Setelah tau kebusukan nabila yang notabene madu dari amel dan istri kedua dari abian yang ternyata sangat licik.
Tidak kebayang setelah terbongkar semua bagaimana dengan nabila dan keluarga, apa mungkin akan sama seperti dirinya merasakan sakit. Atau sebaliknya, akan tetap melancarkan aksi untuk menutupi semuanya.
Tapi tidak mungkin, seorang abian tidak mungkin berhianat untuk kedua kalinya bukan? Hanya tuhan dan seorang abian yang tahu, amel? Hanya menerima takdir itu.
Huh sudah 4 hari abian bersamanya dan anaknya, untuk sekarang amel dan liano harus kembali mengikhlaskan kepergian abian ke korea untuk mengurus data dan pekerjaannya di sana.
Amel berdoa semoga semua rasa sakit nya tidak lagi diakibatkan oleh abian, ia sudah telanjur menerima abian kembali kepadanya. Semoga abian tidak lagi berhianat untuk kedua kalinya.
"Nanti ayah pulang lagi ke sini kan, ano halus sabal nunggu ayah di sini sama bunda. Huh belat tapi ano halus sabal semua ada waktunya, sakit banget hati ano halus liat ayah pelgi kelja jauh jauh." Dramatis liano sambil menatap sang ayah yang duduk didepannya bersama sang bunda, tangan kanan liano mengelus dadanya. Dasar anak abian dan amel penuh drama seperti kehidupan keluarga amel dan abian penuh drama dan sakit hati.
"Drama banget sih bang" Kata fasya yang melewati ruang tamu dari dapur mengambil jajan lalu kembali ke kamar tanpa mau mengganggu rumah tangga sahabatnya itu.
"Aduh olang silik mana tau lasa nya ditinggal ayah kelja jauh jauh" Sahut liano tanpa menatap fasya.
"Tau lah, orang ini (menujuk dirinya) selalu ditinggal sama papa mama nya kerja jauh." Kata fasya ingin sekali ia menguyel wajah keponakannya itu.
"Owh iya lupa kan beban kelualga" Ucap liano membuat fasya terdiam dan langsung memasuki kamar seolah mengambek sama liano.
Abin dan amel yang menjadi pendengar langsung kaget menjengar ucapan terakhir liano, abian menghampiri liano lalu menggendongnya untuk menuju tempatnya tadi bersama amel.
"Liat ante fa nya ngambek sama abang" Kata amel kepada liano yang sudah berada disampingnya dengan abian memangkunya.
"Makin lama abang pengetahuannya makin luas dan makin tajam buat ngerosting orang, yang ngajarin siapa sih bang heran ayah. Setiap hari selalu aja ngomongnya nyelekit." Ucap abian mencubit gemas pipi liano yang tumpah.
"Ante fa nda mungkin ambek with ano, ano kan ganteng, unyu, emes, ndak mungkin ante fa ambek nanti kalo ambek ante fa lugi sendili. Ayah, ayah halus sadal. Ano begini ya kalna ayah kalo bukan kalna ayah ya kalna bunda. Ano kan anaknya ayah sama bunda bukan anaknya nenek luni." Sahut liano menatap amel dan abian sesekali, amel gemas sendiri menatap bibir liano yang tidak berenti mengoceh sangat amat lucu dilihat.
"Nggak boleh begitu bang, kasihan nanti mereka sakit hati dengar abang ngomong gitu. Kaya ante fa sakit hati sampe pergi kekamar tanpa jawab ucapan abang." Sahut abian mengusap rambut lebat dan sedikit gondrong milik liano.
"Huh ante fa bapelan, kit helt banget ya ante fa nya bunda?" Tanya liano kepada amel yang dibalas anggukan oleh amel.
"Tulun ano mau sapelin ante fa dulu mau minta maaf." Kata liano langsung turun dan berlalu kekamar fasya.
"Pasti ngeronsting dulu baru minta maaf, itupun kalo fasya nggak ngejawab rostingan liano." Kata amel kepada abian.
"Mau gimana lagi neneknya begitu suka ngerosting orang sampe sakit hati." Kata abian nenek yang dimaksud adalah ibunya sendiri.
"Dosa kamu mas ngomongin ibu yang nggak baik" Kata amel sambil mengambil toples cemilan diatas meja, amel membuka tutupnya dan abian terlebih dahulu mengambil cemilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan anakku yang terabaikan [END]
De TodoAmel namai kisah hidupnya yang 4 tahun belakangan ini adalah 'Aku dan anakku yang terabaikan' kehidupan 4 tahun penuh akan rintangan dan ujian yang menemaninya, bahagia ketika tuhan mengabulkan doa nya. Kedamaian dan keikhlasan hati amel membuat per...