Bab 4: Pilihan Almira

26.5K 1.6K 90
                                    

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah!" Gema menyeru, menjawab pertanyaan sakral penghulu.

"Baarakallaahu laka wa baaraka 'alaika wa jama'a bainakumaa fii khairin." Sang penghulu mengangkat kedua tangannya, memanjatkan doa untuk kedua pengantin yang baru saja mengesahkan pernikahan mereka.

Semua yang berada di sana pun turut serta mengangkat tangan, berdoa yang terbaik untuk pengantin baru.

Tiba-tiba—sebuah tangan yang kokoh terulur di hadapan Almira. Ia melirik ke atas, memperhatikan raut wajah pria yang baru saja menjadi suaminya itu tersenyum, hingga matanya menyipit. Walau dengan tangan yang gemetar, Almira menyalimi sang suami dengan takzim. Ia kecup punggung tangan pria itu, menempelkan bibir lembutnya di sana.

Akhirnya, dengan segala pertimbangan yang matang, dengan hati yang berat, Almira menerima pinangan pria di sampingnya. Tentu alasan kuatnya ia lakukan demi Bapak, karena Bapak, tekan perempuan itu di sudut hati yang paling dalam. Bapak sudah memberi tahunya, jika rumah akan dijual agar ia tidak menikah dengan bos bapak. Namun, kalau jalan keluarnya adalah dengan menjual rumah untuk membayar utang yang hanya seperempatnya saja, ia tidak terima. Sama saja, malah akan membuat Bapak makin sengsara sehingga membuat penyakitnya makin parah. Jadi, biarlah ia berkorban karena baktinya sebagai anak untuk Bapak. Biarlah, entah berapa kian ia mengalah kepada Anjani.

Setelah melakukan pertukaran pemasangan cincin, pria yang tak lain adalah suaminya, mendekatkan wajahnya ke arah Almira yang sudah mengeratkan pejaman matanya, berharap untuk tidak dicium. Pria itu mengecup dahi sang istri cukup lama, tampak menghayati kecupan pertamanya untuk Almira, hingga pria itu pun sampai ikut memejamkan mata.

Dilain sisi, di sudut ruangan, seorang perempuan tengah memajukan bibirnya, dongkol. Ia menatap sengit sang adik yang sedang dicium suaminya. Dirinya salah ternyata sudah menolak Bhaga. Bos bapaknya itu tidak setua yang ia pikirkan. Pria itu adalah laki-laki dewasa yang matang, tampan dan gagah. Kenapa dari dulu ia sampai tak tahu bahwa bos bapaknya ini seperti artis barat?

Dua hari yang lalu, Pak Bhaga datang ke rumah sesuai janjinya untuk meminang Almira. Kala itu, Anjani yang melihat rupa tampan atasan bapaknya, langsung melotot dengan emot hati tertempel jelas pada kedua matanya. Dia—dengan tidak tahu dirinya tiba-tiba saja mengajukan diri menggantikan sang adik menjadi istri pria itu. Jelas saja, atasan bapaknya langsung menolak, yang diinginkan adalah Almira, bukan Anjani.

"Tau gini, mending aku saja yang menikah," gerutu perempuan itu yang masih tak sadar diri. Ia teramat tidak suka akan pernikahan adiknya. Tak tanggung-tanggung, mahar yang diberi suami Almira pun sangat fantastis. Satu toko emas yang Bhaga beli di kampung ini, kartu ATM yang berisi satu miliar sisa uang dari mahar yang pria itu beri dan seperangkat alat solat. Anjani sesak napas, dirinya ingin kejang saat mengetahui mahar yang diberi atasan sang bapak itu. Ia sungguh iri, kalau tau begini, dengan suka rela ia dinikahkan sang bos besar walau pun sudah beranak dua.

Raut wajah Anjani nampak tak bersahabat sama sekali. Ia terlihat muram. Kenapa pula Bapak tidak memberi foto Pak Bhaga kepadanya, agar ia bisa langsung menerima.

Err, terdengar percaya diri sekali Anjani ini. Sekali lagi, ditegaskan sebelumnya oleh Bhaga, bahwa yang diinginkan pria itu adalah sang adik, bukan perempuan itu.

Bapak sebagai wali, yang nampak terharu biru melihat sang putri yang baru saja sah menikah dengan atasannya, pun tak tahu bila satu putrinya yang lain sedang menahan kekesalan karena keirian di dalam hati. Bapak terjebak pada euforia dengan mata yang memerah menahan tangis.

Di samping itu, for your information. Sesungguhnya, pernikahan Almira dengan atasan sang bapak yang baru saja disahkan oleh penghulu dan para saksi, belum didaftarkan secara hukum, mereka baru menikah siri. Alasannya, waktu yang dimiliki Bhaga tidak banyak, sebab, di kantor pusat perusahaan miliknya sedang ada masalah yang diharuskan ia untuk turun tangan sendiri. Nanti, setelah mereka sampai di Jakarta, janjinya Bhaga akan mengesahkan pernikahan mereka, secara agama dan hukum.

Nyonya Bhagawan (Milikku, Satu dan Selamanya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang