acuh terhadap seorang yang sudah membuatnya sakit hati.

"Gw punya sosmed, di sana banyak perkembangan hubungan dia sama istrinya. Di tiktok gw malah mereka fyp terus di beranda gw, heran deh gw padahal nggak ada sedikit pun kepo sama akun yang bersangkutan sama mereka." Cerita amel sedikit kesal waktu itu fyp tiktok nya tentang suami dan madunya.

"Lo kan pernah jadi trending topik di tiktok, soal lo sama sahabat madu lo saling sindir. Pasti mereka juga ngetag lo biar lo kit heart." Ucap fasya membuat amel tersadar ada benarnya juga, dan ia juga mendengar kata kata yang sama diucapkan oleh anaknya.

"Pasti lo kan yang ngajarin anak gw bilang kit heart." Tuduh amel yang dibalas cengengesan oleh fasya, membuat amel menatapnya dengan sebal.

"Keluar yok gw mau kenalan secara langsung sama suami lo" Kata fasya sambil menarik tangan amel untuk keluar kamar menghampiri keberadaan abian yang dilihatnya berada diruang tamu dengan ibu nuri yang mengantarkan segelas jus alpukat.

"Mau jus juga nggak kak?" Tanya bu nuri kepada amel dan fasya yang baru datang.

"Aku mau dong bu, tapi nga pakai gula sama susu bu." Sahut fasya.

"Aku juga mau bu, tapi pake susu aja." Ucap amel yang dibalas acungan jempol oleh bu nuri, tak lupa mereka mengatakan terimakasih.

"Mas kenalin teman aku." Ucap amel duduk di sofa berhadapan dengan suaminya sedangkan fasya berada disampingnya.

"Fasya kak, teman amel tantenya liano." Ucap fasya sedikit tersenyum dan terkekeh mengatakan tantenya liano.

"Abian suami amel dan ayahnya liano." Balas abian dengan menjabat tangan fasya sekilas, tak lupa ia memberikan senyuman sekilas untuk fasya dan menatap amel yang juga menatanya lalu ia memberikan senyuman manis miliknya kepada amel yang dibalas dengan senyuman kikuk amel.

Aku dan anakku yang terabaikan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang